webnovel

HE IS MY PRINCE | 6

Waktu terus berjalan, satu persatu dari ke-enam gadis itu pun mulai menyelesaikan challenge dengan baik. Diawali dari kemenangan Glea, disusul tak lama oleh Streta. Dan kini antara Maura dan Aruna keduanya saling sibuk mengejar ketertinggalan. Porsi samyang di piring keduanya terlihat tak jauh berbeda, ini penentuan. Karena setelah ketiga peserta dinyatakan lolos, maka tersisa hanyalah mereka yang kalah dan siap untuk menerima hukuman.

Sementara Aline dan Audina terlihat sangat santai dalam melahap samyang tersebut, mereka berkali-kali merutuki nasib kekalahan yang menimpanya. Terlebih Aline, dia tampak tak sanggup lagi untuk meneruskan kisah challenge-nya kali ini.

"Ayok Run semangat, jangan mau kalah dari Maura!" teriak Glea semangat. Streta yang dinyatakan sudah menjadi pemenang hanya diam saja, tak ingin mendukung salah satu. Biar takdir saja yang menentukan mereka. Ia justru sibuk meneguk jus mangga yang memang telah disiapkan oleh Mbok Inem.

Perseteruan sengit antara Aruna dan Maura masih berlanjut, hingga akhirnya takdir memilih Maura sebagai pemenang yang ketiga. Dan cukup menjengkelkan bagi Aruna untuk menerima kekalahan yang hanya berbeda sedikit.

"Akhirnya gue yang menang!" Maura merasa bangga atas kemenangannya. "Tuh Gle, gue yang menang kan?!" sulutnya. "Eh gue mau minum dong."

"Gue udah ngira lo yang bakal menang Ra, makanya gue dukung Aruna!" Glea mencoba mencari pembenaran.

Maura meletakan kembali jus mangga di atas meja. "Alasan aja lo Gle!"

Dan kini tersisa tinggal Aline dan Audina. Mereka masih sangat setia melahap sedikit demi sedikit samyang itu. "Gue selesai!" Audina berbangga diri. Karena dia bukanlah peserta yang kalah terakhir. "Gila, pedes bangettt."

Aline menghentikan makannya, ia mengelap keringat yang mulai tumpah membasahi tubuhnya. Bibirnya mulai menampilkan warna merah menyala, serta sedikit menebal. Air matanya pun turun bersamaan dengan itu. "Gue gak sanggup buat ngabisin ini samyang, gila gak kuat gue! Udahan ya?" ucap Aline memelas.

"Yah, gimana ini?" Maura menyahut.

Streta memberikan segelas air minum pada Aline. "Udah lo gak perlu ngelanjutin lagi deh, ini udah cukup menjadi syarat kalo lo udah ikutan challenge."

Aline tersenyum. "Terima kasih Ncess, lo baik deh!"

"Ini tinggal sedikit, ada yang berniat ngabisin?" tanya Streta menawarkan pada keempat sahabatnya. "Mohon maaf gue gak mau, kenyang si sumpah!" lanjutnya.

"Biar gue aja Ncess, kalian pada gak mau kan?" Glea merampas piring Aline dengan senang hati. Sambil terkekeh. "Kebetulan gue belum kenyang."

Yang lain hanya mengiyakan, lantas mengikhlaskan saja dengan senang hati atas kebaikan yang telah Glea lakukan.

"Kita istirahat dulu deh, hukumannya ntar ya. Makan dulu tuh jajanan yang udah gue sediain, atau minum kek." pinta Streta.

"Ahsiap Ncess!" Jawaban kompak kelimanya dengan mantap.

"Gue gak habis pikir kalau Glea yang bakalan menangin ini challenge deh!" komentar Audina tak percaya. "Gue pikir lo yang bakalan menang Ncess, secara lo kan ratu pedas!"

Streta menarik napasnya kesal. Ini kekalahan bukan karena persoalan pedas, tapi karena dia tak bisa memakan apapun dengan sangat cepat. "Gue kurang cepet makannya, dan this not my fortune!" pikirnya. "Makanya Glea yang menang!"

"Udah deh, hukumannya dimulai dari sekarang aja si! Biar cepet selesai." Aline beranjak dari tempatnya. "Nih, kalian pilih aja cowok yang ada di kontak whatsapp gue buat jadi sasaran prank!" Aline mengulurkan ponselnya dengan senang hati.

