Elias dengan tanpa ekspresi menatap ke arah layar yang menunjukkan kata-kata KALAH—MENANG, sebelum melirik ke sisinya, tempat dimana gadis berambut perak yang sama-sama tanpa ekspresi berada di sisi "MENANG".
Tidak perlu dikatakan, Elias kalah telak. Tidak seperti sebelumnya di arcade terakhir kali, Elias benar-benar habis. Bahkan dia tidak bisa mendaratkan serangan pada Bronya kali ini.
'Apakah gadis ini dendam kepadaku alih-alih pada Kiana sekarang entah bagaimana?' Elias merasa itulah yang terjadi, mengingat Kiana sedang berlatih dengan Theresa.
"Baiklah, Mei, sekarang giliranmu." Elias berkata, saat dia menyerahkan kontroler game kepada pewaris Raiden.
*Tok tok…*
Mata Elias menoleh ke arah pintu yang diketuk.
"Aku akan melihatnya." Mei tidak jadi mengambil kontroler game dan malah berdiri dan menghampiri pintu depan.
Elias tidak mengatakan apapun, tapi meletakkan kontroler game dan mulai berdiri dengan Bronya yang juga mengikutinya.
Mei membuka pintu dan seorang pria berjubah terlihat, menutupi sebagian wajahnya kecuali mulutnya yang membentuk senyuman tipis.
"Maaf sudah mengganggu selarut ini, aku adalah petugas admin Kepala Sekolah Theresa yang baru… Nyonya Theresa ingin menemui Mei di ruangannya saat ini juga."
"Bronya akan ikut." Bronya menatap pria itu dalam-dalam.
"Maaf Nona Zaychik, tapi Nyonya Kepala Sekolah hanya ingin bertemu dengan Mei."
"Kalau begitu Bronya akan menelpon Theresa dulu untuk memastikan." Bronya menjadi waspada saat mendapatkan respon nihil saat melakukan scan pada identitas orang itu.
"Tsk. Dasar, kelinci ini lebih waspada daripada yang kukira." Kilatan cahaya bertekanan tinggi muncul di tangan pria itu, sementara Mei yang paling dekat gagal menghindar dan terkena serangannya.
"Aahh—!" Kesadaran Mei segera memudar saat listrik menegangkan setiap saraf di dalam tubuhnya.
"Tahan, Kelinci, aku bisa membunuhnya dengan mudah." Kilatan cahaya sekali lagi muncul, namun dengan alasan yang berbeda kali ini, mengancam.
"Aku tidak tahu kalau petugas admin itu memakai tudung seperti ini. Dan juga, sejak kapan, petugas admin bisa memanipulasi gravitasi?"
Mata pria itu terbelalak saat dia mendengar suara seseorang tapi tidak merasakan keberadaan siapapun di belakangnya.
"Diam!" Dengan satu seruan, medan gravitasi yang sangat kuat muncul disekitar, menekan Bronya dan Project Bunny yang setengah jadi ke tanah.
"Ugh…" Nafas Bronya menjadi sesak saat gravitasi yang sangat kuat menekan tubuh mungilnya.
Pria itu melayang ke atas langit, masih membawa Mei sebagai sandera. "Rasakanlah kekuatan luar biasa dari gravitasi yang mahakuasa!"
Matanya tertuju pada Elias yang masih berdiri tegak bahkan jika gravitasi yang luar biasa menekannya dengan kuat.
Seolah-olah hanya omong kosong, Elias mengangkat kepalanya ke arah pria itu. "Aku akan menyerahkan Bronya kepadamu, Hua," ucap Elias pada gadis berkacamata yang baru saja datang.
"Bahkan jika kau bisa bertahan pada gravitasi sebanyak ini, tidak masalah! Sebagai Herrscher Pertama, aku memiliki banyak kekuatan!"
Elias hanya tersenyum, mengabaikan monolognya.
"Tidakkah kau ingin bangun sekarang, Ratu Petir?" Suara Elias menggema ke dalam kepala Mei.
"Ap— Brengsek—!!" Orang yang mengaku-ngaku sebagai Herrscher Pertama tersentak saat petir menyambarnya dengan kuat.
Perhatiannya tidak hanya pada Elias, tapi juga pada Mei yang terbebas dari bola gravitasi yang mengikatnya. 'Raiden Mei' dengan sayap petirnya turun dari langit seperti seorang dewi dan mendekati Elias yang telah terbebas dari medan gravitasi.
Fu Hua memandang dalam keterkejutan melihat bangkitnya Herrscher ketiga.
"Elias-san… mohon hati-hati!" Dia bergumam, melihat 'Mei' mendekati Elias. Dia hanya bisa percaya pada Elias untuk mengurus Herrscher dan musuh sementara dia mencoba mencari celah untuk mendukung Elias. Namun sepertinya, itu tidak diperlukan.
'Mei' berdiri di hadapan Elias dengan tatapan mata yang menunjukkan banyak perasaan. Tangannya membelai pipi Elias dengan penuh kasih. "Aku telah menjawab panggilanmu, dewaku."
Elias tersenyum. "Terima kasih, sekarang, biarkan aku mengurus sisanya."
'Mei' juga tersenyum, tapi ekspresinya segera berubah menjadi jelek saat suara mekanis mulai terdengar dari dadanya.
[Lonjakan energi Honkai terdeteksi. Memulai rangkaian ledakan. Hitung mundur 5 menit dimulai.]
"Tsk. Alat bodoh ini benar-benar mengganggu. Tapi lima menit sudah cukup, bukan begitu, Elias?"
Dalam persona ini, Mei benar-benar tidak menahan dirinya pada Elias. Tapi, itu bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan oleh penyihir itu, karena ada orang yang mengganggu saat ini.
