webnovel

i love you brengsek boy

Erlangga Dewantara, lelaki dengan sifat centilnya bertemu dengan Shinta Putri Adijaya, gadis yang bersifat polos. Shinta mencintai Erlangga, sedangkan Erlangga menyayangi Shinta sebatas rasa sayang kepada adiknya. Hal itu membuat Shinta sering merasa ditarik ulur oleh Erlangga. Hubungan mereka sebatas teman. Erlangga takut untuk memulai hubungan lebih, dia tidak yakin bisa mengimbangi rasa cinta Shinta atau justru sebaliknya. Shinta tetap bertahan pada garisnya. takdirnya adalah membuat Erlangga membalas cintanya. tidak perduli apa kata orang, dan bagaimana perlakuan Erlangga kepadanya. ★★★★★ bukan cerita ramayana yang berjalan sempurna ataupun kisah dilan milea yang berakhir bahagia. hanya sebuah cerita dua orang remaja yang sulit tertebak alurnya, entah akan bahagia ataupun berduka. ★★★★★ happy reading~

princessssta31 · 青春言情
分數不夠
9 Chs

ILY BB - 08

★kita adalah mentari dan rembulan yang bertemu saat pagi menjelang. kita hanya ditakdirkan untuk saling menatap, bukan menetap★

Shinta memasuki area sekolah keesokan harinya. jam masih menunjukkan pukul enam pagi, sehingga hanya ada beberapa yang sudah datang

"Shinta!"

Shinta menengok kearah Kanaya yang menghampirinya, "iya, kenapa?" . Kanaya tersenyum manis, mengulurkan tangannya, "gue mau minta maaf sama lo, gue gak mau kita jauh. kita damai ya?"

"gue udah maafin lo kok, gue tau kalo lo kemarin lo itu cuma emosi aja. gue juga minta maaf ya kalau ada salah sama lo?"

Kanaya mengangguk lalu memeluk Shinta, "iya shin, makasih banget lo udah mau maafin gue"

"sama sama" senyum Shinta mengembang sangat manis, dia senang dapat kembali berbicara bahkan berbaikan dengan Kanaya. semoga lo tulus

"emmm, mumpung masih pagi banget. temenin gue ke gudang belakang yuk shin"

"mau ngapain emangnya?"

"gue tadi disuruh bersihin gudang, gara gara kemarin bolos pelajaran bu Rita"

"ummmm" Shinta mengangguk, "yaudah ayo, gue juga penasaran sama gudang belakang. katanya kalo dihukumnya digudang belakang, berarti kesalahannya fatal banget"

"eh tapi kan itu hukuman cuma buat kelas 12? lo masih kelas 11"

"kan bolosnya bareng kak Adel dkk" Kanaya menyengir, "udah ayok. keburu bel masuk bunyi"

∆∆∆

"lo tunggu disini dulu, gue mau ambil pel"

Shinta hanya mengangguk tanpa menjawab ataupun menatap Kanaya, dia sibuk membersihkan meja serta kursi yang berdebu. niatnya untuk membantu pekerjaan sahabatnya agar cepat selesai.

10 menit berlalu.

"loh, ini ada pel disini. terus Kanaya ngapain masih nyari diluar?" gumam Shinta lalu bergerak mengambil alat pel yang terletak di pojok, "gue ngepel duluan kali ya? kasian Kanaya kalau ngepel sebanyak ini"

prok...prok...prok

"rajin banget sih dek. babu baru ya?" kekeh gadis yang berdiri diambang pintu

"iya loh del, bersih banget satu ruangan" balas gadis kedua

"wah udah cocok nih jadi calon istri supir" celetuk gadis ketiga

Shinta membalik badannya, "k-kak, sejak kapan disitu?" ucapnya mencoba setenang mungkin. bagaimanapun, ketiga gadis didepannya adalah ratu bullying yang tidak terkena DO dulu.

