Yogyakarta, Indonesia 2008
"Ya Tuhan, kami mohon saat ini untuk memberikan berkat dan kuasaMu bagi tempat kami beribadah. Kami mohon supaya Engkau memberikan penyertaanMu bagi tempat kami dan juga tempat ibadah ini. Ampuni semua dosa yang telah hambamu lakukan ini. Kami percaya, hanya Engkau saja yang mencukupi dan menyertai. Terima kasih Tuhan, biar hanya di dalam namaMu kami panjatkan doa kami, Amin." Seorang gadis kecil berusia delapan tahun, tengah berdo'a dalam hati sambil memejamkan mata.
"Honey, apa kau sudah selesai?" tanya seorang wanita muda cantik yang berada disampingnya.
Gadis kecil itu lantas membuka mata dan menoleh, "Sudah Mom."
"Auliya, Mommy sangat menyayangimu." ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Mommy Auliya yang bernama Miler pun tersenyum lalu mengelus Surai rambut panjang anaknya.
"Mommy jangan menangis." ujar gadis kecil bernama Auliya itu dengan lembut menghapus air mata ibunya.
"Mommy tidak menangis honey."
"Sekarang kita pulang mom?"
Miler mengangguk, "Iya sayang." balasnya sambil mencium kening Auliya lama.
Mereka berdua pun keluar dari dalam Gereja, Miler memegang erat telapak tangan Auliya, anak tunggalnya. Dalam perjalanan pulang Auliya beserta ibunya, bercanda tawa bahkan menyanyi bersama didalam mobil Lexus berwarna putihnya. Mobil yang ditumpangi tiba-tiba berhenti, karena rambu-rambu lalulintas telah berubah warna menjadi merah.
"Mommy." panggil Auliya, gadis kecil itu.
"Iya honey? Kau ingin sesuatu?"
Auliya menggeleng pelan, "Aku menyukai lagunya mom." katanya polos.
Miler hanya tersenyum lembut menatap putri semata wayangnya, lalu mengemudikan mobilnya saat melihat rambu-rambu telah berubah warna menjadi hijau.
A Million Dreams
Dengan kecepatan sedang. Mereka menyanyikan lagu itu dengan semangat, tanpa sadar ada sebuah mobil melaju dengan kecepatan penuh dan menerobos lampu merah dari arah kirinya.
Brakkk
***
Pagi yang cerah ini seakan-akan mendung, suasana berkabung yang amat terasa mendominasi. Sebuah pusara dikelilingi banyak orang dominan berbaju hitam, tak sedikit dari mereka yang mengeluarkan air mata.
Namun, ada seseorang lebih merasa hancur. Tangisnya membuat hati siapapun miris ketika mendengarnya. Gadis kecil itu memeluk makam yang masih segar dengan terus menangis terisak-isak.
"Mommy!!!!!" teriaknya histeris. Benar, seseorang yang berada didalam pusara adalah Miller, mommy-nya Auliya. Gadis kecil yang kepalanya masih dibalut perban putih akibat kecelakaan kemarin sore, ia tak henti-hentinya memanggil sang ibu berharap bangun dan memeluknya erat.
"Mommy!!!! Kenapa kau meninggalkanku!? Mommy tidak sayang lagi dengan Auliya? Kenapa mommy pergi!!!" pekik Auliya memeluk pusara dengan isak tangis.
Mario, daddy Auliya mencoba menenangkannya namun gadis kecil itu memberontak. Mario berusaha tegar atas kepergian istri tercinta-nya, ia menghapus air matanya dan bertekuk lutut mencoba menenangkan Auliya dengan mendekapnya erat.
Seminggu telah berlalu...
Auliya masih terus berkabung dengan kepergian ibu-nya. Ia memilih berdiam diri didalam kamar, Mario berusaha menghibur putri semata wayangnya.
"Kau harus kuat Auliya, mommy-mu akan sedih jika melihat kau seperti ini." kata itu yang selalu Mario katakan kepada putrinya, Auliya.
Seperti malam ini Mario memasuki kamar Auliya, ia menghampiri putrinya yang tengah menatap kearah luar balkon kamar. Mario berdiri tepat disamping Auliya, setelah terdiam beberapa saat akhirnya Mario berkata, "Kita akan pindah."
Auliya menoleh kearah daddy, "Apa maksudmu dad?" tanyanya pelan.
Mario menatap putrinya lama, tangannya mengelus surai rambut panjangnya dengan sayang, "Kita akan pindah dari sini. Kebetulan dad akan dipindah tugaskan ke New York City, Amerika Serikat." terdengar helaan nafas pelan. "Awalnya dad akan menolak, tapi karena kejadian ini daddy rasa kau membutuhkan lembaran baru. Kau tidak boleh terus berkabung, honey. Mommy pasti sedih melihatnya, tunjukkan kalau kau anak yang hebat." nasehat daddy.
"Dad haruskah kita pindah?" tanya Auliya tak percaya.
Mario hanya mengangguk, "Sekarang tidurlah. Dad akan mengurus kepindahan kita ke Amerika." Sebelum meninggalkan kamar tak lupa ia mencium kening putrinya lama.
Auliya memejamkan matanya, seraya berdo'a di dalam hati.
Semoga dengan lembaran baru yang akan dimulai, hidupku selalu bahagia.