webnovel

I beg You.. Please Love me!!

Cerita ini adalah seri kedua dari pernikahan kontrak “MY PRECIOUS HUSBAND” bukan sebuah lanjutan dengan karakter yang berbeda.. Hidup Nada hancur seketika pada saat malam yang mencekam. Ia putus asa merasa membunuh dirinya sendiri adalah satu-satunya jalan keluar dari penderitaannya. Sampai pada saat ia ingin melompat dari jembatan penyebrangan ia dipertemukan dengan ibu penolong kehidupannya. Ibu merawat Nada dengan baik dan menjodohkannya pada anak laki-lakinya. Nada tentu saja menolak pada awalnya, tapi karena merasa hutang budi, mau tak mau ia menyetujuinya. Lalu sampailah ia pada pernikahan tanpa dasar cinta, ia senang bisa membalas budi tapi itu tidak cukup menutupi penderitaan yang dirasakannya setelahnya. Suami yang dinikahinya sangat membenci Nada, ia memperlakukan Nada dengan buruk dan merasa Nada merenggut semua kebahagiannya. lalu hal buruk lainnya menimpa Nada, dengan ketegaran hatinya ia menghampiri suaminya. Menatap sorot tajam yang selalu merendahkannya dengan hati-hati dan mengucapkan sebuah permohonan. “Aku...aku akan melepaskanmu, bertahanah hanya sampai aku melahirkan bayi ini. Hingga sampai pada saatnya kumohon.. kumohon bersikap baiklah padaku”

Cindelvi · 历史言情
分數不夠
36 Chs

Chap 22

"Jadi kau pilih yang mana?" Nada memperhatikan berbagai macam produk susu formula dihadapannya, sejujurnya ia tidak tahu menahu soal hal itu. Selama ini ibu memberikannya setelah minuman itu dibuat, jadi Nada tidak mengetahui produk mana yang paling bagus. "Aku tidak tahu, asalkan bukan susu vanila, kurasa yang manapun bagus" Devian mengernyit menatap Nada aneh, lalu ikut memperhatikan macam-macam susu formula dihadapannya. Tanpa sadar mereka berdua dilirik banyak orang karena penampilannya yang mencolok. Wajah keduanya rupawan, seolah seperti artis yang tengah berbelanja. Bahkan ada yang berbisik membicarakan mereka, mengira tengah ada reality show dan keduanya merupakan peran utamanya.

"Yang ini saja, sepertinya nutrisinya banyak, kau terlalu kurus untuk ibu hamil, mungkin susu ini bisa menambah berat badanmu" kemudian Devian memasukan sampai tiga kotak kedalam troly. "Itu terlalu banyak"

"Untuk persediaan! Ayo kita cari yang lain" ucapnya sembari mendorong troly. Nada mengikuti disamping Devian.

"Ada yang ingin kau beli? Cemilan? Mungkin sembari merajut kau bisa memakannya. Kulihat akhir-akhir ini kau senang merajut" Tanya Devian saat mereka di rak makanan ringan, Nada segera menggelengkan kepalanya. Ia tidak terlalu suka makanan ringan seperti itu, tapi saat melihat coklat dirak selanjutnya matanya berbinar, dengan ragu ia meraih coklat itu. "Bolehkah?" Tanya Nada sembari menunjukannya pada Devian, pria itu hampir tersenyum melihat Nada dengan mata binar tampak menggemaskan. Berbeda dengan Clara, perempuan itu meminta izin dengannya dengan sangat manis. Tidak merengek maupun mengancam jika meminta sesuatu untuk ia belikan.

"Hmm. Kau suka sekali dengan coklat?"

"Sangat!! Kami itu sangat miskin, jadi waktu kecil, saat ayah pulang membawakan coklat untukku pemberian dari majikannya. Saat itulah aku tahu bahwa coklat makanan enak yang pernah kumakan. Sejak saat itu aku sangat suka coklat dan juga Aku jadi selalu teringat dengan ayah tiap kali melihat coklat"

Devian tertegun mendengar cerita menyedihkan Nada, perempuan itu menceritakannya dengan senyuman di wajahnya, seolah itu bukan cerita menyedihkan di masa lalu. Tapi merupakan kenangan manis dengan ayahnya. Berbanding terbalik dengan Devian yang memiliki kisah tragis. Ayahnya berselingkuh dan mengkhianati ibunya. Buru-buru melupakan kejadian suram itu, Devian memasukan banyak coklat ke troly mereka.

"Kalau begitu kau harus membelinya"

"Devian itu terlalu banyak"

"Sudah kukatakan ini untuk persediaan. Sudahlah Nada uangku tidak akan habis bahkan membelikanmu pabrik coklat" ujar Devian membuat Nada terperangah termasuk wanita-wanita lain yang berdekatan dengan mereka dan mencuri dengar pembicaraan keduanya. Banyak diantara mereka menjadi iri dengan Nada , bahkan ada yang berniat untuk menggoda Devian.

"Terima kasih Devian kau baik sekali"

"Semua kulakukan, untukku sendiri! Kau berjanji membantuku dan Clara" sontak Nada tersadar lalu tersenyum.

