webnovel

I beg You.. Please Love me!!

Cerita ini adalah seri kedua dari pernikahan kontrak “MY PRECIOUS HUSBAND” bukan sebuah lanjutan dengan karakter yang berbeda.. Hidup Nada hancur seketika pada saat malam yang mencekam. Ia putus asa merasa membunuh dirinya sendiri adalah satu-satunya jalan keluar dari penderitaannya. Sampai pada saat ia ingin melompat dari jembatan penyebrangan ia dipertemukan dengan ibu penolong kehidupannya. Ibu merawat Nada dengan baik dan menjodohkannya pada anak laki-lakinya. Nada tentu saja menolak pada awalnya, tapi karena merasa hutang budi, mau tak mau ia menyetujuinya. Lalu sampailah ia pada pernikahan tanpa dasar cinta, ia senang bisa membalas budi tapi itu tidak cukup menutupi penderitaan yang dirasakannya setelahnya. Suami yang dinikahinya sangat membenci Nada, ia memperlakukan Nada dengan buruk dan merasa Nada merenggut semua kebahagiannya. lalu hal buruk lainnya menimpa Nada, dengan ketegaran hatinya ia menghampiri suaminya. Menatap sorot tajam yang selalu merendahkannya dengan hati-hati dan mengucapkan sebuah permohonan. “Aku...aku akan melepaskanmu, bertahanah hanya sampai aku melahirkan bayi ini. Hingga sampai pada saatnya kumohon.. kumohon bersikap baiklah padaku”

Cindelvi · 历史言情
分數不夠
36 Chs

Chap 08

"Terima kasih Mr.Sam. Sudah membuatkan gaun indah untuk Nada" ucap Nada disela langkah kakinya menuju parkir, Mr.Sam memang sangat ramah dan mudah bergaul, sehingga kini Nada bisa berbicara lebih santai dibandingkan pertama kali mereka bertemu. Ketiganya baru saja selesai dengan urusan gaun yang akan dikenakan Nada juga Devian. Rencananya akan ada tiga gaun yang mereka gunakan untuk acara pernikahan mereka beberapa hari lagi. Dua gaun sudah selesai, tersisa satu gaun lagi yang masih dalam rancangan, gaun malam untuk acara resepsi. Gaun yang katanya, Mr. Sam akan mendesainnya lebih indah lagi dibanding gaun yang sebelumnya Nada coba.

"Sama-sama Nada. Kau tidak perlu khawatir aku akan membuatkanmu Gaun terindah yang tidak pernah kau bayangkan" Nada tersenyum senang, Mr.Sam sangat baik kepadanya tidak seperti pria disampingnya yang tengah memutar bolanya malas mendengar percakapan mereka. Sebenarnya Devian ingin segera meninggalkan keduanya, karena sungguh ia malas terlalu lama disini, banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan dibanding harus berkutat dengan hal yang tidak ada gunanya seperti ini.

"Tidak usah terlalu mewah dan spektakular Sam, acara pernikahan ini hanya dibuat sederhana." Kata Devian ia membuka pintu kemudi mobilnya, dan masuk lebih dulu.

"Apa? Sederhana? Seorang Direktur dan pemilik Saham dengan pendapatan ratusan milyar rupiah pertahun, mengadakan acara pernikahan sederhana? Calonmu itu rendah hati atau pelit?" Nada yang mengerti kenapa Devian bersikap seperti itu hanya bisa tersenyum kikuk, ia tidak mau berkomentar sebab takut salah bicara, bisa-bisa membuat Devian semakin tidak menyukainya.

"Dan lihat? Aku baru tahu kalau dia sangat tidak gantleman" lanjutnya dengan kesal lalu Mr.Sam membuka pintu penumpang untuk Nada, mempersilahkan gadis itu untuk segera masuk mobil yang sebelumnya mengucapkan terima kasih lagi. Mr.Sam menundukan wajahnya agar bisa melihat mereka berdua.

"Kalian berdua hati-hati dijalan dan Nada.."

"Ya?"

"Aku bersungguh-sungguh mengenai tawaranku tadi. Jika kau mempunyai banyak waktu luang, kau bisa menjadi modelku"

"Dia tidak akan menjadi apapun.." Devian menyela, membuat Mr.Sam mengernyitkan keningnya.

