webnovel

Impossible wish

WARNING!! Adult konten. banyak adegan dewasa dan kekerasan

NvigirlFanaticzz · LGBT+
分數不夠
60 Chs

Family

Seorang wanita cantik berambut panjang memakai kemeja biru muda dengan bawahan skirt hitam selutut dan sepatu high heels berwarna gold nya menapaki lantai lorong rumah sakit terbesar di seoul.

Ia berjalan ke arah kamar rawat VVIP dimana di sana di atas ranjang pesakitan terbaring lemah seorang pria tua berumur sekitar 70-an. Wanita cantik itu berjalan mendekati mendekat ke arah ranjang itu. Wanita itu pun kini telah berdiri di samping ranjang itu sambil memperhatikan pria tua yang masih memejamkan matanya dengan mengulas senyum tipis.

Wanita itu membungkukkan tubuh mendekatkan wajahnya ke arah telinga pria tua itu dan membisikkan sesuatu.

"𝘒𝘢𝘮𝘪 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘶𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢, 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳. 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦 𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘈𝘺𝘢𝘩." 

Setelahnya wanita itu pun bangkit dan melihat respon dari pria itu. Yang ia lihat sekarang adalah air mata mulai menetes dari sudut mata pria tua itu.

"Kau senang Ayah? Aku berjanji jong suk akan membawanya padamu, segera." Wanita itu pun tersenyum dan kemudian tangannya terulur menggenggam tangan keriput pria tua yang tak lain adalah Ayahnya.

"So young, kau sudah datang?"  sapa seorang pria yang baru masuk ke ruangan rawat itu. dan wanita yang di panggil So young pun menoleh.

"Byun hun oppa!  Kau datang sendiri? Di mana sa-rang noona?"

"Sa-rang masih di lobi dengan yoo jung. Kau datang sendiri? Kemana jongsuk"

"Ne oppa, jongsuk masih melakukan tugasnya, bagaimana kesehatan ayah?" ucap So-young sambil kembali menolehkan pandangannya pada sosok tua yang masih betah terpejam.

"Kata dokter kondisi ayah semakin baik mungkin sebentar lagi ia akan segera sadar. 𝘏𝘢𝘩... Ini semua karena anak sialan itu. Kalau dia tidak egois ayah akan baik-baik saja." ucap Byun hun

"Hey oppa, anak sialan itu putramu sendiri kalau kau lupa. Meski dia egois tapi lihatlah dia sukses sekarang. Aku dengar dia sekarang berada di thailand untuk peresmian cabang ke-5 perusahaannya. Dan apa oppa tahu, seung gi di sana bersama seorang pemuda yang 20 tahun lalu menghilang tanpa jejak dan kabar bersama orang tuanya"

"A-apa?"

"Ne oppa dia sangat mirip ibunya. Dia tumbuh sangat manis dan cantik." Ucap so young sambil membayangkan dengan perasaan gemas dan itu membuat byun hun menaikan sebelah alisnya

"Yak! Bukankah anak dari Chae Rin laki-laki?"

"Hahaha... Kau pasti tak akan percaya kalau tidak melihatnya sendiri."

"Maksudmu? ah..terserah lah.." Byun hun pun menyerah dengan ucapan adiknya.

.

.

.

𝘽𝙖𝙣𝙜𝙠𝙤𝙠,𝙏𝙝𝙖𝙞𝙡𝙖𝙣𝙙.

10.35𝙖𝙢.

"Aku bosan!" Saat ini jimin sedang berada di kamarnya tak melakukan apa-apa karena kondisi kehamilan nya. Seung gi tak memperbolehkan jimin beraktivitas berlebihan demi kesehatannya juga janinnya. Kemarin jimin melakukan cek up karena di sore hari jimin mengeluh kram pada perutnya dan berakhir mendapat omelan dari seung gi sesaat setelah sampai di mansion nya karena jimin masih melakukan aktifitas berat tanpa sepengetahuan seung gi. Sialnya seorang pengawal mengadukan apa saja yang di lakukan jimin saat seung gi tak ada.

