Sore yang menyenangkan bagi Mr. James yang sekarang sedang berada di dalam. Udara masih cukup hangat ketika ia menyetir pulang dan senja berderap ke peraduannya.
Tuan James masih memikirkan nasib pekerjaannya dan juga memikirkan anak gadisnya yang sepertinya sedikit bertingkah aneh belakangan ini.
Ia membelokkan mobilnya ke arah kiri dan kemudian menginjak pedalnya dengan sedikit tenaga sedikit keras.
Setelah ia melajukan beberapa meter mobilnya yang lengang Mr. James yang sedang berada di dalam mobil tersebut kemudian membanting stirnya ke arah kanan dimana jalan berbelok sedikit memadat dan juga memperpendek jarak tempuh.
Dipikirannya yang selalu aktif dan sedikit imajinatif, Tuan James yang begitu sedikit posesif terhadap putri satu-satunya tersebut kemudian memutuskan untuk melajukan laju mobilnya sedikit melambat karena beberapa belokan dan jalan lurus lagi laki-laki paruh baya tersebut akan segera sampai di rumahnya yang bergaya modern klasik dan sederhana.
Di sepanjang jalan menuju rumahnya, Tuan James atau yang terkadang sering disapa Jim tersebut, di dalam benaknya dipenuhi pikiran tentang anak gadisnya yang belakangan ini menjadi sedikit aneh.
Kali ini, ayah dari putri semata wayangnya yang begitu sedang dipikirkannya tersebut kini mematikan mesin mobilnya dan segera menarik rem tanganya, memarkirkan mobilnya di jalan depan rumahnya yang sederhana namun menyenangkan.
Kemudian, laki-laki tersebut bergegas ke keluar dari mobilnya dan berjalan memasuki teras depan rumahnya yang tertata dengan begitu rapih dan bersih.
Mr. James membuka gerbang rumahnya yang begitu lengang pada senja yang terasa dan terkesan hangat tersebut.
Ia memutar kenop pintu rumahnya dengan terburu-buru, menghidupkan lampu ruang depan, ruang tengah dan terakhir menghidupkan lampu dapurnya yang begitu minimalis dan begitu sangat rapi dan bersih.
Tuan James kemudian meletakkan tas kerjanya di atas permukaan meja yang ada di Dapurnya. Berjalan melangkah menuju tempat untuk mencuci peralatan dan perlengkapan Dapur mereka.
Dengan sangat perlahan dan teliti, Mr. James yang sekarang ini sedang menyabuni kedua tangannya menggosokkan cairan pembersih itu ke dalam kedua tangannya yag besar-besar.
Setelah kedua tangannya yang berbusa tersebut selesai ia bersihkan Pria yang selalu memperhatikan setiap perkembangan anak gadisnya itu, Pria tersebut kini mengguyur kedua tangannya yang sudah bersih dan wangi dengan begitu sangat terampil dan juga terbiasa.
Laki-laki yang masih gagah diusianya yang sekarang ini, kemudian ketika ia hendak berbalik untuk mengeringkan kedua tangannya yang basah, seketika itu sesuatu yang agak ganjil dan aneh seperti menyapa dengan sedikit mengundang perasaan yang membuat merinding di seluruh bulu kuduk di tubuhnya.
Seperti adanya angin dingin yang aneh yang mengitarinya dalam sepersekian detik dan membuatnya benar-benar tercenung selama kurun waktu tersebut.
Tuan James yang benar-benar merasakan adanya kejanggalan sedang berlangsung di dalam dirinya itu segera menepis perasaan aneh yang membuatnya dirinya sedikit ketakutan.
Pria yang sedang sedikit ketakutan tersebut kemudian cepat-cepat mengeringkan tangannya dengan kertas tissue Dapur.
Namun ketika ia hendak melemparkan ketas Tissue Dapur tersebut ke tempat sampah, seketika itu, lampu di seluruh rumah menjadi padam secara tiba-tiba.
Hal tersebut membuat Ayah Elle, terpatung di tempatnya dan sedikit menahan napas terkejutnya.
Lantas, sepersekian detik berikutnya, udara tiba-tiba menjadi turun drastis, suasana menjadi sedikit lebih mencekam.
Dan, Pria yang mencoba bergerak sedikit demi sedikit ke arah meja Pantri yang ada di Dapurnya tersebut itu pun merasa jika dirinya sendiri di ruangan itu.
Namun, hal tersebut tak lantas membuat Tuan James menjadi benar-benar ketakutan walau pun sebenarnya, laki-laki tersebut memang sedikit ketakutan karena terkejut dengan apa yang sedang berlangsung dirumahnya.
Saat laki-laki tersebut berhasil duduk di bangku meja Dapurnya yang gelap gulita.
Ia meraih-raih tas kerjanya dan kemudian berhasil menemukan Ponsel pintarnya ketika ia berhasil merogoh-rogohnya di dalam tas kerjanya.
Pria tersebut kemudian menggencet tombol untuk menghidupkan layar ponsel pintarnya dan bermaksud untuk menghubungi putri semata wayangnya tersebut.
Dan, pada akhirnya Pria berjanggut dan berkumis dengan menghela napas pendek ia mengetikkan sebaris pesan kepada Putrinya yang belum juga pulang.
'Kau masih di Pameran? Ayah sudah beraa di rumah dan sedang mati lampu. Segeralah pulang dan jangan sampai terlalu larut.'
Begitu, Tuan James selesai mengetikkan pesannya ke dalam lembar ketik ponsel pintarnya, ia meletakkan kembali ponselnya ke permukaan meja dan membiarkan senter pada ponselnya menyala melalui biasan air mineral selalu ia bawa untuk bekal.