Satu persatu Glea, Maura, dan Streta mulai membuka daftar kontak whatsapp Aline itu. "Gimana kalau Fernan?" usut Glea. "Dari SMP kan Aline suka ke dia?" sambungnya.

"Enak aja! Lo kali yang suka!" Aline memberontak. "Gue gak pernah suka ke dia ya!"

"Bohong lo! Udah lah Fernan aja ya? Sepertinya bakal seru." ucap Glea sekali lagi. Memohon agar semuanya setuju.

Streta sedikit ragu. "Ini beneran Fernan gak papa? Secara dia kan satu kelas sama kita? Ketua kelas lagi."

"Emang kenapa kalau sekelas? Gue setuju sama Glea Ncess! Udah Fernan jadi salah satunya." Audina menyeringai, entah kenapa dia rasa ini akan jadi hal yang menyenangkan.

"Ya udah Fernan jadi salah satunya," Streta lantas mengiyakan. "Selanjutnya, gue pengen Kak Vero jadi sasaran berikutnya!" Streta tersenyum puas.

Aline mendelik sinis. "What? Gue gak punya kontaknya kali!" belanya tak mau kalah.

"Lo bisa cari di grup English Club Lin, gitu aja repot!" Aruna membela. "Dan satunya lagi Kak Alvinza ya? Biar sekalian gitu!" usut Aruna lagi.

Aline mengerang tak berdaya. "Kenapa harus mereka si? Gak bisa, lo kan tim kalah Na! Gak bisa usul."

"Gue sebagai pemenang menyetujui usulan Aruna, Lin." Maura lantas terkikik. Membuat Aline semakin merutuki kekesalannya akan nasib yang ditimpanya.

Sementara Audina pun terkekeh sejadi-jadinya akan hal ini, ia tidak bisa membayangkan kisah hidup Aline setelah ini? Mungkin akan terlihat buruk.

"Gue prank satu doang kan ya? Plis prank Kak Gavin ya." Aruna meminta. Dan usulannya langsung disetujui mantap oleh ketiga manusia yang terdeteksi sebagai pemenang. Membuat Aruna terkikik dibuatnya.

"Lah kalo gue siapa?!" tanya Audina.

Streta tersenyum akan ini, entah kenapa pikirannya langsung menerka seseorang yang tepat untuk gadis itu. "Lo prank Mawar ya!" usul Streta.

"Gak, gue gak punya kontaknya!" Audina tampak tak terima dengan usulan Streta.

"Mawar anak Mipa 4 kan? Biar gue minta kontaknya ke temen gue. Dan, gak ada alasan buat lo nolak Din!" Maura terperanjat dan langsung melaksanakan aksinya.

Audina mendengus kesal. "Kenapa harus dia si? Pokoknya satu lagi gue mau prank Mas Rayhan, titik!"

"Terserah lo," Glea yang menjawab.

Dan kini aksi prank murahan itu pun dimulai. Betapa bahagianya peserta yang dikategorikan sebagai pemenang. Ketiganya sangat menikmati aksinya itu. Sungguh, mereka bertiga terlihat beberapa kali mulai terkikik akan aksinya. Sementara bagi peserta yang kalah, sungguh ini seperti kesialan baginya. Karena setelah ini harga diri mereka pastilah akan turun menjadi sangat drastis.

"Ya Allah ampunilah dosa hamba, setelah ini gue gak mau ketemu mereka lagi. Harga diriku sudah jatuh ke dasar jurang." Aline menggerutu.

Bagaimana bisa Glea, Maura, dan Streta menjadi manusia sejahat itu? Sungguh, banyak hal yang tak seharusnya mereka tak perlu ditanyakan pada mereka yang menjadi sasaran prank. Kalian tahu apa yang mereka tanyakan? Mulai dari kabar, tempat tinggal, hobi, atau bahkan pacar? Sungguh itu seperti definisi cabe-cabean yang sempurna.

"Kenapa si nge-prank manusia bisa semenyenangkan ini." Glea tak henti-henti untuk terus menikmati aksinya.

Streta juga mengiyakan hal itu, begitupun Maura. Dia sama halnya.

"Setelah ini gue gak mau kalah challenge lagi!" Aline sekali lagi mengeluh. Berbeda dari Aruna dan Audina yang terlihat lebih santai menghadapi hukumannya.