"sejak kapan ya?" Ardelia berlagak seperti sedang berfikir sambil mendekati Shinta, "sejak tadi dong. btw, thanks ya sayang. udah diberesin gudangnya, jadi tangan gue gak kena kuman deh"

Shinta hanya mengangguk ragu, wajahnya menunjukkan rasa takut. apalagi dulu Ardelia pernah sangat sakit hati karena kakaknya lebih memilih sahabatnya, bisa jadi dia akan balas dendam kepada Shinta kan?

Freya terkekeh kecil sambil mengangkat wajah Shinta dengan jadi telunjuknya, "jangan gugup gitu dong cantik, emangnya kita hantu?"

"eng-enggak kak"

"ihhh gemes banget sih sama adik kelasku yang satu ini" Stella mencubit pipi Shinta gemas, "karena kamu udah selesaikan hukuman kita, kita punya hadiah loh buat kamu"

"apa itu?" balas Freya dan Ardelia pura pura penasaran

"sabar ya sayang" Stella tersenyum manis sambil menepuk pipi Shinta, "hadiah mana hadiah" teriaknya

byur~

"AAAAA"

"hahahaha"

tawa ketiga gadis tadi ditambah dengan Kanaya meledak, bersamaan dengan Shinta yang berteriak saat seember penuh air es terjun dengan sempurna dari atas kepalanya

"kenapa nangis cantik?" tanya Kanaya tersenyum smirk

Shinta membuka matanya, matanya berair saat menatap wajah Kanaya. "l-lo tadi minta maaf sama gue, ken-kenapa sekarang lo malah gini ke gue nay?"

"eumm? gue minta maaf buat ini cantik, bukan buat berteman sama lo" Kanaya mengeluarkan gunting dari saku seragamnya

Shinta mundur, "lo mau apa nay?!"

bukannya menjawab, Kanaya justru menyuruh Freya dan Stella memegangi lengan, "diem lo!" titah Stella

"Shinta Putri Adijaya" Kanaya mencengkram rahang Shinta, "lo cantik, tapi sayang suka nikung!"

"gue gak nikung lo! gue gatau kalau lo juga suka Erlang. please percaya sama gue"

"kalaupun lo tau, lo masih aja suka Erlangga. iyakan?!"

Shinta menggeleng cepat. "enggak nay, enggak. gue bakal kasih Erlangga buat lo"

"dulu lo juga bilang gitu ke gue, lo bilang bakal ngasih abang lo ke gue. tapi? lo malah kasih ke cewek jadi jadian itu" balas Ardelia memberikan sebuah gunting ke tangan Kanaya

Kanaya mendekati Shinta, memandang tubuh Shinta dari bawah ke atas sembari tersenyum smirk

"lo mau apa nay?!" teriak Shinta berusaha lepas dari Stella dan Freya

"diem atau gue gunting mulut lo?!"

"udah gunting aja semua, cabik cabik nih cewe. enek gue lihat wajahnya yang sok polos itu" ujar Freya tidak sabaran

"argh. bangsat!"

Kanaya menatap Shinta nyalang. darah segar mengalir dari tangannya, bersamaan dengan gunting yang terhempas karena ditendang Shinta

"n-n-na-nay s-s-s-sorry, gue eng-enggak sengaja"

"sengaja atau enggak, tetep aja gue terluka" ucap Kanaya menjambak rambut Shinta kuat

"gue bener bener gak sengaja nay hiks"

"baru dijambak aja udah nangis" ejek Ardelia sinis. "LEMAH!" sambungnya

"argh sakit nay, lepasin gue hiks" 

"gak tau diri! lo pikir tangannya Naya gak sakit apa?! cengeng banget sih jadi cewek" ujar Freya tersulut emosi. gue emang suka bullying, tapi gue gak suka liat korban gue nangis. mending dibunuh aja dari pada gue enek ya kan? menurutnya

Shinta menatap wajah Freya datar "gue udah bilang kalo gue ga sengaja"

"kenapa lo natap gue kaya gitu? tadi aja nangis nangis, sekarang udah berani lo?"

