webnovel

Infinity | Re-Publish From Wattpad

cover by: zakiasyafira (n): Something in the past, let it be in the past. Ah begitulah, tapi mengapa aku tidak benar-benar bisa melupakan semua kejadiannya dan tetap menyukaimu meskipun kau terus memberiku luka yang dalam?

foleyys · 青春言情
分數不夠
20 Chs

(cold) 11

Jangan lupa vote, share juga yaaaa, makasiiii <3!

–Semuanya pasti berubah. tapi kenapa kamu terasa jauh sekali?

Pagi pagi sekali, Giovanna mendapatkan pesan dari Arka yang menyatakan bahwa ia akan menjemput dan mengantar Giovanna pulang seperti biasanya. Namun Giovanna tolak dengan alasan ia akan berangkat bersama papa nya.

Giovanna hanya memberikan alibi kepada Arka agar bisa menjaga jarak, bahkan tidak bertemu dulu selama beberapa hari ke depan.

Hal tersebut berhasil, Arka mempercayainya.

Giovanna tiba di sekolahnya saat masih pagi pagi sekali, yaitu pukul 5.56 AM.

Giovanna segera menuju kelasnya dan tertidur di sana. Ia kurang istirahat akibat semalam hanya di gunakan untuk menangis tanpa henti.

Matanya masih bengkak akibat kejadian semalam, ketambah ia tidak tidur selama beberapa jam yang membuat matanya semakin merah.

Belum ada 10 menit ia tertidur, suara Shakira memenuhi kelas yang masih sepi. "Anjir gile! Suntuk banget gue gara gara ulangan sialan." Ucap Shakira mengumpat. 

Shakira menuju kursinya yang semeja dengan Giovanna. "Cuy! Udah ngapal belom buat ulhar sejarah?" Tanya Shakira menyikut Giovanna.

Giovanna lupa bahwa ia harus merapal semua materi sejarah karena ada ulhar, ia terlalu fokus dengan masalahnya sampai lupa dengan masalahnya yang lain.

Jawaban Giovanna hanya satu, yaitu menggeleng.

Shakira yang melihatnya pun lantas memijat pelipisnya, tambah pusing. "Cepet baca baca Gi, materinya se-gunung." Ucap Shakira yang telah hilang harapan untuk menyontek Giovanna.

"Gue dari semalem gak selesai selesai baca materi materi sejarah, walaupun dengan kekuatan 'cepat nyimak' yang gue miliki. Astaga, mengapa cobaan hidup hamba begitu sulit untuk dijalani oleh seorang Shakira? Semoga si Ibu gak masuk." Ucap Shakira yang langsung membuka tasnya dan mengambil buku sejarahnya.

"Ya Allah, masi membeludak ini materinya." Ucap Shakira yang mengeluh.

"Bukannya gak selesai, lo nya aja yang fokus ke hp. Ketambah, untung kita gak di suruh nge-lukis Meganthropus kayak anak kelas sebelah. Lo kalo mau cepet masuk ke otak, jangan ngeluh dan anggap semuanya mudah." Ucap Giovanna terbangun dan mengambil buku sejarahnya.

Shakira diam dan merogoh saku untuk mengambil ponselnya. "Refresh otak dulu aja lah." Ucapnya membuka akun instagram dam melihat beberapa orang membuat story. 

Ia melihat story Instagram milik Arka dengan background hitam, dan ternyata itu video nyanyian berjudul 'cant take my eyes of you'. Shakira tidak nge-skip, karena lagunya terdengar enak.

Karena durasi story instagram hanya 15 detik, tepat di detik terakhir muncul boomerang seorang perempuan yang terlihat malu-malu. dan dibawahnya dengan nama Instagram Giovanna: @giovannaaq01 yang telah hilang begitu cepat dengan berganti story lain.

"Gi, hp lo mana?" Tanya Shakira seperti seseorang yang sedang terburu buru.

"Disita." Ucap Giovanna seadanya.

"Aduh!!! Pas pagi buka IG gak?" Tanya Shakira yang masih fokus dengan ponselnya.

Giovanna menggeleng.

"Berarti belum liat dong? Liat sg nya Arka?" Tanya Shakira menyelidik.

"Gak penting, mending baca." Ucap Giovanna yang fokus dengan buku sejarahnya.

"INI PENTING ANJEER!!" Ucap Shakira menyodorkan ponselnya ke depan wah Giovanna.

Giovanna yang melihatnya hanya biasa saja, nama nya juga lelaki, saat awal putus memang masih peduli, tapi saat sudah lama seperti orang yang tak di kenal, bahkan menganggap sampah. Apalagi alasan pacaran yang konyol.