"Aku berbicara dengan Nada Devian, aku tidak membutuhkan jawabanmu."

"Dan aku adalah calon suaminya, setelah kami menikah dia harus menuruti keinginanku."

"Kalau begitu tidak usah menikah." Jawab Mr.Sam cepat, sebenarnya ia tahu kondisi keduanya yang dijodohkan, tentu saja karena kedekatannya dengan ibu Devian tidak mungkin Mr.Sam tidak mengetahuinya, hanya saja ia memang sengaja pura-pura tidak tahu, ia ingin melihat interaksi mereka berdua. Dan sejauh dari pengamatannya, Meskipun Devian sangat ketus dengan Nada, tapi ia juga tidak mengatakan apapun perihal hubungannya yang dijodohkan, sepertinya Devian sengaja melakukannya demi citranya di depan orang.

"Kami harus segera pergi Sam" ucap Devian akhirnya setelah ia tampak berpikir, ia memutuskan untuk bungkam menjadikan Mr.Sam tersenyum penuh arti lalu mengangguk dan menegakkan tubuhnya. Setelanya kaca mobil perlahan naik dan Devian meninggalkan tempat. Bertepatan dengan kepergian mereka, ponsel Mr.Sam berbunyi menampilkan nama Tetia di layar ponsel.

"Ya! Mereka baru saja keluar Tia"

"....."

"Memangnya apa yang kau harapkan dari anakmu huh? Mengingat sifatnya, kurasa ia sudah melakukannya sekeras mungkin untuk tidak memperlakukan Nada dengan buruk, aku tidak tahu bagaimana ia memperlakukan Nada di belakang, aku sedikit mengkhawatirkannya, sebab ia masih berbicara dengan ketus."

"..."

"Tidak, kau tidak perlu takut. Devian tidak akan sekejam itu menyakiti Nada. Dan Tetia, mellihat kelembutan Nada entahlah kurasa nanti pada akhirnya Devian akan menyerah."

✖️✖️✖️

"Kau jangan besar kepala, aku melarangmu bukan karena hal lain, aku tidak akan membiarkanmu bersenang-senang seperti itu" Nada menghela nafasnya, pandangannya masih pada jalan disampingnya, melihat hiruk pikuk kota membuat Nada berpikir mungkin ada bagusnya kalau ia bisa keluar dari kota ini lalu tinggal dipedesaan? Tapi mengingat hutang budinya pada ibu, dia kembali mengubur dalam-dalam keinginannya.

"Iya aku tahu" Nada menundukan kepalanya menatap perutnya yang masih rata, ia tampak tersenyum sekilas dan mengusap perutnya dengan perlahan "aku sudah punya pekerjaan yang lebih berarti dari sekedar seorang model" lanjutnya.. Devian secara otomatis melirikan matanya dan menangkap Nada terlihat begitu menyayangi janin dalam kandunganya. Sejenak ia tampak merasa aneh, perasaan Devian tiba-tiba menghangat lalu salah satu alisnya terangkat keatas tampak tak suka dengan hal itu, dan secepat itu juga berubah saat ia mengingat wanita murahan tetaplah wanita murahan. Dengan bukti bahwa wanita itu hamil diluar nikah menjadikan dirinya tak pantas mendapat simpati dari Devian. Bahkan dari ibunya yang baik hati, sebab dengan liciknya Nada memanfaatkan ibunya agar menikahi Devian lalu ia mendapatkan bagian dari harta yang dimiliki. Memangnya siapa yang tak tahu, sebagian kekayaannya mampu membuat Nada menjadi wanita sosialita yang bergelimangan harta. Keduanya berada dalam pikirannya masing-masing saat ponsel Devian berbunyi dan mengalihkan atensi mereka bersamaan.

Nada melihat Devian tampak kesal dengan panggilan itu, helaan nafas mengiringi tiap jawaban yang keluar dari mulutnya, setelah panggilan itu diakhiri Devian menatap Nada dengan marah.

"Kau benar-benar menyusahkanku Nada!"

Dan disinilah mereka dihadapkan berbagai pilihan cincin pernikahan, dari berlian yang kecil hingga yang besar, dan Nada yakin bahkan berlian terkecilpun harganya pasti fantastis.

