webnovel

I beg You.. Please Love me!!

Cerita ini adalah seri kedua dari pernikahan kontrak “MY PRECIOUS HUSBAND” bukan sebuah lanjutan dengan karakter yang berbeda.. Hidup Nada hancur seketika pada saat malam yang mencekam. Ia putus asa merasa membunuh dirinya sendiri adalah satu-satunya jalan keluar dari penderitaannya. Sampai pada saat ia ingin melompat dari jembatan penyebrangan ia dipertemukan dengan ibu penolong kehidupannya. Ibu merawat Nada dengan baik dan menjodohkannya pada anak laki-lakinya. Nada tentu saja menolak pada awalnya, tapi karena merasa hutang budi, mau tak mau ia menyetujuinya. Lalu sampailah ia pada pernikahan tanpa dasar cinta, ia senang bisa membalas budi tapi itu tidak cukup menutupi penderitaan yang dirasakannya setelahnya. Suami yang dinikahinya sangat membenci Nada, ia memperlakukan Nada dengan buruk dan merasa Nada merenggut semua kebahagiannya. lalu hal buruk lainnya menimpa Nada, dengan ketegaran hatinya ia menghampiri suaminya. Menatap sorot tajam yang selalu merendahkannya dengan hati-hati dan mengucapkan sebuah permohonan. “Aku...aku akan melepaskanmu, bertahanah hanya sampai aku melahirkan bayi ini. Hingga sampai pada saatnya kumohon.. kumohon bersikap baiklah padaku”

Cindelvi · 历史言情
分數不夠
36 Chs

Chap 23

"Devian?" Rafael bergumam, meratapi nama yang tertulis diatas kertas yang baru saja ia dapatkan. Otaknya stagnan untuk menerima informasi itu, sebab ia tidak menyangka orang yang selama ini ia cari ternyata ada didekatnya. Matanya memejam menahan gelora amarah yang menggebu, tangannya meremat kertas itu menjadi gumpalan kertas. Sialan betul, Rafael telah tertinggal jauh. Seseorang telah memilikinya! Tidak adakah kesempatan untuknya?

"Jadi dia istri Devian?" Tanyanya lagi seolah meyakinkan dirinya. "Ya Tuan. Acara pernikahan itu ternyata dengan wanita yang selama ini tuan cari" Rafael kembali mengepalkan tangannya. Rasanya ia tidak bisa menerima informasi ini. "Jika aku lebih dulu menemukannya, dia tidak akan jadi milik siapapun bukan? Atau jika saja waktu itu aku datang, aku masih bisa mencegahnyakan paman?"

Meski kenyataan itu bisa saja terjadi, tidak menutup kemungkinan juga Rafael tetap tidak akan memilikinya namun melihat kegusaran Rafael, Robby akhirnya memilih menyetujuinya Kendati sejujurnya Ia tidak bisa memilih diantara keduanya "Ya tuan, jadi anda akan menyerah?" Rafael mendelik menatap tak suka Robby, menyerah? Tidak pernah ada kata menyerah dalam kamus Rafael meskipun harus berhadapan dengan Devian

"Haruskah kau bertanya...?" Rafael bangun dari duduknya, lalu mengitari mejanya, ia mendekati Robb yang berdiri didepan pintu.

"Tuan mau kemana?"

"Memangnya kemana lagi paman Robb? Bukankah seharusnya kita datang berjenguk? Jawab Rafael dingin, dari awal ia sudah bertekad perempuan itu miliknya, dan tidak ada yang bisa mendapatkannya selain Rafael.

Maka tiada ragu, ia mendatangi sebuah rumah, disana matanya memindai melihat sekeliling rumah yang pernah menjadi tempatnya pulang, tempatnya berlindung sampai suatu fakta menghancurkan semuanya membuat Rafael harus meninggalkan rumah itu dan mendapat kebencian dari orang yang ia percayai. Tangan Rafael mengepal, mengingat momen-momen yang pernah mengisi hidupnya. Lalu tiba-tiba saja ia tercekat saat mendapati perempuan yang ada dipikirannya sejak tadi muncul disana dengan mata berkaca. Pun Rafael ikut bergetar menghampiri perempuan itu sampai tepat dihadapannya ia tersenyum "Bu, aku merindukanmu"

✖️✖️✖️

Devian melepas pagutannya, benang saliva yang telah bercampur disekanya dengan ibu jarinya, mata Nada masih terpejam dengan bibir yang terbuka tampak membengkak akibat ulahnya. Devian tersenyum memandangi Nada yang menawan. Kembali mengecupnya, hanya sebuah kecupan membuat mata Nada terbuka dan bertemu dengan obsidian milik Devian. Keduanya saling pandang menyelami kedalam iris mata masing-masing. Hanya ada keheningan untuk beberapa menit sampai suara ponsel Devian mengalihkan atensi keduanya, dan nama Clara tercetak disana. Devian menjauhkan dirinya, dan Nada kembali ke posisi semula, pandangannya beralih keluar jendela memberikan waktu pada Devian untuk kekasihnya. Miris memang tapi dari awal Nada memang bukan siapa-siapa, dan ia sadar selamanya posisinya tidak akan pernah berubah meskipun statusnya jauh lebih tinggi dirinya daripada Clara. Devian hanya mencintai kekasihnya, sementara itu Devian melirik Nada sebelum ia benar-benar mengangkat panggilannya. Ia berdehem terlebih dahulu "Ya Halo?" Lalu percakapan singkat terjadi begitu saja, tidak terlalu lama tapi dari yang Nada dengar sepertinya mereka akan bertemu disuatu tempat.