"Mata lo kenapa?" Tanya Shakira memerhatikan dari jarak dekat.

Giovanna menjawab nya dengan mengangkat bahu nya tak acuh, kemudian fokusnya kembali pada buku sejarah.

"oke gue tau kenapa," Ucap Shakira menggantung. "Lo...putus sama Arka?!" Tanya Shakira dengan nada suara naik satu oktaf.

Giovanna mengangguk dan terlihat sedang sensitif dan tidak ingin membicarakan hal yang tidak penting.

Shakira sedih melihatnya, namun ia mengerti pasti bahwa Giovanna sedang tidak ingin membahasnya lebih jauh.

Setelah beberapa menit hening, anak kelas mulai berdatangan.

Robin yang baru saja datang, menyadari kedatangan Arka. "Nyari siapa?" Tanya Robin menatap Arka.

"Tolong panggilin Giovanna, Bin." Ucap Arka yang sedikit mengintip ke dalam kelas.

Robin mengangguk dan memasuki kelas menuju meja Giovanna. "Beb, di panggil sama doi noh." Ucap Robin yang biasa memanggil seperti itu kepada perempuan.

"Hah?! Ada Aldyan?!" Tanya Shakira yang sudah histeris sendiri.

"Apaan sih lo dugong, gue ke Giovanna ya, dipanggil sama Arka." Ucap Robin memperjelas.

"Maaf Bin, bilangin ke Arka, gue nya lagi suntuk soalnya mau ulhar sejarah." Ujar Giovanna sebagai alibi.

"Kasian Gi nungguin lo dari tadi." Ucap Robin.

"Maaf aja Bin, waktu istirahat masih ada." Ucap Giovanna.

"Siap beb!" Ucap Robin menuju tempat Arka berdiri.

"Maaf Ka, Giovanna nya lagi sibuk sama buku bukunya, gak bisa di ganggu." Ucap Robin.

"Oh gitu ya? Keadaanya gimana?" Tanya Arka.

Robin mengernyit tak mengerti, "Apanya? Dia alhamdulillah sehat wal afi'at." Ucap Robin.

"Lo liat dia lesu? Matanya gimana?" Tanya Arka memperjelas yang ia tanyakan.

"Tadi dia keliatan cape, mungkin anak rajin kayak dia tiap malemnya kurang tidur akibat belajar terus. Kalo matanya sih, merah dan agak sedikit bengkak? Ah, gue gak liat rinci." Ucap Robin.

Arka mengangguk sembari susah payah menelan ludahnya. "Makasih ya Bin," Ucap Arka berbalik menuju kelasnya.

"Yoi!" Ucap Robin yang hendak memasuki kelas terhenti oleh ucapan singkat Arka. "Lain kali, jangan panggil dia 'beb' ya Bin." Ucap Arka tanpa menoleh.

Robin menanggapinya dengan biasa saja, toh Giovanna nya sendiri tidak protes.

Setelahnya, Robin memasuki kelas dan menuju kursinya.

+×÷

Bel masuk sudah berbunyi sejak 20 menit lalu, keadaan kelas X-5 sangatlah tegang karena akan ulangan harian sejarah.

Maklumi anak IPA yang makannya rumus, di suguhkan dengan hafalan sejarah.

"KM, cepet panggil bu Nai." Ucap Nadira, perempuan berkacamata yang paling rajin. Selalu bersaing dengan Giovanna, namun ia selalu pesimis yang mengakibatkan ia tidak jadi yang pertama di kelas.

"Weh wehh! Jangan dulu dong bosku, ini teh masih banyak materi yang perlu di cerna oleh otak saya." Ucap Robin tidak terima.

"Udah jangan berisik! Gue ke Ruang Guru. Berisik, gue lapor ke pak Hanbu." Ucap Teo sang Ketua Kelas.

Tidak lama dari itu, Teo kembali dengan wajah datarnya. "Bu Nai gak bisa masuk, karena sakit. Dia udah ngasi tugas kerjain halaman 51, uji kompetisi bab 1 bagian A, B, C." Ucap Teo santai.

"WOHOOOOOO!!!" Teriak Robin heboh sendiri.

"Berisik." Ucap Teo tegas.

"Siyap KM ku! Duh makin cinta!" Ucap Robin sembari menghampiri Teo dan melakukan kiss bye.

"Diem lo homo sapiens." Ucap Teo.

"Aduh ada panggilan sayangnya." Ucap Robin dengan senang di perbuat buat.