Tuan James lagi-lagi menghembuskan napasnya dan menunggu pesan balasan dari anak gadisnya yang sangat ia sayangi dan sedang ia pikirkan tingkahnya belakangan ini.
Dan, ketika ia memikirkan anak gadisnya tersebut, kemudian terdengar suara pintu depan utama terbuka dan suara putrinya datang dari arah ruang tamu.
"Ayah, kau di rumah?" teriak sang Putri yang sedang keheranan mendapati rumah dalam keadaan gelap gulita dan begitu sunyi di petang hari ini.
"Ya, ayah di Dapur,"
"Oke," dengan bantuan senter ponsel yang ia genggam di dalam tangannya yang mungil, gadis itu kemudian berjalan menuju Dapur. "Apa yang terjadi?" tanya Elle pada Ayahnya yang seraut wajahnya yang berkerut di kening menatapnya dan terkena cahaya senter yang terbias melalui air mineralnya tersebut.
"Kau sudah sampai?" Ayahnya balik bertanya.
Elle mengangguk dan mengambil tempat duduk tepat di seberang bangku yang ditempati oleh ayahnya. "Ya, Mag mengantarku dan ia terus pamit untuk segera pulang karena ibunya mengajaknya pergi keluar," jelasnya. "Kenapa rumah dalam keadaan gelap?" tanyanya.
Ayahnya segera menjawab. "Kurasa sedang pemadaman listrik,"
"Hah? Apa itu mungkin?" ujar anak gadisnya bertanya kepada sang ayah dengan raut dan wajah yang begitu heran.
"Memangnya kenapa?" tanya ayahnya yang ikut terheran-heran.
"Karena penerangan jalan dan rumah di sekitar kita menyala seperti biasanya, atau jangan-jangan ayah lupa membayar tagihan pulsa?" tanya gadis tersebut dengan sedikit mencurigai ayahnya.
"Itu sudah tugasmu, bukan?" tanya ayahnya balik bertanya.
"Ah, ya aku menjadwalnya," Elle menepuk dahinya sendiri ketika ia menyadari hal tersebut.
"Jadi kau sudah membayarya belum?"
Lalu gadis manis tersebut mengecheknya di aplikasi handphone berlayar sentuhnya.
"Sudah," jawabnya pelan memberitahukan hal tersebut kepada ayahnya.
"Lantas?" tanya ayahnya dengan sedikit heran tercetak jelas di wajahnya yang terbias cahaya.
"Entahlah," ucap Elle dengan mengedikkan kedua bahunya namun dalam hati ia mengetahui sesuatu. "Apa kita harus melaporkan hal ini?" tanya Elle. "Atau kita hanya akan memeriksanya di belakang?" tanya gadis tersebut pada ayahnya yang sedang mempertimbangkan.
"Baiklah ayah yang akan memeriksanya," ucapnya kepada anak gadisnya yang mengangguk-angguk. "Kau duduk saja di sini," ucap ayahnya lalu beranjak menuju ruang banker listrik di rumah mereka.
Setelah ayahnya berlalu dari Dapur. Kemudian, dengan kesal ia berkata lirih. "Hantu mana lagi yang membuat rumahku gelap gulita?" tanya Elle dengan bersungut-sungut.
Satu hingga sekian detik, tak ada jawaban dari pertanyaannya yang sepertinya akan terkesan konyol oleh orang lain.
"Apakah kalian akan mengaku atau tidak?" ujarnya lirih agak tak terdengar oleh Tuan James yang sedang memeriksa banker listrik mereka.
Namun, di seluruh penjuru ruangan tersebut hanya bergeming, sunyi dan sepi.
"Masih tidak mau mengaku dan malah bisik-bisik?" ujarnya lagi pada keheningan yang ada di dalam rumahnya tersebut. "Mengaku atau kalau tidak aku tidak akan menggubris curhatan kalian lagi," ucapnya kepada sekumpulan hantu yang sedang bersembunyi dan berbisik takut-takut.
"Aku yang memadamkan listrik," ucap Nona Kenes bin centil yang transparan seperti sebuah hologram yang tiba-tiba duduk di depan bangkunya.
Elle yang sedikit terkejut itu pun hanya bisa menahan rasa kagetnya atas perbuatan Sang Hantu. "Hebat!" ucap Elle seraya bertepuk tangan tiga atau empat kali untuk Nona Kenes.
Nona Kenes hanya mengedikkan bahu dan tersenyum sombong.
"Tapi, omong-omong, kau dapat bantuan dari siapa sehingga bisa memadamkan listrik di rumahku, Nona Kenes?" tanyannya heran. "Pak Ketuakah? Atau, adakah hantu baru?" desak Elle.
Lalu, ucap Nona Kenes sambil mengibaskan sebelah tangannya sedangkan tangan lainnya bertopang pada permukaan meja yang bersih dan mengkilap.
"Apa kau begitu penasaran?" tanya Nona Kenes dengan centil dan juga dengan ekspresi serta gerakan tubuhnya yang membuat Elle benar-benar ingin menghentikannya.
Elle meringis dan berkata. "Tidak juga," ujarnya.
"Kalau tidak, aku juga tidak akan memberitahumu," kata Hantu genit tersebut dan kemudian menghilang begitu saja tepat ketika semua lampu di rumah dinyalakan oleh Ayahnya.
"Kau berbicara dengan siapa, Elle?" tanya ayahnya berjalan menghampiri dengan raut wajah yang heran.
"Dengan Maggie di telepon," Elle terpaksa berbohong.
Ayahnya mengangguk seraya membetulkan lea kacamatanya dan menanggapi.
"Oh,baiklah dan mari kita bicarakan sesuatu sambil membuat sesuatu," ucap Ayahnya.
"Tentu saja," tukas Elle lalu segera menyambar Apron kesukaannya.