"Clara baru saja kembali dari perjalanan syutingnya. Aku akan menemuinya karena tidak ada yang menjemputnya" Tidak tahu kenapa rasanya Devian harus memberi tahu Nada tentang dirinya yang harus menemui Clara, ia bahkan berbicara hati-hati agar Nada tidak salah paham. Padahal ia tahu bahwa Nada pasti akan mengizinkannya, lagipula kenapa ia merasa harus izin terlebih dahulu dengan Nada? Aneh tapi Devian benar-benar merasa harus izin dan gilanya berharap Nada tidak mengizinkannya. Tapi nahas Nada justru mengangguk tanpa membuka suaranya, ia menunduk memandangi jemarinya.

Tanpa sadar Devian mengusap kepala Nada dan perempuan itu mendongak kebingungan.

"Tidak akan lama, aku mungkin akan makan malam juga dirumah" Lantas Nada tersenyum lebar, kali ini ia membuka suaranya setelah memberikan anggukan yang kelewat semangat. "Ya, aku akan masak enak untukmu" Devian tak tahan terkekeh dan mengusak rambut Nada karena gemas membuat Nada lagi-lagi terkesima.

"Oh Devian!! Kau tertawa" seketika Devian menghentikan tawanya namun tergantikan dengan senyuman yang terbingkai diwajahnya.

"Aku juga manusia Nada, justru aneh kalau tidak bisa tertawa"

"Kau benar! Maafkan aku. Aku terlalu sering melihat wajahmu yang tampak menyeramkan"

"Ya?" Kedua alis Devian terangkat, pandangannya lurus kedepan, ia mulai menjalankan mobilnya.

"Ah maaf tidak bermaksud aku..." Devian hanya bergumam kecil yang tidak dapat Nada dengar dengan jelas. Ia kembali membuka mulutnya "Tapi aku suka, senyuman Devian menawan, aku harap kau sering melakukannya Devian"

Lantas secepat itu hati Devian luluh, ia terhenyak dengan perkataan Nada. Semua perasaan bencinya dulu kini meluap begitu saja, tergantikan dengan perasaan yang masih ia terka-terka. Suka? Ya Devian menyukai sifat lembut Nada, tutur katanya yang halus, bahkan saat ia merona Devian sangat menyukainya. Tapi perasaan cinta? Ia tidak tahu sebab ia masih mencari jawaban atas perasaannya. Sementara ini biarkan dia seperti ini dulu sampai ia tahu hatinya berlabuh kepada siapa, dan sementara ini ia benar-benar tidak bisa memilih keduanya.

✖️✖️✖️

Clara menundukkan wajahnya melongok pada kaca mobil yang turun ke bawah. Kacamatanya sedikit ia turunkan untuk memastikan bahwa pria yang berada didalam adalah kekasihnya dan saat ia mendapati pria yang ia harapkan, senyuman dibibirnya merekah, ia kemudian masuk kedalam segera memeluk Devian erat.

"I miss you so much Devian!!!" Ujarnya ceria, masih mendekap Devian, ia benar-benar merindukan kekasihnya.

"I miss you too" balas Devian melepaskan pelukannya, ia mulai menjalankan mobilnya meninggalkan area lobby bandara.

"London tidak menyenangkan tanpamu sayang, andai saja kau mau menemaniku kemarin"

"Kau tahu aku tidak bisa melakukannya"

"Ya dan itu jadi bagian yang sangat menyebalkan, kalau saja kau belum menikah kau pasti——"

"Kau tampak mencoklat sayang, apa kau disana banyak berjemur?" Devian memotong kalimat Clara, ia tahu perempuan itu pasti akan membicarakan tentang pernikahannya dengan Nada, dan nantinya berakhir dengan perdebatan kapan Devian menceraikan Nada. Jika dulu ia akan semangat membicarakannya, lalu menyusun rencana untuk menyingkirkan Nada, kini ia bahkan enggan untuk membahasnya. Devian membutuhkan waktu untuk berfikir.

"Benar!! Lihat tubuhku eksotis bukan? Aku suka dengan warna kulit ini, aku jadi tidak terlihat pucat" Devian tersenyum mengusap kepala Clara dengan tangan satunya.

"Oh Devian, aku benar-benar merindukanmu... hari ini menginap ya" tanya Clara ia memeluk lengan Devian.

"Eh, a-aku tidak bisa sayang, ada urusan yang harus ku selesaikan hari ini"

"Batalkan!! Kau harus bersamaku Devian, kita sudah lama tidak bertemu. Urusan apa yang lebih penting dariku? Aku tidak mau tahu kau harus menginap malam ini"

"Clara—"

"Kau selalu seperti ini Devian!! Kau selalu sibuk!! Karena kesibukanmu itu aku kehilangan harta berhargaku! Kau brengsek!! Aku hanya memintamu untuk menginap dan kau sulit melakukannya!!" Clara berteriak, emosinya meningkat. Tangannya sibuk memukuli lengan Devian, akibat kebrutalan Clara, Devian akhirnya menepikan mobilnya dipinggir jalan, lalu mencekal kedua lengan Clara. "Hey..hey Clara tenanglah, kau belum minum obatmu?"

"Aku tidak akan meminumnya!!!!! Kau akan meninggalkanku.. untuk apa aku meminumnya.."

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Astaga.. baiklah baiklah, hari ini aku menginap." Dengan nafas terengah, Clara menatap Devian tajam, tangannya berhenti memukul. Lalu ia merasakan dirinya dalam dekapan, Devian memeluknya dan mengusap punggungnya. "Janji?" Ujarnya lirih dan Devian hanya bergumam datar, berbanding dengan perasaannya yang kacau, sebab ia dilanda bingung setelah ia berjanji pada Nada untuk makan malam bersama. Namun keadaan tidak bisa membuatnya untuk memilih Nada.