"Ya tentu, aku tidak akan lupa. Tapi tetap saja terima kasih" katanya pelan lalu kembali melihat rak didepannya, dan Devian tiba-tiba saja memejam, menyesali perkataannya barusan. Pada saat membuka matanya, ia membelalak melihat troly melaju kencang menuju Nada, troly itu hampir saja menabrak Nada jika Devian tidak menariknya kedalam pelukannya lalu menahan troly yang berisi beberapa bahan makanan didalamnya.

Seketika keadaan menjadi riuh, beberapa orang menghampirinya. Termasuk ibu yang menarik sembari seorang anak pemilik troly itu.

"Maafkan aku tuan, astaga!! Anakku mendorongnya saat aku tidak melihatnya"

"Kau seharunya menjaga anakmu dengan baik, istriku hampir saja terluka. Dia sedang hamil, bagaimana kalau tadi mengenai perutnya?"

"Saya minta maaf, saya lalai menjaga anak saya. Apakah nona baik-baik saja?" ucap ibu itu membuat Nada jadi tidak tega, pasalnya sekarang anak ibu itu jadi bersembunyi dibalik tubuh ibunya sebab ketakutan mendengar bentakan Devian yang cukup keras. Ia kemudian mengusap lengan Devian membuat pria itu mengalihkan wajahnya menatap Nada. "Devian aku baik-baik saja"

"Tapi dia hampir saja melukaimu. Aku bisa menuntutnya"

"Tidak perlu.. itu hanya sebuah ketidak sengajaan"

"Itu sebuah kelalaian Nada, itu tidak akan terjadi kalau ibu itu tidak menjaga anaknya dengan baik" Nada menghela nafasnya, tangannya masih mengusap lengan Devian. Obsidian beralih kepada ibu itu, lalu tersenyum. "Tidak apa-apa bu, saya baik-baik saja" dan Devian mendengus tanpa bicara.

"Terima kasih!! Sekali lagi saya minta maaf" setelahnya ibu itu pergi juga membawa anaknya. Devian yang kesal menepis tangan Nada ikut mendorong trolynya meninggalkan tempat itu yang mulai ditinggali beberapa pengunjung juga. Nada kemudian menyusul Devian. "Devian jangan marah. Aku minta maaf"

"Kita pulang!" Kata Devian dingin, terlihat jelas ia tengah menahan amarahnya. Maka jika sudah begitu Nada hanya bisa mengikuti tanpa membantah.

Devian membanting pintu mobilnya, ia mulai menyalakan mesin mobilnya setelah ia memasukan semua barang belanjaan mereka dikursi belakang, Nada duduk disampingnya dengan takut. Sebelum benar-benar menekan gas mobil, gerakannya terhenti saat Nada menyentuh lengannya, ia menoleh dengan alis berkerut lalu tersentak saat Nada menyentuh alisnya mengusapnya pelan.

"Ma-maafkan aku Devian"ujarnya lalu menarik tangannya.

"Aku tadi sedang membelamu, dan kau dengan tidak tahu dirinya menentangku"

"Tidak. Sungguh aku tidak bermaksud menentangmu, tidakkah kau lihat anak ibu itu? Dia bersembunyi ketakutan"

"Wajar dia baru saja melakukan hal ceroboh"

"Dia takut karena suara bentakanmu. Lagipula aku baik-baik saja, kau telah melindungiku" Devian tak dapat berkata-kata lagi, sebab Nada tiba-tiba saja memajukan tubuhnya, meski bukan kearah dirinya, namun kearah dimana ia meletakan belanjaannya di belakang, tetap saja otak Devian tiba-tiba menjadi liar saat melihat lekuk tubuh Nada tepat didepannya, apalagi harum tubuh Nada yang tercium olehnya ditambah bongkahan lemak didada Nada yang sempat terintip olehnya. Devian menjadi dimabuk kepayang, tubuhnya lantas terangsang.

"Apa kau sedang menggodaku Nada!???!" Setelah Nada kembali ke posisinya semula pertanyaan itu langsung terlontar membuat Nada terkejut. "Eh! Tidak!!!! Aku hanya mau ambil ini, kata ayah kalau sedang marah, coklat bisa membuat mood seseorang membaik" ujar Nada polos, sungguh ia tidak bermaksud menggoda Devian, bahkan ia tidak tahu caranya menggoda. Namun Devian pria dewasa dengan hormon yang kelewat normal, sudah terlanjur terangsang.

"Bukan begitu caranya membuat mood seorang pria dewasa membaik." Ujar Devian, suaranya berubah serak dan rendah. kemudian Devian mengulurkan tangannya, menyalip diantara ceruk leher dan rambut Nada, menarik tengkuk Nada mendekat, menatap obsidiannya sampai mereka merasakan hembusan nafas yang menerpa wajah mereka, Nada sangat cantik dilihat dari dekat, matanya indah dipandang membuat Devian betah menatap lama-lama, sementara itu tak jauh bedanya darah Nada berdesir hebat, apalagi ketika bibir Devian mulai melumat milik Nada yang lembut, yang manis, yang selalu ingin ia coba.

Awalnya Nada terkejut, tubuhnya menegang menjadi pihak yang pasif tanpa membalas ciuman Devian yang mulai menggairahkan tapi kemudian ia menjadi rileks saat tangan Devian yang lainnya menarik pinggang Nada, memeluknya sembari mengusapnya dengan pelan. Ia kemudian ikut memejamkan matanya, lalu mulai membalas lumatan Devian.