"Shou..." Tuan Nakana menatap tak percaya. Masih di situasi yang sama yakni di pelabuhan tadi.
Shou terdiam sementara Tuan Beom menghela napas panjang memegang keningnya. Dia seperti putus asa karena situasinya. "(Ha... Sepertinya situasi akan mematikan takdir ini.... Shou bertemu dengan ayah nya dan pastinya.... Ini semua akan terungkap secara singkat dan cepat.)"
"Um... Ya?" Shou membalas panggilan Tuan Nakana tadi.
Di saat itu juga Tuan Nakana terkejut tidak karuan dan langsung mendekat memegang kedua bahu Shou. "(Dia benar benar membalas panggilan ku, itu berarti aku tidak salah.) Shou.... Ini kau! Putri ku bukan?! Shou...." ia menatap dengan masih tak percaya.
". . . (Aku tidak tahu apa yang terjadi di sini... Aku benar benar tidak tahu, aku masih belum tahu dia siapa tapi kenapa mengatakan putrinya, apa aku putrinya?)" Shou masih terdiam.
Tapi Tuan Beom menarik tangan Shou yang dari tadi ia pegang membuat Shou ke arahnya dan agak jauh dari Tuan Nakana.
Tuan Beom menatap Tuan Nakana dengan serius. Dia seperti mengatakan bahwa Shou harus bersama nya dan Tuan Nakana tidak boleh menyentuh nya.
"Tunggu.... Apa?! Jadi..." Tuan Nakana menatap. "Direktur Beom? Apa kau tahu bahwa gadis yang kau bawa ini adalah putri ku, Shou?"
"Aku tidak pernah mendengar itu," kata Tuan Beom padahal dia sudah jelas tahu semuanya hanya saja dia pura pura tidak tahu di depan Tuan Nakana.
"Anda tidak pernah mendengar nya karena aku belum memberitahu."
". . . Sepertinya tak harus memiliki pengawalan karena dia sudah aku bawa," tambah Tuan Beom menunjukan tangan Shou yang ia pegang dengan satu tangan nya.
"Tunggu, apa kau... Menyentuh putri ku?" Tuan Nakana menatap tajam.
"Apakah benar ini putri mu? Aku menemukan nya di supermarket sedang di tindas oleh pria yang tidak benar."
Mendengar itu Tuan Nakana terkejut. "(Apa?! Supermarket?! Ditindas?! Putri ku bekerja di supermarket sambilan di umurnya yang masih segitu... Apa yang aku pikirkan dia bahkan ditindas pria?! Tidak mungkin dia juga di sentuh banyak pria?!) Shou... Tuan Nakana menatap Shou yang juga menatap nya dengan tatapan polos campur takut, Shou masih tidak tahu dengan apa yang terjadi.
"Shou....Maafkan aku... Kupikir... Kupikir kau sudah tidak ada... Jadi... Aku meninggalkan mu," Tuan Nakana membungkuk menatap memohon.
Shou terdiam. "(Apa maksudnya? Jadi selama ini dia adalah ayah ku?!)"
"Shou, aku adalah ayah mu, Nakana Chin... Ayah mu yang sangat menyayangi mu.... Shou... Ini ayah mu, maafkan aku jika ini semua sudah berlebihan untuk mu memperjuangkan kehidupan tanpa seorang orang tua... Ini ayah mu yang telah mendapat kuasa Jepang, aku adalah direktur yang paling berpengaruh di Jepang, kamu bisa ikut aku, minta lah apapun aku akan membuat mu seperti putri ku... Aku akan memberikan apapun padamu dan kamu harus bersama ku, mari kita bangun keluarga sebagai ayah dan putri," tatap Tuan Nakana.
"(Apa ini?! Jadi selama ini... Dia adalah seorang direktur?! Kenapa kita baru bertemu sekarang... Apakah dia memang benar ayah ku?! Ayah yang aku kenal hanya mementingkan dirinya sendiri.)"
"(Shou... Aku tak bisa membantu mu, ini adalah takdir mu... Entah ini sakit untuk mu atau tidak,)" Tuan Beom juga ikut terdiam.
