webnovel

I beg You.. Please Love me!!

Cerita ini adalah seri kedua dari pernikahan kontrak “MY PRECIOUS HUSBAND” bukan sebuah lanjutan dengan karakter yang berbeda.. Hidup Nada hancur seketika pada saat malam yang mencekam. Ia putus asa merasa membunuh dirinya sendiri adalah satu-satunya jalan keluar dari penderitaannya. Sampai pada saat ia ingin melompat dari jembatan penyebrangan ia dipertemukan dengan ibu penolong kehidupannya. Ibu merawat Nada dengan baik dan menjodohkannya pada anak laki-lakinya. Nada tentu saja menolak pada awalnya, tapi karena merasa hutang budi, mau tak mau ia menyetujuinya. Lalu sampailah ia pada pernikahan tanpa dasar cinta, ia senang bisa membalas budi tapi itu tidak cukup menutupi penderitaan yang dirasakannya setelahnya. Suami yang dinikahinya sangat membenci Nada, ia memperlakukan Nada dengan buruk dan merasa Nada merenggut semua kebahagiannya. lalu hal buruk lainnya menimpa Nada, dengan ketegaran hatinya ia menghampiri suaminya. Menatap sorot tajam yang selalu merendahkannya dengan hati-hati dan mengucapkan sebuah permohonan. “Aku...aku akan melepaskanmu, bertahanah hanya sampai aku melahirkan bayi ini. Hingga sampai pada saatnya kumohon.. kumohon bersikap baiklah padaku”

Cindelvi · 历史言情
分數不夠
36 Chs

Chap 28

Tetia mengamati ruangan besar itu dengan seksama, didominasi warna hitam khas pria maskulin dengan tidak terlalu banyak perabotan didalamnya. Ia duduk di sofa yang warnanya selaras dengan dinding keabuan, menanti putera bungsunya yang tengah membersihkan diri di kamar mandi sebelum ia datang. Robby menyerahkan cangkir teh dihadapan Tetia, dan wanita itu meraihnya seraya mengucapkan terima kasih. Tetia meminta Robby untuk bersikap biasa saja, bukan sebagai atasan dan bawahan melainkan seorang teman. "Bagaimana keadaan keluargamu Robb?" Robby tersenyum, sudah lama ia tidak bertemu dengan Tetia, selama ini ia ditugaskan untuk menjaga putera bungsunya yang sudah menginjak dewasa sehingga saat ia ingin mengabari semua perkembangan Rafael pada Tetia, Rafael melarangnya, jadilah ia menurut dan ikut menghilang dari Tetia. "Sangat baik, cucuku sekarang hampir satu tahun" jawabnya dengan riang.

"Benarkah? Kau mempunyai cucu? Kau benar-benar menghilang Robby, tega sekali kau melakukannya padaku."

"Maafkan aku, tapi puteramu yang melarangku" Tetia tersenyum pahit, ia mengerti saat itu memang sangat tidak memungkinkan untuk mereka menjalin komunikasi. "Aku mengerti, tidak apa Robb"

"Mama datang?" Rafael menginterupsi keduanya, rambutnya masih basah, lebam diwajahnya masih terlihat jelas namun tampak segar mungkin karena sehabis mandi, ia menghampiri ibunya yang berdiri disana. Memeluk sekilas, lalu duduk berhadapan diruang tamu. Robby yang melihatnya pamit meninggalkan keduanya.

"Kau baik-baik saja Rafael?" Tetia memperhatikan wajah lebam Rafael, yang lalu mendapatkan anggukan dari puteranya.

"Ya Ma, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah memperhatikanku"

"Jangan berterima kasih, Kau ini puteraku, tentu saja sudah kewajibanku memperhatikanmu" Rafael tersentuh, rasanya ia beruntung sekali mempunyai ibu seperti Tetia. Tetia selalu memperhatikannya sejak ia masih kecil, Rafael tidak pernah merasa ia dibedakan dengan Devian yang memang putera kandungnya. Bahkan dengan kebesaran hatinya, Tetia merahasiakan jati dirinya yang merupakan anak selingkuhan suaminya dan merawatnya dengan sangat baik. Rafael ingin membalas semua kebaikan hati Tetia, tapi rasanya ia tidak akan pernah cukup untuk membalasnya.

"Aku pikir mama marah padaku"

"Tentu saja, mama kecewa denganmu Rafael. Kau sudah menghancurkan hidup seseorang, kau tahu aku menemukan Nada saat ia hendak mengakhiri hidupnya, mama rasa ia melakukannya karena kejadian buruk itu" Rafael menegang, ia terlalu terkejut menerima semua fakta menyakitkan itu, jadi kalau saja waktu itu Nada tidak bertemu dengan ibunya, maka Rafael tidak akan pernah bisa menemukan Nada dimanapun.

"Rafael bersumpah ma, Rafael tidak melakukannya dengan sengaja untuk menyakitinya, Rafael sudah mencarinya kemanapun, Rafael ingin bertanggung jawab tapi—"

"Sudah mama mengerti, kamu memang bukan anak jahat, kamu anak baik Rafael. Kamu puteraku" Mata Rafael memanas, ia memeluk ibunya, beruang kali meminta maaf atas perbuatannya. Ia menyesalinya benar-benar menyesalinya.

"Izinkan Rafael bertemu dengannya ma, Rafael ingin minta maaf dengannya, Aku.. rasanya menyakitkan saat melihatnya membenciku. Aku ingin menjelaskan semuanya, aku ingin bertemu dengannya. Sekarang dia mengandung anakku."

