webnovel

How Can I Forget You?

Bella Ellista, seorang wanita cantik dan cacat, berusia 26 tahun. Di waktu remajanya, Bella merupakan salah satu atlet figure skating Klub Jerman yang cemerlang. Beberapa kompetisi pun berhasil dia raih. Kehancuran hidup gadis itu baru saja di mulai, begitu kesuciannya direnggut paksa dan ditukar dengan dollar yang masuk ke dalam kantung Phillip. Bagi Bella yang masih berusia 16 tahun dan mengalami musibah yang meruntuhkan dunianya. Kematian adalah pilihan yang Bella putuskan. Meski kematian yang Bella inginkan, kedatangan seorang remaja, menggagalkan usaha bunuh diri yang coba dia lakukan. Kenneth Wayne, merupakan seorang developer real estate terkenal di kota Zurich, Switzerland. Pertemuan tak sengaja pria itu dengan seorang wanita cacat bernama Bella, menghidupkan jantungnya yang kosong bergairah kembali. Antara penyesalan dan cinta, manakah yang akan menang pada akhir keduanya nanti? Jika semua kebenaran yang lama tertutupi mulai terkuak. Menyebabkan luka & derita.

Angela_Ann · 现代言情
分數不夠
24 Chs

Kenangan

Beberapa dugaan melintas di pikiran Kenneth. Keanehan keluarganya dalam menjaganya, protektifnya Louis yang selalu memantaunya dan mengetahui setiap gerak geriknya selama ini, dan penolakan keras dari Audrey yang melarangnya pergi ke Freiburg, memunculkan dugaan tentang masa lalunya yang sudah dia lupakan karena amnesia yang di deritanya.

Alasan mengapa keluarganya melakukan semua ini, padahal jelas dirinya bukan lagi remaja labil yang butuh perlindungan layaknya bayi, membuat Kenneth semakin termotivasi untuk mengetahui masa lalunya yang sangat dijaga keluarganya untuk tidak dia ketahui.

Mengapa mereka begitu takut dirinya ingat tentang masa lalunya? Seburuk itukah kecelakaan yang dialaminya dulu? Batin Kenneth bertanya-tanya.

"Apa kau tetap mau melanjutkan semua ini. Sudah hampir dua tahun dan kau juga belum menemukan informasi apapun... Yah, selain fakta kalau selama ini kau hidup di bawah mata semua keluargamu, dan kau baru mengetahuinya baru-baru ini." kata Elvano sambil menyeringai. Bibirnya yang sedikit bengkok itu sungguh membuat tangan Kenneth gatal untuk melempar gelasnya ke muka menyebalkan Elvano.

Kenneth memilih diam dan tidak menanggapi ejekan Elvano. Malah, dia mengalihkan pembicaraan tiba-tiba dan membahas tentang rencana keluarganya yang akan pergi ke Amsterdam minggu depan.

"Ada jamuan makan malam di rumah William. Kau tahu?"

Elvano mendesah keras setelah Kenneth mengungkit jamuan di kediaman Willian minggu depan. Dia sudah menerima surat undangan itu, tapi dia tidak bisa datang, karena bertepatan dengan acara Aylin di Martin Franca - Italia.

"Kau tidak." ujar Kenneth sedikit terkejut. Pasalnya, ini merupakan jamuan penting yang diadakan oleh William setelah 10 tahun lamanya keluarga William mengumumkan pemunduran dirinya sebagai salah satu Presiden di kota Bern dan memilih pindah ke Belanda setelah kematian istri tercintanya.

Meski nama William tidak bisa disandingkan dengan nama Presiden Bern saat ini, namun kecermelangan dan dedikasinya untuk membangun kota Bern sampai berkembang pesat, sudah diketahui beberapa pebisnis Eropa lainnya yang pernah memiliki kerja sama dengan William. Bahkan William juga dikenal sebagai negosiator handal yang jujur.

Tahun ketiganya Kenneth tinggal di Zurich, dia diajak oleh Louis ke salah satu tempat pelelangan terkenal di Eropa Selatan dan di tempat pelelangan itulah Kenneth bertemu dengan William.

"Aylin mengajakku ke Italia pada hari itu, dia melakukan konser pianonya di Atrio Ateneo Bruno dan sudah mewanti-wanti diriku supaya ikut."

Kenneth mencibir di kursinya mendengar alasan Elvano yang memilih pergi bersama gadisnya daripada mengunjungi jamuan makan di kediaman William yang mana akan sangat menguntungkan bisnis barunya di Belanda sana. "Aku baru tahu, kau semelekat ini pada bocah judes itu."

Elvano mengendikkan bahunya. "Bocah yang kau katai judes itu, nyatanya pernah membuatmu menangis, kan." balas Elvano telak. Menyebabkan Kenneth tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Tsk..."

****

Pesta perjamuan yang diadakan di kediaman Willian akhirnya tiba.

Stacy dan Masha sudah sibuk mulai dari pagi hari untuk bersiap-siap pergi ke pesta William. Ibu dan anak itu baru saja kembali dari salon langganan yang biasa mereka kunjungi jika keduanya melakukan perawatan.

Lain halnya dengan Bella yang sejak kemarin sibuk dengan sketsa di tangannya.

Pasalnya, beberapa bulan lagi musim semi akan datang, dan dia harus mendesain beberapa gaun musim semi pesanan Jenny, yang sudah memborbardir dirinya siang dan malam untuk segera menyelesaikan desain dari gaunnya, membuat Bella ingin sekali menimpuk kepala sahabatnya itu yang tidak sabaran sama sekali, sampai mampus.

Malam harinya, keluarga besar Calgary datang bersama-sama ke pesta William.

Dibandingkan jamuan makan malam sederhana, bisa dibilang ini adalah pesta mewah yang dipenuhi orang-orang kaya.

Bahkan beberapa selebriti terkenal yang biasa berseliweran di TV juga hadir di sini.

Dipenuhi lampu-lampu terang yang menyorot aula pesta, aroma parfum mahal memenuhi udara saat Bella berada di depan pintu masuk dengan beberapa bodyguard berjaga.

Banyak pelayan yang hilir mudik membawa makan atau minum untuk tamu undangan.

Suara musik jazz mengalun syahdu memenuhi aula pesta, dan Bella bisa melihat sekelompok kecil orkestra yang berdiri maupun duduk di atas panggung dekat piano putih mengkilap di sisi samping orang-orang bertuksedo hitam tersebut.

Sam mengamit tangan Bella, menggiringnya masuk ke dalam untuk bertemu tuan rumah pemilik pesta.

Bisik-bisik dari beberapa orang setelah melihat kedatangannya cukup mengganggu, namun usapan dari tangan besar Sam di punggungnya membuat Bella melangkah lebih percaya diri. "Sayang, kau tampak cantik dan menawan, abaikan saja orang-orang tidak berguna itu." bisik Sam ditelinga Bella. Anting-anting berlian yang menjuntai panjang ditelinganya semakin menambah pesonanya.

"Aku tahu, Dad."

Stacy dan Masha juga ikut masuk ke dalam, ibu dan anak itu tampak kompak dengan gaun yang mereka pakai dan warna gaun yang senada.

William menyambut kedatangan Sam Calgary dengan pelukan serta pukulan di punggung masing-masing. Kedekatan kedua pria paruh baya itu yang bersahabat dekat menimbulkan percikan kebencian karena betapa susahnya mereka jika ingin mendekat dan berharap bisa lebih mengenal keluarga William yang tersohor.