"Shou.... Putriku, sayang, kembalilah padaku, kenapa kau benar benar sangat manis... Kau tumbuh menjadi gadis cantik, astaga, berapa umur mu ketika aku meninggalkan mu," Tuan Nakana menatap.
". . . (Apa maksud nya, sudah jelas kau meninggalkan ku ketika umurku belum ada 8 tahun.)"
"Shou... (Aku tidak percaya gadis ku tumbuh menjadi seorang yang manis, dan... Aku perlu penjelasan soal ini...) Direktur Beom... Apakah anda menyentuh putri ku?" Tuan Nakana menatap.
". . . Yeah.... Aku lebih dari menyentuh nya," Tuan Beom langsung membalas.
Hal itu tentunya membuat Tuan Nakana benar benar terkejut kaku mendengar itu tadi. "(Apa?! Ini tidak mungkin?! Ini tidak mungkin?!) Kau menyentuh nya?!! Gadis secantik dia kau nodai!!" dia langsung berteriak membuat Shou terkejut di sini.
Tiba tiba dia langsung menarik lengan Shou membuat Shou terkejut dan tangan Shou lepas dari genggaman Tuan Beom.
"Ah!" Shou terkejut karena hal itu. Dan Tuan Beom yang mendengar kesakitan Shou menjadi mengepal tangan.
"Shou... Katakan padaku, apa kau sudah di nodai oleh nya?! Aku kira kau akan bersih ketika kita bertemu lagi!!" Tuan Nakana menatap kasar. Dia bahkan menarik terus tangan Shou membuat Shou hanya bisa menutup mata ketakutan.
"(Aku tidak mau!! Ini sakit!! Tolong jangan berteriak,)" Shou ketakutan dan itu membuat Tuan Beom tergerak untuk membantunya.
Tapi tiba tiba Shou melepas tangan Tuan Nakana sambil berteriak memberontak. "Ahk... Lepaskan aku!!" ia menarik tangan nya membuat Tuan Nakana terkejut, tak hanya itu, lengan Shou menjadi berbekas merah karena tarikan nya tadi.
"Shou... Serapuh itu diri mu," Tuan Nakana masih memasang wajah tak percaya itu.
"Hiks... Hiks..." Shou mendadak menangis membuat Tuan Nakana terkejut.
"Shou... Kenapa kau menangis?"
"Hiks... Aku-
"Biarkan dia pulang," kata Tuan Beom yang menyela sambil memegang bahu Shou dan mendekatkan nya di tubuhnya.
"Apa maksud mu?! Kau telah mengotori putri ku!!"
"Siapa yang anda sebut putri!!!!!!!" Shou langsung berteriak membuat suasana terdiam apalagi Tuan Nakana juga tambah diam. "S... Shou... Apa yang terjad-
"Apa yang terjadi?!! Seharusnya anda tahu sendiri!!! Berpikir menyentuh ku dan mengaku sebagai ayah dan menyebut sebagai seseorang yang telah lama merawat hingga aku sebesar ini!! Siapa kau!!!! Jangan sebut aku putri mu jika kau tidak tahu kesalahan mu sebagai seorang panutan dalam keluarga!!" tambah Shou.
Tuan Beom yang mendengar itu juga terdiam.
"Shou..... Maafkan ayah mu ini, ayah pergi ke Jepang untuk bekerja..."
"Pergi tanpa pulang!! Bekerja untuk mencari martabat!! Tapi apa yang kau berikan pada Korea ini?!! Kediaman Chin... Yang telah menemani masa masa ku hingga aku sebesar ini tak ada sama sekali tepakan maupun pijakan mu!!"
"(Aku tahu ini... Gadis ini.... Mencoba membunuh takdir,)" pikir Tuan Beom.
"Shou... Berani nya kau bicara seperti itu pada ayah mu sendiri?!! Aku yang telah menciptakan mu!! Aku yang telah membuat mu di bentuk di dunia ini!"
"Anda melakukan itu tapi tidak bertanggung jawab sama sekali, meninggalkan ku dan berharap aku memanggil mu apa!!"
"Kau tak perlu berbicara begitu!! Bagaimanapun aku juga yang harus memegang kediaman dan kau berhak ikut dengan ku untuk menjadi penerus berikutnya, tapi sayang nya aku benar benar berubah pikiran, aku lebih baik menghancurkan kediaman itu."