Prank pun dinyatakan selesai. Setelah ketiganya sudah cukup puas atas aksinya itu. Dan percayalah aksi prank itu sangat menarik. Masing-masing sasaran menjawab pertanyaan - pertanyaan dengan sangan antusias. Bahkan hal yang lebih mengejutkan. "Kak Vero nembak lo Lin!" lontar Streta bersunggut kegirangan.

"Hah serius?!" sahut kelima gadis itu, tak percaya.

Streta menyerahkan ponsel Aline kepada kelima sahabatnya, dan mereka mulai membaca. Dan benar saja, Kak Vero secara tidak sengaja memang benar mengajak Aline untuk berpacaran. "Rejeki anak sholeh ini mah!" ucap Maura.

"Gak, apaan gue gak mau! Bilang sekarang kalau ini cuma prank. Gak mau tahu pokoknya!" protes Aline kesal.

"Lo gak mau jadi pacarnya Kak Vero, Lin? Kesempatan loh." Streta masih tak habis pikir dibuatnya.

Aline menatap tajam Streta. "Gak! Bilang sekarang juga!"

"Bilang ke semua makhluk yang tadi udah kalian prank, karena ini cuma prank bukan beneran." usul Audina juga mulai kesal. Karena mendapati Mawar yang terlalu agresif dalam menjawab chat-nya.

"Oke, kita bakal bilangin nih!" ucap Maura.

"Ih kesel kenapa Mas Rayhan gak fast respon kayak Mawar si!" Audina menggertak kesal.

"Bukan rejeki lo Din, lagian ya mana mungkin Kak Rayhan bakal se gercep Mawar. Secara dia kan Ketua Rohis." timpal Streta mencoba menjelaskan. "Tapi, btw si Mawar asik juga ya mbalesin chat lo. Baik-baik gimana gitu." Streta terkekeh.

"Gue gak peduli! Gue sumpahin lo jodohnya Mawar, Ncess. Dan gue jodohnya Kak Rayhan."

Streta diam saja. Harap-harap apa yang Audina ucapkan barusan tak akan menjadi kenyataan. "Dasar Udin jelek!"

"Kenapa si Kak Gavin gak bales chat gue? Padahal kan gue udah ngebet banget pengen di bales. Lagian kita kan udah saling save kontak." Aruna mengumpat kesal.

Streta tak peduli, dia justru senang akan hal ini. "Dia males bales chat jijik itu Na!" ucap Streta menegaskan.

"Bener juga si, orang kalian chat Kak Gavin udah main bilang aku sayang kamu aja! Mana pake emot love lagi."

"Biar gereget aja Run!"

"Wahai tim kalah, besok kita ke sekolah bawa masker ya. Biar wajah kita gak terdeteksi." usul Audina mantap. Dijawab ahsiap kompak oleh Aruna dan Aline.

"Kita si bebas ya gak gengs!" Streta beryukur tidak mendapat hukuman tidak masuk akal ini.

"Eh ponsel lo bunyi tuh Ncess!" Mendapati dering ponsel Streta berbunyi, gadis yang diberi tahu tampan tak peduli dengan itu. "Siapa? Nyokap gue?" tanyanya.

"Iya." sahut Maura.

"Udah biarin aja, paling juga mau ngumumin kalau dia gak bisa pulang ke rumah!" sahutnya pias.

Audina menggeleng tak mengerti. "Lo gak boleh begitu Ncess, siapa tahu Nyokap lo bukan mau ngomong hal itu. Jadi, angkatlah telponnya."

"Pasti tentang itu Din, gue udah hafal. Udahlah, males gue ngomongin dia, capek!"

"Oh, oke." Audina memilih diam saja. Atau ungkapan perkataannya akan membawa dampak yang negatif.

Kesibukan kedua orang tua Streta membuat gadis itu menjadi salah satu anak yang tak dianggap baik sama sekali. Tiap kali dia selalu merasa sepi, itulah mengapa terkadang dia lebih suka pulang telat dan lebih suka berlama-lama di sekolah bersama dengan sahabatnya. Karena inilah, di rumah dia selalu saja kesepian. Ini semacam permasalahan yang tak pernah terpikir bagaimana masalah ini akan terselesaikan, ia merasa lelah.

HE IS MY PRINCE-7