webnovel

I beg You.. Please Love me!!

Cerita ini adalah seri kedua dari pernikahan kontrak “MY PRECIOUS HUSBAND” bukan sebuah lanjutan dengan karakter yang berbeda.. Hidup Nada hancur seketika pada saat malam yang mencekam. Ia putus asa merasa membunuh dirinya sendiri adalah satu-satunya jalan keluar dari penderitaannya. Sampai pada saat ia ingin melompat dari jembatan penyebrangan ia dipertemukan dengan ibu penolong kehidupannya. Ibu merawat Nada dengan baik dan menjodohkannya pada anak laki-lakinya. Nada tentu saja menolak pada awalnya, tapi karena merasa hutang budi, mau tak mau ia menyetujuinya. Lalu sampailah ia pada pernikahan tanpa dasar cinta, ia senang bisa membalas budi tapi itu tidak cukup menutupi penderitaan yang dirasakannya setelahnya. Suami yang dinikahinya sangat membenci Nada, ia memperlakukan Nada dengan buruk dan merasa Nada merenggut semua kebahagiannya. lalu hal buruk lainnya menimpa Nada, dengan ketegaran hatinya ia menghampiri suaminya. Menatap sorot tajam yang selalu merendahkannya dengan hati-hati dan mengucapkan sebuah permohonan. “Aku...aku akan melepaskanmu, bertahanah hanya sampai aku melahirkan bayi ini. Hingga sampai pada saatnya kumohon.. kumohon bersikap baiklah padaku”

Cindelvi · 历史言情
分數不夠
36 Chs

Chap 19

Nada menggeliat dalam pelukan Devian, merasai pegal diseluruh tubuhnya lantaran tidur dengan posisi yang sama seperti tadi malam hingga pagi, dalam dekapan suaminya. Kesadarannya belum pulih sepenuhnya bahkan ia tidak sadar menelusupkan wajahnya pada dada bidang Devian, membaui harum musk yang membuatnya mengernyit bingung hingga membuka matanya perlahan dan mendapati dada bidang Devian yang terbalut kemeja putih dihadapannya. Sepuluh detik berlalu dua puluh detik hanya diam barulah didetik ketiga puluh ia membelalakan matanya dan menyadari posisinya saat ini, dan dengan spontan diantara kesadarannya yang penuh ia mendorong tubuh Devian namun bukannya terlepas Devian justru mengetatkan pelukannya.

"Kau ingin membuatku jatuh?" ucapnya dengan suara serak dan rendah. Nada lantas menggoyangkan kepalanya dengan cepat, merasai jantungnya berdetak terlalu cepat dan sangat mendebarkan. Pipinya terasa panas, tidak bahkan seluruh tubuhnya terasa panas akibat dekapan ini. Astaga sebenarnya apa yang sedang terjadi? Diantara kegugupannya Nada mendengar helaan nafas yang keluar dari Devian, namun ia tak berani mendongak, ia terlalu takut menatap wajah Devian, tubuhnya saja kaku karena tegang.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya membuat Nada kebingungan

"Y-ya?"

"Semalam kau sangat ketakutan"

"Oh ya.. aku baik-baik saja sekarang, te..terima kasih Devian"

"Hmm.." Devian akhirnya melepaskan pelukannya, ia bangkit dari tidurnya berdiri dihadapan Nada yang ikut membangkitkan dirinya duduk di sofa. Ia menunduk wajahnya tak berani menatap. "Nada.." Devian memanggil namanya lantas menarik atensi Nada. "Ya?" Devian tampak ingin membicarakan sesuatu dengannya, tapi kemudian ia hanya diam memandangi wajah Nada.

"Selepas aku membersihkan diri, aku ingin bicara denganmu.. tentang hubungan ini"

✖️✖️✖️

Dan disinilah Nada duduk di meja makan untuk pertama kalinya melakukan sarapan pagi berdua dengan suaminya, rasanya hari ini terlalu aneh sekaligus menyenangkan untuk Nada, takdipungkiri ia juga kebingungan dan gugup sepanjang menyiapkan sarapan mereka.

"Aku.. aku tidak tahu kau suka apa, jadi maaf hanya ini yang bisa kubuatkan" Devian yang menyendokan nasi goreng kedalam mulutnya menghendikan bahunya pelan. Ia tidak peduli sebenarnya, asalkan rasanya enak ia tidak masalah makan apapun. Kecuali udang! Devian tidak akan pernah memakannya, atau ia akan ditemukan mati dengan mulut berbusa karena keracunan. Devian memiliki alergi dengan hewan itu.

"Tidak masalah. Aku bisa makan apapun kecuali udang, dan yah masakanmu lumayan untuk dimakan" Nada merona mendapati pujian pertama dari Devian, semua hal baik yang ia dapatkan pagi ini merupakan hal pertama baginya, dan itu jelas membuatnya berbunga-bunga. "Te-terima kasih" ucapnya yang selalu terlihat gugup.