"Yah… haruskah aku menghabisimu dengan cara cepat atau lambat?"
Mendengar pertanyaan retoris dari Elias, pria yang mengaku sebagai Herrscher Pertama menjadi emosi. "Kau bajingan yang agak merepotkan bukan?"
Tanda biru muncul di wajahnya, menunjukkan wajah seorang pria muda di masa jayanya. "Rasakanlah kekuatan gravitasi dan hancurlah tanpa sisa!"
Medan gravitasi yang kuat muncul dan menekan Elias, tapi tidak terjadi apapun padanya. Ini membuat pria itu mempertanyakan dirinya sendiri. Apakah dia benar-benar mengubah gravitasi atau tidak. Namun kehancuran tanah di sekeliling Elias membuktikan bahwa medan gravitasi itu nyata.
Elias hanya berdiri dengan tenang, seolah-olah sedang merenungi sesuatu. "Gravitasi ya… apakah kau mau mencoba rasanya spa di dalam matahari?"
Mata 'Herrscher Pertama' terbelalak, saat sebuah bola cahaya muncul di atas tangan siswa laki-laki itu. Tidak perlu menjadi jenius untuk mengetahui itu adalah miniatur dari matahari itu sendiri dengan atribut yang sama. Sebuah proses fusi yang bisa menciptakan tragedi yang lebih besar daripada di Timur Jauh ketika perang dunia kedua.
"Yah, tidak jadi. Tidak akan menarik menggunakan bintang, sementara kau memakai gravitasi murni." Bola energi itu menghilang dari tangan Elias, namun 'Herrscher Pertama' masih tidak merasa aman.
"———!"
"Apa…?"
Medan gaya yang kuat menjatuhkannya dan membuatnya terbanting keras ke atas lantai. Dia tidak bisa bangkit dan kekuatannya entah bagaimana tidak bekerja, walaupun lawannya juga menggunakan kemampuan gravitasi yang sama.
"… Bagaimana bisa ini terjadi? Aku adalah Herrscher–!"
Elias yang mendekatinya merasa geli mendengar omong kosong yang sama terus menerus. "Sayang sekali bagimu, bahkan Herrscher hanyalah tikus kecil untukku."
Penyihir itu mengangkat tangannya dan lubang hitam mikroskopis muncul, menghisap hidup-hidup eksistensi dari manusia artifisial itu tanpa sisa, bahkan tidak meninggalkan sedikitpun tanda selain tanah yang cekung berkat lubang hitam.
Elias segera menghubungi Theresa. "Aku sudah menyelesaikan masalah di asrama, kau bisa mengurus masalah yang lain Kepala Sekolah." Dia tidak menunggu Theresa menjawab dan menutup komunikasi.
"Peranku sudah selesai, aku akan membiarkan gadis itu keluar…" 'Mei' menatap penyihir itu dalam-dalam.
Elias mengangguk. "Baiklah."
"Aku akan menantikan waktu kita berikutnya, dewa…" Suara Mei terdengar sayup saat dia menyandarkan kepalanya pada bahu sang penyihir.
Tanpa menunggu lama, Elias segera membopongnya dan menghampiri Fu Hua yang menjaga Bronya.
"Terima kasih, Hua."
"Aku hanya mengawasi dari samping, Elias-san." Fu Hua mencoba membantah.
"Itu tidak mengesampingkan fakta kalau kamu menjaga Bronya dan memanggil bantuan medis untuk kami." Elias hanya mengangkat bahunya.
Fu Hua tidak menyangka Elias akan menyadari hal itu bahkan ketika dia tidak melirik kebelakang sama sekali, atau mungkin, Mei yang memberitahunya.
Namun itu bukanlah satu hal yang penting saat dia merasakan kain hangat jatuh ke bahunya, menutupi badannya.
"Jangan lupa kalau aku masih laki-laki, Hua… pakaian itu tidak pantas dikenakan di luar ruangan."
Fu Hua bisa merasakan pipi dan telinganya memanas, dia sangat ingin melompat ke sebuah lubang untuk menyembunyikan rasa malunya saat dia menyadari bahwa dia hanya mengenakan kemeja putih longgar tanpa bawahan…
***
"Otto, fosil tua itu benar-benar gila untuk mencoba ini." Cocolia menggigiti kuku tangannya saat matanya tertuju pada layar monitor, sementara Einstein dan Tesla menyipitkan mata mereka.
"Lagipula dia selalu seperti itu." Tesla menyibakkan rambut twintailnya yang khas. Einstein hanya diam menatap informasi siswa laki-laki dari St. Freya yang sudah mereka dapatkan.
"Palsu… semua itu benar-benar tidak mungkin." Tesla berkomentar, membuat Cocolia melirik dia dan ikut berkomentar. "… Benar. Identitasnya benar-benar tidak punya dasar yang kuat."
"Elias Hyde, ya…" Sekali lagi, Cocolia– dan bahkan dua ilmuwan yang terkenal hanya bisa mengaitkan hal ini pada satu hal – "Otto, apakah kau mencoba membuat Einherjar yang sempurna kali ini?"
Namun mereka tahu dan yakin bahwa Otto sadar jika ini hanya akan menjadi sia-sia. Tapi siapa yang tahu, apakah dia berniat menciptakan tubuh yang lebih kuat dari tubuh berbahan dasar Soulium atau hanya rencana sampingan untuk sesuatu yang lebih besar…
—Atau, itulah yang dipikirkan oleh Cocolia.
Sementara Tesla dan Einstein memiliki ide yang berbeda. Keduanya hanya bisa mengira-ngira, eksistensi macam apa yang ada dibalik keberadaan misterius yang mereka lihat di Nagazora waktu itu.