"Pilihlah, aku tidak mau repot-repot memilih cincin pernikahan yang tidak aku inginkan"

"A-aku tidak tahu—"

"Tinggal pilih saja jangan mempersulitku!" Sela Devian merasa mengetahui apa yang akan dikatakan Nada. Dan Nada yang terkejut akan bentakan Devian, mengatup bibirnya kuat-kuat, sekeras mungkin ia berusaha agar tidak menangis karena perlakuan kasar Devian apalagi dihadapan sales penjual itu. Ia kembali menolehkan wajahnya menatap cincin-cincin di hadapannya, Nada tidak tahu harus memilih apa? Mana yang pantas untuk orang sekelas Devian? Diantara kebingungannya, Devian malah meninggalkannya seorang diri. Ia mengangkat panggilan yang lain, dan Nada tahu itu siapa, karena senyum Devian terkembang setelah melihat nama yang tertera di ponsel itu. "Clara"

"Nona suka yang seperti apa? Berlian ini keluaran terbaru didesain oleh Louis Cartier"

Wanita itu menunjukan berlian dengan ukuran sebesar biji kacang berwarna biru. Memang cantik tapi Nada tidak menyukainya, ia tidak suka sesuatu yang mencolok seperti itu. Tadi Devian menyuruhnya memilih bukan? Apakah berarti ia boleh memilih menurut apa yang ia sukai? Nada melihat semuanya dengan seksama lalu sampailah ia melihat cincin yang didesain sangat sederhana. Cincin perpaduan warna emas putih dan hitam yang melingkar di keseluruhan cincinnya, satu mata berlian kecil menempel di tengahnya. Melihatnya Nada sangat terpukau, itu seperti gambaran dirinya dengan Devian, hitam dan putih, Nada tersenyum geli mengingat hitam itu Devian, melambangkan pria kasar dan putih dirinya. Oh jangan sampai Devian tahu, apakah pria itu akan marah jika mengetahuinya?

"Bolehkan aku melihat yang itu?" Tunjuknya pada cincin yang dia inginkan. Sekilas Nada melihat kernyitan di kening wanita itu, tapi ia tetap membiarkan Nada melihatnya.

"Ini terlalu sederhana Nona, tidak cocok dengan tuan yang tadi." Nada tidak mengerti, tapi pandangan mengolok terhadap dirinya membuat Nada akhirnya paham, ia baru saja direndahkan atas pilihannya. Nada meletakan cincin itu kembali. "Aku menginginkan itu..." katanya lirih dan Devian kembali berada disampingnya.

"Sudah?" Ketus Devian, seolah waktu Nada dalam memilih telah membuatnya kehilangan banyak waktu. Nada mengangguk pelan lalu menunjuk cincin itu. "Aku menginginkannya.." Devian mengernyit, dari pandangannya Nada tahu bahwa ia tengah mencemooh pilihan Nada, Devian tetap diam, dan berbicara dengan sales penjual itu lalu saat wanita itu membawa cincinnya untuk mereka ukir nama mereka berdua, barulah Devian membuka suaranya.

"Kau dan pilihanmu sama rendahnya Nada, tapi tak apa, itu memang cocok untukmu dan akupun tidak akan pernah memakainya." Katanya lagi-lagi menyakiti perasaan Nada, dan wanita itu hanya berusaha mengeraskan hatinya, bahwa hinaan itu bukanlah apa-apa.

Mereka telah keluar dari toko perhiasan menuju parkir mobil, tapi setelah mereka berada di depan lobby, Nada baru menyadari bahwa mereka tidak menuju ke mobil Devian. Kemudian sebuah taksi melintas didahadapan mereka, Devian menghentikannya, menyuruh Nada membuka pintu itu.

"Pulanglah, aku ada urusan lain. Kau ingat rumah mama bukan?" Nada mengangguk pelan, ternyata Devian dengan teganya menyuruh Nada pulang seorang diri. Setelah memberikan uang kepada supir taksi, Nada masuk kedalam dan taksi itu mulai meninggalkan area mall dengan Nada yang masih menolehkan kepalanya melihat Devian yang sudah menghilang disana. Ia hampir menangis jika tidak ingat bahwa ia berada di dalam taksi.

✖️✖️✖️

Wahhh mulai ramai, thank youu dukungannya bebyy 💜💜💜 ayooo dukung lagi, sedikit lagi cerita ini nomor satu. Mohon dukungannya terus 🥰🥰