gue nangis karena gue gak mau kalo sahabat gue nyakitin gue lagi. kalo sama setan kaya lo, gue bahkan rela dibunuh! ingin rasanya Shinta mengatakan yang sebenarnya. tapi yang dia lakukan hanya menggelengkan kepala pasrah

"mulut lo yang tadi bilang 'nay lepas nay, sakit' sekarang udah mingkem ya" celetuk Stella yang diabaikan oleh Shinta

Kanaya menarik lebih kuat rambut Shinta, "lo budek atau bisu sih?! sahabat gue nanya sama lo. JAWAB!"

kalian tau rasanya ketika orang yang dulu selalu ada untuk kita, selalu bertukar cerita, dan selalu menjadi tempat keluh kesah. sekarang tega menyakiti fisik dan batin kita, hanya karena satu masalah sepele seorang sahabat pergi dan bahkan mencari pengganti. itulah yang dirasakan oleh Shinta saat ini. sakit

"wah kayaknya emang mendadak jadi budek nih cewe" cetus Stella. "bisu juga" tambahnya lalu tertawa dengan jahatnya. benar benar setan!

"nay tolong nay, kepala gue sakit banget" ucap Shinta lemas. rambutnya serasa akan lepas dari kepalanya

"oh mau dilepas?" balas Ardelia sok lembut.  lalu membisikkan sesuatu sehingga Kanaya tersenyum smirk

Shinta mengangguk lemas, tangannya sudah tidak dipegang oleh Freya dan Stella, tapi rambutnya masih dijambak kasar oleh Kanaya

"oke gue lepas"

Shinta sempat tersenyum mendengar ucapan Kanaya, tapi....

BRAK

HAP~

Adrian datang diwaktu yang tepat. jika tidak, mungkin Shinta sudah menabrak lemari usang yang penuh paku didepannya

"LO GILA?! SHINTA BISA MATI KALO NABRAK LEMARI INI" bentak Adrian tak habis pikir dengan empat gadis didepannya

"emang itu yang kita mau, kenapa? masalah buat lo?" dengan entengnya Ardelia membalas perkataan Adrian

"lo lupa?" Freya memasang wajah terkejutnya

"apa?"

"nih bocah kan tergila gila banget sama adek kelas yang sok banget ini" jawab Freya tertawa

"dah lah girls, biar pahlawan kesiangan menyelamatkan princess nya" ucap Ardelia bersedekap dada, "cabut" lanjutnya lalu pergi dengan gaya angkuh

Adrian tidak menanggapi kepergian keempat gadis yang menurutnya sudah kehilangan akal sehat.

"lo ada masalah apa sih sama mereka?" Adrian menatap Shinta dalam, Shinta tau tersirat rasa khawatir dimata Adrian

"bukan masalah yang besar kok"

"bukan masalah yang besar lo bilang? lo hampir mati ditangan mereka! lo lihat itu?" Adrian menunjuk lemari usang dibelakangnya, "lemari itu penuh paku! kalo tadi gue ga dateng, kepala lo udah bocor!" tambahnya

"gue tau kak, tapi gue gapapa"

"apa ini semua ada hubungannya sama erlang?" tanya Adrian tiba tiba

Shinta menggeleng "enggak ada sama sekali. tolong rahasiakan kejadian ini ya kak. cukup gue, lo, sama mereka yang tau"

"gak! abang lo berhak tau dan gue juga bakal laporin mereka"

"jangan! gue ga mau bang rio khawatir" Shinta menatap Adrian tegas, "gue juga gamau kalo mereka di hukum. please kak"

Adrian menghembuskan nafas pasrah, "terserah lo! sekarang gue anter lo kerumah sakit. badan lo panas"

Shinta mengangguk, badannya mungkin demam karena disiram air es. kepalanya juga pusing, "inget. jangan laporin mereka"

"iya" balas Adrian lalu membopong tubuh Shinta keluar gudang

★★★