"Ah.. Aku benar-benar bosan. Chagi-ya apa kau juga bosan? Mommy ingin jalan-jalan ke taman tapi pengawal pamanmu pasti akan mengadu padanya. Aish.. Bagaimana ini chagi mommy bingung harus bagaimana.." Ucap jimin sambil mengajak bayi di dalam perutnya bicara dengan mengusap perutnya..

"Bagaimana kalau kita menyelinap? Kau setuju baby?"

𝘿𝙪𝙜.. 𝘿𝙪𝙜...

Seakan mengerti kata-kata jimin, bayi dalam perut jimin menendang dan itu membuat jimin tertawa atas respon dari bayinya.

"Baiklah kita pergi sekarang." Akhirnya jimin beranjak dari duduknya kemudian mengambil hodie berwarna hitam kesayangannya dan memakainya. Setelah itu ia pun keluar dari kamarnya dan mulai berjalan kebawah melewati tangga dengan perlahan. Setelahnya jimin mulai berjalan mengendap endap saat di ruang tamu jimin berjalan ke arah pintu dan mengedarkan pandangannya ke sekitar halaman mansion itu terlihat sepi namun ada dua penjaga yang berada di luar sana. Jimin pun mencoba mencari celah untuk menyelinap keluar.

"Aish.. Kenapa sulit sekali sih untuk pergi jalan-jalan. Chagi bagaimana ini?" Jimin pun mengeluh pada bayinya sambil mengusap perut buncitnya.

Saat jimin kembali melihat ke depan terlihat dua penjaga itu berjalan dil halaman samping mansion itu ke arah belakang dan jimin pun menggunakan kesempatan itu untuk berjalan ke arah pintu gerbang dan berakhir dengan jimin yang berhasil keluar dari sana.

"Ahh.. Chagi akhirnya kita bisa keluar, kita ke taman sekarang ne.." Jimin pun berjalan ke taman yang hanya berjarak dua blok di kawasan komplek elite itu.

***

Saat ini jimin sudah berada di bangku taman sambil menikmati ice krim vanilla yang ada di tangannya.

"Ehm.. Chagi kau suka?" Ucap jimin yang menikmati ice krimnya sambil sesekali mengusap perutnya. Jimin masih menikmati ice krimnya sambil memandang sekitar taman itu, hingga seorang pria tampan mendekat padanya dan menyapanya.

"Hai!" Sapa seorang pria tampan berbadan tegap yang kini di samping jimin. Pria itu tersenyum dan membungkuk menyamakan tingginya dengan jimin yang sedang duduk nyaman di bangku taman.

"Eoh? H-hai.." Jimin terkejut dengan pria itu sedikit merasa takut kalau saja pria mempunyai niat jahat padanya.

"Boleh aku duduk di sini."

"N-ne tuan."

"Hey tak perlu takut padaku, aku tak ada maksud jahat padamu." Seolah mengerti dari tingkah jimin yang gugup pria itu mencoba membuat jimin nyaman dengan kata-kata lembutnya..

"Oh.. N-ne tuan." Jimin pun tersenyum canggung.

"Oh ya, kenalkan aku Lee jong suk." Ucap jong suk sambil mengulurkan tangannya. Jimin menatap tangan jong suk dan dengan gugup jimin pun menyambut tangan jong suk membalas jabat tangannya.

"Jimin, Park jimin. Salam kenal tuan."

"Panggil saja hyung ne."

"Ne hyung."

"Kau sendiri di sini?"

"Ne hyung aku sendiri, aku bosan di rumah terus." Tanpa sadar jimin mengusap perut buncit nya dan jong suk yang melihat itu pun di buat terkejut dengan apa yang ia lihat.

"M-maaf apa kau sedang hamil?" Ucap jong suk ragu karena tidak mungkin seorang pria bisa hamil bukan?!.