"Apa?! Kenapa anda mau menghancurkan nya!! Aku yang akan melakukan nya.... Jangan menghancurkan nya.... (Kakek.... Dia sudah merawat kediaman dengan sangat keras.... Aku tak akan membiarkan kediaman begitu saja hancur...)"
"Dengar ini, kekuasaan ku sekarang lebih tinggi dari pada kediaman.... Dan sebaiknya kau ikut dengan ku.... Kau harus kembali menjadi putri ku di sini, aku tidak akan kasar lagi... Asalkan kau ikut dengan ku Shou, kau adalah putri ku dan aku adalah ayah mu," Tuan Nakana mengulur tangan.
Tapi Shou terdiam, ia memegang lengan Tuan Beom dengan erat dengan kedua tangan nya. "(Aku tak mau ikut.... Aku bukan anak kecil yang dapat di katakan begitu,)" ia menatap dengan tajam dengan air mata yang masih mengalir.
"Shou, jangan buat aku memaksamu," Tuan Nakana akan mengambil Shou membuat Shou terkejut, tapi tangan Tuan Beom memegang tangan Tuan Nakana yang akan memegang Shou membuat Shou terdiam menatap itu.
"Istilah anak kecil memang selalu benar, dia akan memegang tangan orang yang dia percayai tanpa mempedulikan orang yang tidak berguna," kata Tuan Beom menatap serius pada Tuan Nakana yang menarik kembali tangan nya.
"Sialan.... Kenapa ini begitu susah, Tuan Beom, gadis itu putri ku, berikan dia padaku, aku akan memberikan sesuatu yang kau minta nantinya, uang? Atau wanita?" Tuan Nakana menatap.
Shou yang mendengar itu menjadi terkejut tapi sayang nya, Tuan Beom tidak begitu. "Aku memberikan Shou, dan aku meminta Shou," tatap nya.
"Apa?! Bagaimana bisa itu berjalan.... Gadis itu harus menjadi milik ku, dia adalah darah dari kediaman..."
"Kenapa tidak buat yang baru lagi bersama banyak nya wanita? Kau bukan ayah yang peduli akan sesuatu yang telah kau tinggalkan dan menyebutnya sebagai takdir yang mudah, padahal yang dirasakan gadis mu adalah takdir yang sakit," kata Tuan Beom.
"(Ahjussi... Kenapa anda begitu baik membelaku,)" Shou tersenyum haru meskipun masih mengalirkan air mata.
"Shou, apa kau benar benar tak mau ikut dengan ku?" Tuan Nakana menatap.
Shou terdiam, ia lalu membalas. "Jika dari dulu anda bersama ku, mengajarkan ku, dan mendidik ku, serta mendampingi ku di saat susah dan sedih.... Aku tidak akan mendengar perkataan ataupun kalimat seperti itu dari anda," kata Shou, seketika Tuan Nakana terkejut mendengar itu.
"(. . . Putri ku sendiri mengatakan hal itu... Sebenarnya apakah aku memang terlalu meninggalkan nya, kupikir dia tidak bisa hidup dan ayah (kakek Shou) tidak akan bisa merawat gadis itu.... Kupikir dia tidak akan bisa hidup... Apakah ini kekuatan dari seseorang yang aku tinggalkan dan harus nya aku rawat sejak kecil, jika bukan karena sebuah egoisme yang membuat ku terhasut akan pekerjaan yang besar, aku tidak akan meninggalkan nya dan tidak tidak akan mengatakan hal itu,)" pikir Tuan Nakana. Sepertinya dia juga sedang menyesal.
Tuan Beom masih memasang wajah datarnya, ia lalu berjalan melewati Tuan Nakana dengan menarik pelan tangan Shou yang mengikutinya.
Tuan Beom melewatinya sambil berkata sesuatu. "Kembalilah ke Jepang sebelum situasi semakin buruk."
Shou terdiam dengan situasi itu, ia benar benar tak tahu harus apa. "(Kenapa aku bersikap begitu pada ayah, bagaimanapun juga aku harus meminta penjelasan padanya karena meninggalkan ku dan malah kembali memohon padaku untuk ikut dengan nya....)"