"Guys guys, gimana kalo kita jenguk aja? Yaa siapa tau kita dapet nilai tambahan gitu?" Ungkap Yeni sembari nyengir kuda.

"SETUJU GUE!" Ucap Shakira bersemangat.

"Kita sekarang sedang menunggu pendapat dari bapak ketua, bagaimana paketu? Bisakah kita mengunjungi Bu Nia sekelas?" Ucap Alex dengan bahasa seperti pembawa berita.

"Boleh boleh aja sih, gue tinggal izin ke guru piket. Tapi satu jam aja jangan lama-lama." Ucap Teo bangkit dari duduknya.

"Ay ay kapten!" Ucap Robin sembari hormat.

"Btw, kesana nya naek apaan cuy?" Tanya Shakira memecah keheningan seketika.

"Yang bawa motor, bisa menumpangi yang gak bawa motor." Ucap Robin santai.

Akhirnya anak X-5 pun keluar kelas menuju guru piket untuk izin menjenguk Bu Nia. Guru piket mengiyakan karena wali kelas mereka sudah memberi izin.

"Ayo Gi, sama gue." Ucap Robin yang sudah naik di motornya yang besar.

"Hah?" Tanya Giovanna linglung.

"Ayo sama gue, mau sama siapa? Shakira gak bawa motor, yang laen udah pada boncengan noh. Ayo!" Ucap Robin.

Giovanna mengangguk dan segera menaiki jok belakang motor milik Robin.

Di perjalanan, Robin diam dan Giovanna pun diam. Robin yang biasanya selalu nyeletuk, kini berbeda.

"Lo kenapa?" Tanya Robin seketika.

"Apanya?" Tanya Giovanna yang tidak mengerti dengan pertanyaan retorik.

"Mata lo sembab, dari tadi gak ada semangat sekecil pun di muka lo. Lo putus sama Arka?" Tanya Robin yang sangat tepat.

"Iya Bin." Ucap Giovanna kecil.

Karena kaget, Robin mengerem mendadak motornya.

"BIN LO NGAPAIN SIH? BIKIN KAGET AJA, KALO GUE JATOH GIMANA?!" Ucap Giovanna kencang seketika.

"Maap beb, terlalu terkejut saya nya. Tapi emang bener lo putus sama dia? Kenapa?" Tanya Robin yang penasaran dengan kisah Giovanna.

"Yaa gitu. Dia pacaran sama gue bukan murni kemauannya, tapi alasan lain." Ucap Giovanna.

"Gue turut berduka cita ya." Ucap Robin sembari terlihat sedih.

"Ye lo pikir kucing gue mati?" Tanya Giovanna geram.

"Ya lagian sejak kapan lo punya kucing?" Tanya Robin dengan tatapan aneh melirik Giovanna lewat spion.

"Kapan kapan." Ucap Giovanna sembarang.

"Ye si bloon! Gue kira punya kucing beneran, kalo punya mau gue kawinin sama punya gue. Kasian dia kesepian di rumah, gak ada yang bisa di ajak mantap-mantap." Ucap Robin sembari nyengir.

"Awas noh giginya kering." Ucap Giovanna.

"Gigi kan elo?" Tanya Robin.

"Jangan panggil gue kayak gitu Bin!" Ucap Giovanna tegas.

"Iya iya, sewot amat mba nya." Ucap Robin.

Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung bergantian untuk menjenguk gurunya.

"Gi, kantin yok! Laper gue kebanyakan hafalan." Ucap Shakira menyeret Giovanna menuju kantin rumah sakit setelah mereka menjenguk guru sejarahnya.

Giovanna hanya duduk sambil melamun, karena ia tidak tahu apa yang akan ia beli disini.

Tiba tiba saja suara seseorang yang begitu familiar terdengar di sekitarnya sedang memesan sesuatu.

Giovanna sadar dari lamunan nya dan memandang ke arah depan, ternyata benar bahwa seseorang yang selama ini tidak terlihat di sekolah, ia sedang di rawat.

Jelas sekali ia menjadi pasien disini, karena ia memakai pakaian khusus pasien VIP dan membawa tiang infusan di sampingnya.

"Kak Ravino?" Tanya Giovanna yang seperti gumaman namu terdengar oleh pemilik namanya.

Ravino jelas mengenal suara milik siapa yang telah memanggilnya.

Ravino berusaha menjadi tuli, tapi tidak bisa. Ia tidak akan pernah bisa mengabaikan Giovanna.

Akhirnya Ravino berbalik dan langsung menyambut Giovanna dengan senyum manisnya, "Eh Gi? Lo ngapain di sini?" Tanya Ravino seperti tidak terjadi apa-apa.

