webnovel

I beg You.. Please Love me!!

Cerita ini adalah seri kedua dari pernikahan kontrak “MY PRECIOUS HUSBAND” bukan sebuah lanjutan dengan karakter yang berbeda.. Hidup Nada hancur seketika pada saat malam yang mencekam. Ia putus asa merasa membunuh dirinya sendiri adalah satu-satunya jalan keluar dari penderitaannya. Sampai pada saat ia ingin melompat dari jembatan penyebrangan ia dipertemukan dengan ibu penolong kehidupannya. Ibu merawat Nada dengan baik dan menjodohkannya pada anak laki-lakinya. Nada tentu saja menolak pada awalnya, tapi karena merasa hutang budi, mau tak mau ia menyetujuinya. Lalu sampailah ia pada pernikahan tanpa dasar cinta, ia senang bisa membalas budi tapi itu tidak cukup menutupi penderitaan yang dirasakannya setelahnya. Suami yang dinikahinya sangat membenci Nada, ia memperlakukan Nada dengan buruk dan merasa Nada merenggut semua kebahagiannya. lalu hal buruk lainnya menimpa Nada, dengan ketegaran hatinya ia menghampiri suaminya. Menatap sorot tajam yang selalu merendahkannya dengan hati-hati dan mengucapkan sebuah permohonan. “Aku...aku akan melepaskanmu, bertahanah hanya sampai aku melahirkan bayi ini. Hingga sampai pada saatnya kumohon.. kumohon bersikap baiklah padaku”

Cindelvi · 历史言情
分數不夠
36 Chs

Chap 18

"Devian" Pria itu tetap diam dengan pandangan lurus entah menatap apa. Clara menghela nafasnya kesal karena telah terabaikan dan kembali memanggil namanya, "Devian!" Masih tetap diam, maka panggilan ketiga Clara memanggilnya dengan sedikit mengguncangkan tubuh pria itu. "Devian!!"

"Y-Ya??" Tanyanya mulai memfokuskan dirinya pada Clara.

"Sedang melamunkan apa?" Tanya Clara yang langsung mendapatkan gelengan kepala.

"Tidak ada"

"Bohong!! Sudah tiga kali aku memanggilmu dan kau hanya mengabaikanku." Devian mendesah, dan mengusap wajahnya seraya menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya, saat ini mereka berada diruang kerja Devian dengan hujan deras mengguyur di luar sana, sudah pukul 9 malam setelah beberapa jam yang lalu seluruh karyawan Devian telah pulang kerumahnya masing-masing. Dan Clara baru saja datang beberapa menit yang lalu dari aktivitasnya sebagai seorang aktris. Ia merindukan Devian sebab seharian ini pria itu tidak bisa dihubungi, maka saat tahu bahwa kekasihnya di kantor, segera Clara menghampiri pria itu.

"Tidak ada Clara a—" dering ponsel Devian yang tiba-tiba menghentikan kalimat pria itu. Devian mengerutkan keningnya saat mendapati nomor ibunya tertera di panggilan itu.

"Hallo" Sahut Devian. Lalu tanpa membalas sapaan Devian, Tetia menyahut dengan pertanyaan yang terdengar bahwa ia tengah dilanda cemas. "Apa disana hujan juga?" Tanyanya "Iya ma. Diluar hujan deras dan penuh kilat. Ada apa?" jelas Devian saat bunyi guntur baru saja terdengar. Mendengar jawaban anaknya bahkan ia juga dapat mendengar bunyi guntur itu, Tetia semakin terdengar khawatir. "Oh Tuhan! Kau bersama Nada bukan?" Devian merotasi matanya, malas mendengar nama itu, dengan suara dingin iapun menyahut singkat "Tidak" dan saat itulah kekhawatiran Tetia memuncak, ia memarahi Devian dan meminta Devian untuk segera pulang, sebab Nada yang memiliki trauma, sangat takut mendengar suara hujan apalagi suara guntur, namun Devian tak acuh, ia tidak menanggapi serius permintaan ibunya. Ia bahkan mengatakan bahwa Nada akan baik-baik saja dirumah. Devian beralasan bahwa ia tengah sibuk dikantor. Tapi sebenarnya ia masih belum siap bertemu dengan Nada dan kembali dibuat bingung hanya karena permintaan Nada yang terlalu tiba-tiba. Ia tidak mengerti dengan dirinya, semenjak ia melihat betapa cantiknya Nada malam itu, pikirannya tidak lepas dari Nada, dan itu membuat Devian kesal berkepanjangan.

✖️✖️✖️

Akhir-akhir ini Nada senang merajut, demi mengusir rasa bosan karena hanya berdiam diri didalam rumah, Nada menghabiskan waktunya merajut helai demi helai benang untuk sebuah sweater, sebentar lagi musim hujan cuaca pasti sangat dingin, membuat Nada ingin sekali merajut sweater untuk suaminya. Entah Devian akan menerimanya atau tidak ia tetap ingin membuatnya. Dan benar saja disaat ia sibuk merajut, hujan tiba-tiba saja turun, mengejutkan Nada yang mulai gemetar, pandangannya meliar kesana kemari menyadari bahwa ia seorang diri. Jika biasanya ada Ibu Devian yang menenangkannya, kini tidak ada siapapun yang mampu melakukannya. Maka dengan gerakan terburu-buru, Nada merapikan seluruh barang merajutnya, ia berencana menuju kamarnya, dan bersembunyi di balik selimut berharap agar ketakutannya bisa menghilang, namun belum selesai berberes Nada kembali dikejutkan dengan bunyi guntur yang jauh lebih keras dari sebelumnya yang sontak saja membuat Nada memekik karena takut "Akhhhh" lantas barang-barang yang berada ditangannya jatuh berhamburan dengan Nada yang kini menutup telinganya berjongkok disamping sofa.