"Well Nada, aku tidak suka basa-basi. Kenapa kau meminta hal konyol itu kepadaku?" Maka Nada tersentak mendapati pertanyaan dari Devian yang ia tahu kemana arah pembicaraan mereka ini. "Karena... sudah seharusnya aku melakukannya?" Devian mengangguk mengerti, semakin membuat Nada gugup "Kenapa tidak sekarang saja?" Nada mengalihkan pandangannya mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan Devian, ia tidak bisa memberi tahu Devian tentang penyakitnya, yang bahkan Nada tidak tahu akankah dia selamat atau tidak nantinya. Tapi sebelum ia memang tidak bisa terselamatkan, bolehkah ia sedikit egois untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang suaminya?

"Aku... aku..sedang hamil, aku hanya ingin ada seseorang saat aku melahirkan. Aku... aku.. aku terlalu takut mengadapinya seorang diri nanti" Alis Devian tampak berkerut mencerna kalimat yang baru saja dilontarkan wanita dihadapannya, kemudian ia menanggapi dengan dengusan.

"Wah bukankah kau sangat tidak tahu diri dan murahan? Kau mengharapkan perhatianku? Setelah kau mengacaukan semuanya?" Kata Devian ketus, entah kenapa ia merasa tiba-tiba saja dilanda amarah. Dengan panik Nada menggoyangkan kedua tangannya diudara, ia merasa terluka dengan perkataan Devian tapi tentu saja ia tidak mau Devian berpikiran seperti itu meskipun jika dipikirkan mungkin ada benarnya perkataan Devian.

"Tidak.. bukan begitu. Kau tidak perlu memperhatikanku, aku hanya ingin kita berdamai dan jangn bersikap kasar lagi denganku. Kumohon.."

Devian sedikit terhenyak dengan permohonan Nada, tanpa mengurangi keketusannya ia kembali berucap. "Aku tidak mendapatkan keuntungan apapun"

"Aku akan memastikan ibu merestui hubungan kalian"

"Apa?" Devian sungguh terkejut Nada akan menawarkan hal itu padanya. "Tidak ada jaminannya." Sambungnya

"Aku berjanji akan memastikannya.." Devian mengepalkan tangannya, ia benar-benar kesal, tapi kenapa? Kenapa dia kesal mendengarnya? Bukankah itu suatu kabar bagus, wanita itu menjamin tentang restu yang akan diberikan untuknya dengan Clara, tapi kenapa rasanya Devian ingin menolak.

"Jangan membawa Clara kedalam masalahmu"

"Tidak Devian! Sungguh aku tidak ada maksud apapun, aku hanya ingin melepaskan dirimu—" ada sarat kesedihan saat mengatakannya, tapi Nada mencoba mengabaikan perasaannya. "Dan aku akan menghilang darimu dan ibu selamanya, aku janji tidak akan mengganggumu lagi juga dengan Clara. Kau dan ibu tidak akan pernah menemukanku." Meski berat meninggalkan ibu, selamat atau tidak Nada harus kuat menjalaninya, sudah cukup ia menyusahkan siapapun.

"Katakan padaku sebenarnya apa tujuanmu! Apa kau akan kembali pada ayah dari bayimu?" Devian mengatakannya dengan marah. "Tidak! Tentu saja tidak, sudah kukatakan aku hanya ingin melepaskanmu"

"Semudah itu? Setelah kau bertahan selama sebulan?" Keduanya lantas bungkam menyadari perkataan Devian yang seolah tidak menginginkan Nada menyerah dengan pernikahan ini. Devian buru-buru berdehem dan menenangkan kembali dirinya, ia hampir saja lepas kendali. "Katakan padaku siapa pria itu."

Nada rasanya ingin menangis, ia selalu tidak bisa mengatakan pada siapapun dengan apa yang terjadi pada dirinya bahkan pada Ibu Devian sekalipun. Sampai sekarang hanya dia yang tahu tentang kejadian itu, dan itulah yang membuat Devian tanpa Nada ketahui mencari tahu apapun tentang Nada tapi tidak menemukan apapun. "Aku tidak bisa mengatakannya.." Devian memejamkan matanya menahan amarah "Baiklah kupikir kau akan jadi besar kepala, aku tidak pernah peduli dengan apa yang terjadi padamu" ucapnya berlawanan dengan apa yang dipikirkannya. Devian terlalu menjunjung tinggi harga dirinya. Namun ia tidak akan berhenti mencari tahu.

"Aku tidak akan pernah minta maaf atas apa yang telah aku lakukan padanu"

Nada tersenyum tulus kemudian mengangguk "Kau tidak perlu minta maaf"

Rahang Devian mengeras lalu mendesah.. "Baiklah, terserah padamu saja. Ini semacam pernikahan kontrak dengan perjanjian bukan?"

"Ya Devian"

"Pastikan bahwa aku bisa menikahi Clara" kata Devian akhirnya, setelahnya ia tidak mengatakan apa-apa lagi selain pergi meninggalkan Nada seorang diri yang termenung.