"Lo kenapa? Jadi ini alasan lo gak sekolah?" Tanya Giovanna.

Ravino meringis mendengarnya, ia menggaruk kepala nya yang tidak gatal. "Iya." Ucapnya singkat.

"Lo sakit? Sakit apa? Kok gak cerita sama gue?" Tanya Giovanna yang terus memberi banyak pertanyaan.

"Hah? Gue mana mungkin ngasih tau lo, lo kan bukan siapa-siapa gue." Ucap Ravino santai.

Giovanna yang mendengarnya, terkejut seperti baru saja dapat nilai 0 di rapot nya. "Gue emang bukan siapa siapa lo, tapi gue bisa jadi temen lo curhat." Ucap Giovanna dengan suara berubah merendah.

"Teman? Kayaknya kita gak bisa berteman." Ucap Ravino tertawa sumbang, menertawai dirinya sendiri.

"Kenapa?" Tanya Giovanna kebingungan. "Apa karena Arka? Gue udah putus sama dia." Ucap Giovanna mantap.

Ravino terkejut bukan main saat mendengarnya. Ravino beranjak mendekat ke meja Giovanna. "Maaf." Ucapnya.

"Kenapa malah lo yang minta maaf?" Tanya Giovanna menatap aneh.

"Gue bikin lo sedih, atau bikin lo sakit hati." Ucap Ravino duduk di hadapan Giovanna.

"Gi! Gue duluan ya, tadi Teo nyuruh gue ke sana. Nanti lu gue kabarin lagi, see you!" Ucap Shakira berlari.

Giovanna mengangguk.

"Kenapa?" Tanya Giovanna saat ia menatap Ravino, Ravino juga menatapnya.

Ravino menggeleng, "Kenapa lo putus?" Tanya Ravino mengalihkan.

Giovanna menceritakan dan mengungkapkan semua yang ia rasakan, dan apa yang terjadi dengannya dan Arka.

Ravino kaget mendengarnya, karena Giovanna meneteskan air mata dalam bisunya. "Jangan nangis karena cowok, gue gak suka liatnya." Ucap Ravino menghapus air mata yang jatuh di pipi Giovanna.

"Gue bantuin lo buat lupain dia." Ucap Ravino tersenyum simpul. "Oh iya! Gue harus ke kamar lagi." Sambung Ravino.

"Sakit apa?" Tanya Giovanna.

"Sakit ringan kok, bentar lagi juga pulang." Ucap Ravino sembari mengacak acak rambut Giovanna.

"Oh iya! Kalo lo sedih, lo bisa kunjungi gue. Gue gak boleh megang hp, jadi kalo gitu dateng aja ke kamar nomor 2 ya." Ucap Ravino mengingatkan.

Giovanna mengangguk.

Ravino pergi, dia menjauh dari sana. Giovanna yang melihatnya merasa lega karena masih ada yang mau perduli terhadapnya.

Giovanna pun kembali ke teman temannya berada.

Saat sampai, ternyata itu bagian ia menjenguk  Bu Nia.

Ia masuk dan keluar lagi. Tidak lama memang.

Giovanna izin kepada Teo untuk menjenguk seseorang di kamar lain, Teo memberi izin tapi hanya 10 menit.

Giovanna menuju kamar nomor 2 dan ternyata di sana ada Ravino sedang memakan camilan sembari menonton tv. Ia mengetuk pintu terlebih dahulu dan Ravino membiarkannya masuk.

"Kenapa?" Tanya Ravino melihat Giovanna mendekat.

"Gue mau pamit, balik ke sekolah lagi. Tapi mungkin dalam waktu dekat gue gak bisa jenguk lu karena jadwal les." Ucap Giovanna menjelaskan.

Ravino mengangguk.

"Orang tua lo mana?" Tanya Giovanna.

"Papa lagi kerja, Mama lagi pulang dulu." Ucap Ravino menjelaskan.

"Oh oke, maaf ya gua gak bisa nemenin buat sekarang." Ucap Giovanna.

"Gak papa, ketemu lo juga udah bikin gue seneng." Ucap Ravino tersenyum lembut.

"Oke, gue gak janji bakalan sering kesini ya." Ucap Giovanna.

"Iya sayang." Ucap Ravino.

"Lah?" Tanya Giovanna mengernyit.

"Canda Gi." Ucap Ravino.

+×÷

big thanks for y'all who read my story, please vote and share my story to your friends ^^

don't forget to meet me on:

wattpad @foleyys

tiktok @crushnyakuroo (i'm in love with haikyuu!)