"Mama tidak tahu apakah Nada ingin bertemu denganmu"

"Tolong bujuk Nada, Aku janji tidak akan melukainya.. aku ingin berbicara dengannya, dan memperbaiki semuanya. Aku mohon ma"

Tetia tampak menimang, ia ragu Nada mau bertemu dengan pria yang sudah menyakitinya, tapi ia juga tidak tega melihat Rafael terus dihantui perasaan bersalah lalu bagaimana juga dengan Devian? Putera sulungnya juga pasti tidak akan mengizinkannya. Tetia harus bagaimana? Apa yang harus dia lakukan sekarang?

✖️✖️✖️

"Kau akhir-akhir ini senang merajut?" Tanya Devian yang kini memeluk tubuh Nada dari belakang. Mereka sedang diruang tamu menikmati kebersamaan sembari menonton film dengan Nada yang sibuk merajut juga didepannya.

"Aku membuatkan sweater untukmu, aku harus menyelesaikannya dengan cepat" gumam Nada membuat Devian mengernyit "Masih banyak waktu untuk menyelesaikannya Nada, aku tidak akan kemanapun." Nada terpaku ia menghentikan gerakan tangannya, ia ingin mengatakan waktunyalah yang tidak banyak, tapi ia menyimpannya dalam-dalam ia tidak mau merusak momen bahagia ini menjadi momen kesedihan. "Tapi musim hujannya sudah datang, akan sia-sia jika ini selesai disaat musim hujan pun juga berakhir" Devian mencium pipi Nada, lalu mengeratkan pelukannya. Ya Tuhan, ia sekarang benar-benar menyayangi perempuan dalam pelukannya ini.

"Tidak ada yang sia-sia darimu. Aku bisa menggunakannya musim panas sekalipun." Nada mendengus, tangannya kembali bergerak. "Aneh, kamu akan kepanasan kalau memakainya"

"Demi membuat istriku bahagia, aku rela melakukannya"

"Oh Devian aku sungguh tidak biasa mendengarnya" Devian terkekeh "Kalau begitu kau harus terbiasa mulai sekarang, asal kau tahu aku ini sebenarnya pria romantis. Ngomong-ngomong Nada.."

"Hmm"

"Kenapa kau takut dengan hujan? Apa kejadian itu terjadi saat hujan?" Tiba-tiba saja Devian merasakan tubuh Nada bergetar, dengan sigap Devian mengusap lengan Nada memberi sejuta afeksi untuk Nada. "Maafkan aku, Tidak usah dijawab jika kau tidak nyaman." Sekarang Devian juga lebih mudah meminta maaf pada hal-hal kecil yang mungkin saja membuat Nada merasa tak nyaman bila didekatnya. Sedikit demi sedikit Devian ingin menghapus luka yang bersemayam dihati Nada akibat perbuatannya. Ia ingin menebus segalanya dan memulainya dari awal. Ia bersyukur menyadarinya saat-saat ini, jadi ia mempunyai waktu yang sangat banyak untuk memperbaiki semua hal.

"Y-ya dia melakukannya saat hujan, ayah meninggalkanku saat hujan juga, aku kehilangan apapun saat hujan. Jadi.. ja-jadi—"

"Sudah cukup, aku mengerti. Kau tidak perlu menceritakannya kau juga tidak perlu khawatir, Aku akan menjagamu saat hujan datang" Dengan senyuman yang terkembang, Nada mengangguk. Ia bahagia sekali saat ini.. lalu keduanya kembali pada kegiatannya, Nada yang sibuk merajut dan Devian sibuk menggoda Nada, tangannya nakal menjamah tubuh istrinya, bibirnya pun tak berhenti mencium Nada dimanapun. Harap dimaklumi Devian tidak melakukannya diawal-awal pernikahannya. "Kau harum seperti bayi" gumam Devian menghirup dalam aroma tubuh Nada.

"Tentu, aku menggunakan minyak telon, perutku sering sakit. Kupikir rasanya sedikit berkurang saat menggunakannya, apa kau tidak suka Devian?" Devian menggeleng tanpa menatap, ia sibuk dengan kegiatannya.

"Aku suka, Hanya sedikit aneh, Aku merasa seperti penjahat Nada, tubuhmu yang pendek dan kurus membuatku seperti menikahi gadis dibawah umur" Devian yang mengaku pria romantis, tapi kata-kata pedasnya terlalu melekat pada dirinya. Apa-apaan itu dia mengatakan istrinya sendiri pendek dan kurus, meskipun kenyataannya memang begitu.

"Devian kejam sekali, aku ini wanita dewasa kok"

"Aku tahu.. merapatlah sayang" Devian mempererat pelukannya, dan Nada lagi-lagi merasakan sesuatu yang besar di bawah sana, ia membelalak dan menoleh pada Devian. Pria itu menyengir menampakkan deretan gigi putihnya. "Dia hanya merespon wanita dewasa. Hmm.. aku mengakuinya kok kau selalu membuatku bergairah" bisik Devian terdenger seksi ditelinga Nada, begitu menggoda hingga mampu menyalurkan gairahnya kepada Nada, wanita itu gemetar tubuhnya seperti tersengat listrik "Tapi kau sudah melakukannya beberapa kali dalam sehari Devian" lirih Nada "aku juga heran, rasanya selalu ingin melakukannya terus. Sepertinya kita harus bulan madu Nada.. hmm bagaimana?"

"Hah? De-devian??"

"Saipan!! Ya!! Kita harus kesana" katanya lagi dengan penuh semangat.