"Eh.. Emm.. A-aku.. I-iya hyung aku h-hamil." Jimin pun menunduk dengan rasa takut dan malu karena memang kondisinya terkesan aneh karena dia adalah pria dan sangat mustahil itu terjadi.

"Bagaimana bisa pria hamil? maaf aku tak bermaksud untuk menganggap mu aneh tapi,.... em.. untuk memastikan bolehkah aku menyentuhnya? Kalau kau tak keberatan." Ucap jong suk sambil tersenyum dia sangat penasaran saat ini.

"Em, boleh hyung." Jimin pun mengangkat hodie nya sampai terlihat kaos warna putih yang ada di balik hodie nya.

"Baiklah aku akan menyentuhnya. Maaf.." Setelah mendapat ijin dari jimin jong suk perlahan meletakkan tangan nya ke perut buncit jimin dan sesekali mengusapnya.

𝘿𝙪𝙜.. 𝘿𝙪𝙜..

"Eh.. Bayinya bergerak!" Jong suk yang mendapat respon tendangan dari bayi di perut jimin merasa senang dan juga mulai percaya jika jimin benar-benar hamil.

"Berapa usia kandungan mu ini?"

"Sudah tujuh bulan hyung, dua bulan lagi baby akan lahir."

"Wah benarkah? Aku jadi ingin melihatnya setelah bayimu lahir." Ucap jong suk antusias dan tangannya tak lepas dari perut buncit jimin.

𝘿𝙧𝙧𝙩𝙩𝙩.. 𝘿𝙧𝙧𝙧𝙩𝙩𝙩𝙩..

Ponsel jimin pun bergetar sebuah panggilan masuk dari seung gi membuat jimin hampir menjatuhkan ponselnya.

"Hati-hati jimin! Ada apa?"

"T-tidak ada apa-apa hyung. Aku angkat telepon dulu." Jong suk pun mengangguk dan melihat jimin yang berjalan sedikit menjauh darinya dengan ponsel di telinga kirinya.

"Bagaimana dia bisa hamil? Apa dia sudah menikah? Tapi usianya masih begitu muda. Atau... Ah.. Lebih baik aku mencari tahu itu." Ucap jong suk sambil terus menatap jimin lekat.

"Aku tak menyangka mempunyai sepupu laki-laki yang manis dan Cantik." Jong suk tersenyum bangga dengan ucapannya sendiri.

"Yoboseo.."

"𝘒𝘢𝘶 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘢?"

"A-aku di rumah hyung."

"𝘖𝘩... 𝘉𝘦𝘯𝘢𝘳𝘬𝘢𝘩? 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘢𝘥𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘮𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩."

"Eh.. A-aku...

"𝘠𝘢𝘬!! 𝘉𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘰𝘩𝘰𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶?!"  Jimin menjauhkan ponselnya dari telinga karena teriakan seung gi yang bisa memekakkan telinganya.

" Mianhe hyung."

"𝘛𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘦 𝘮𝘢𝘯𝘢-𝘮𝘢𝘯𝘢."

"Eh? Hyung kau... Hyung.. Hyung..aish! Apa dia tahu aku dimana?." Jimin menaikan bahunya tak peduli dan kembali duduk di samping jong suk.

"Kenapa hum?" Tanya jong suk yang melihat jimin mengerucutkan bibir. '𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘪𝘨𝘪𝘵 𝘱𝘪𝘱𝘪 𝘪𝘵𝘶' batin jong suk yang tengah menahan rasa gemasnya pada jimin.

"Tidak apa-apa hyung hanya hyung cerewet ku itu mengomel." Jong suk pun tertawa karena ucapan jimin

"Hyung cerewet huh?!" Ucap Seung gi yang kini sudah berada di belakang jimin sambil berkacak pinggang. Jimin dan jong suk pun menolehkan kepalanya ke belakang. Seung gi yang kini matanya bertemu tatap dengan jong suk pun terkejut.

"Kau!"

𝙏𝙗𝙘