Tubuh Nada bergetar hebat, peluh membasahi seluruh tubuhnya, matanya memejam dengan gigi mengetat, seraya mengeluarkan air matanya. Ia benar-benar ketakutan saat ini hingga tidak bisa menahan diri untuk memekik tiap kali suara guntur terdengar. Bahkan ia tidak mampu mendengar suara langkah kaki yang tergesa memasuki ruangan berubah menjadi berlari mendekatinya. Tepat dihadapan Nada ia mensejajarkan tubuhnya, melihat Nada dengan raut amat cemas. "Nada, kau baik-baik saja?" Tanyanya menangkup pipi Nada, yang wajahnya pucat pasi seperti mayat. Nada menangis mencengkram lengan kuat miliknya. "Hu..hujan.... aku... tidak suka dengan suaranya!" Ucapnya gemetar diantara isaknya "hujan... !!"

"Suaranya!"

"Aku.. takut..."

"Akhhhhhh" teriaknya kembali manakala langit kembali mengeluarkan suara guntur, pun Devian membawa Nada kedalam pelukannya, memeluk erat dengan tangannya mengusap punggung kecil istrinya.

"Nada... tenanglah aku ada disini" bukannya tenang, Nasa justru semakin ketakutan saat menyadari bahwa yang memeluknya adalah seorang pria. Ia kemudian meronta melepaskan diri dari pelukan pria itu yang notabenenya adalah suaminya sendiri.

"Tidak!! Lepaskan aku!! Kumohon jangan sakiti aku" rontanya diantara isak tangisnya. Devian membelalakan matanya sebab mendapati penolakan dari Nada, Nada mulai lepas kendali, bayangan pria yang memperkosanya membuatnya mengalami trauma semacam ini. Tapi Devian tidak menyerah ia tidak berniat melepaskan dekapannya, memberi ciuman afeksi diseluruh permukaan wajah Nada, berharap ciuman itu memberikannya ketenangan.

"Sssttt... Nada ini aku Devian... jangan takut, tidak akan ada yang menyakitimu" Nada hanya diam, ia tidak bisa menggerakan tubuhnya akibat dekapan yang diberikan Devian. Pun lambat laun ia mulai sedikit tenang akibat usapan yang diberikan suaminya, dan tangan Devian yang satunya menutup telinga Nada yang tidak tertutupi dari suara hujan yang masih terdengar.

Beberapa menit Devian begitu sabar menunggu Nada hingga tenang, ia kemudian melepaskan dekapannya, sedikit menjauh guna menatap Nada yang membalas tatapannya masih dengan sorot ketakutan. Lalu Devian mengecup kedua mata Nada yang tertutup dengan lembut. Lantas seketika Nada tidak merasakan takut lagi.

"Sudah lebih baik?" Tanyanya ketika ia merasakan tubuh Nada lebih rileks tidak bergetar seperti sebelumnya. Nada mengangguk pelan, kemudian Devian membawanya untuk duduk di sofa. Ia berniat membawakannya segelas air namun Nada mencegahnya. "Ja-jangan tinggalkan aku.." kata Nada lirih. Devian mengusap pipi Nada, saat ini tidak ada Devian yang kejam semua dilakukannya dengan lembut "Aku hanya ingin membawakanmu air." Nada masih mencekram lengan baju Devian dengan kuat "Aku takut.."

"Tidak akan lama Nada, aku janji!" Sahut Devian, kemudian perlahan ia melepas tangan Nada, berlalu dari sana dengan cepat dan kembali dengan segelas air ditangannya. Ia duduk disamping Nada memberikan segelas air itu kepada istrinya.

"Habiskan" ucap Devian, pun Nada melakukannya tanpa membantah, setelah Devian meletakkan gelas diatas meja. Nada kembali memekik lantaran suara guntur kembali terdengar, ia secara tidak sadar memeluk Devian yang hampir terlonjak karena terjangan Nada. "Takut.... aku takut" gumam wanita itu.

Devian menghela nafasnya, mengusap punggung Nada kembali, dengan pelan akhirnya Devian membaringkan Nada di atas sofa yang sedang mereka duduki, bersyukur sofanya cukup besar untuk menampung keduanya. Tanpa melepas pelukannya Devian berbaring disamping Nada.

"Sssst, Kau mendengar detak jantungku?" Nada mengangguk, tentu saja mendengar, wajahnya tepat didada Devian. "Bagus!" Sahutnya "Sekarang pejamkan matamu. Jangan dengar apapun selain detak jantungku" katanya lalu mengecup pucak kepala Nada. Seperti seorang anak, Nada mengikuti semua perintah Devian, ia hanya mendengar suara detak jantung Devian yang hebatnya membuat ia benar-benar tenang dan merasa ngantuk, tak lama Devian sudah tidak mendengar suara apapun lagi dari Nada juga tidak ada pergerakan lain selain gerakan bernafas yang teratur dan dekuran halus. Nada sudah terlelap dalam dekapan Devian..

Mengikuti jejak istrinya, dilanda rasa lelah, Devian lalu menyusul Nada masuk kedunia mimpi, sesudah ia mempererat pelukannya.