webnovel

He's My Son 01

Reyneis Bastian Digantara pria remaja berusia 20 tahun, dia seorang Playboy. Suka gonta ganti pasangan, dia hobby pembalap mobil, pembalap motor, memiliki Club, dan juga Caffe. Kadang juga dia suka photographer jika ada orang yang mau 'Preweding'. Tentunya juga Reyneis ini jago memainkan DJ. Dia tertarik sama seorang gadis bernama Stella Anggraini. Dalam diam Rey menyukai gadis itu, selalu memperhatikan dari jauh. Gadis yang bernama Stella tidak tau jika Ada seseorang buang selalu memperhatikan dirinya. Rey selalu datang di tempat kerja Stella tiap malam. Gadis itu lah yang naklukin hati Reyneis seorang playboy. Stella Anggraini gadis remaja berusia 19 tahun. Ia bekerja di sebuah Billyard. Dia hidup sebatang kara. Kuliah sambil bekerja. Namun, ia di pertemukan dengan lekaki yang bernama Reyneis Bastian Digantara. "Stella elo cantik sekali, dan gue tertarik sama elo, malam ini elo akan menjadi milik gue!" Apa rencana Reyneis si playboy? Berhasilkah Reyneis mendapatkan hati Stella? Dan Bagai mana Reaksi Stella setelah mendengar ucapan Reyneis? Stella Anggraini gadis remaja berusia 19 tahun. Ia bekerja di sebuah Billyard. Dia hidup sebatang kara. Kuliah sambil bekerja. Namun, ia di pertemukan dengan lekaki yang bernama Reyneis Bastian Digantara. "Stella lo cantik sekali, dan gue sangat tertarik sama lo, malam ini lo harus menjadi milik gue!" Apa rencana Reyneis si playboy cap kadal? Berhasilkah Reyneis mendapatkan hati Stella? Dan Bagai mana reaksi Stella setelah mendengar ucapan Reyneis?

Rera_Rara · 青春言情
分數不夠
50 Chs

CHAPTER 49

( Kimseyi sevemedim ama seni sevecegim )

"I never loved anyone, but I will love you."

Happy Reading!!!

__________________________

Rey masuk keruangan di mana ada Stella yang menangis terisak. Rey menghampiri Stella dan memeluknya. Lalu Rey meraih segelas air putih yang sudah tersedia di atas meja, "minum dulu sayang!" Kata Rey.

Stella meminumnya, kini perasaannya sudah lebih tenang. Rey mencium keningnya. Mendongakkan rahang Stella. Menatap kedua matanya yang membengkak. Jemari Rey mengusap air matanya dengan pelan.

"Jangan nangis lagi."

Stella kembali memeluk Rey, "aku kangen Ibu sama Ayah. Aku kanget banget Rey. Kenapa sih Tuhan terlalu cepat memanggil Ibu sama Ayah? Aku masih membutuhkan mereka. Bahkan impianku belum tercapai, beliau sudah pergi ninggalin aku." Lirih Stella sembari terisak di pelukan Rey.

Rey mengeratkan pelukannya, mengusap punggung Stella. Mengecup kepalanya. Lalu Rey membopong Stella ala bridal style. Duduk di sofa sembari memangku Stella. Rey membiarkan Stella menangis, jika itu bisa membuat hati Stella lega. Kalau tau seperti ini, Rey tidak akan mempertemukan Stella dengan Pamannya. Menyesal. Karena dia sudah membuat istrinya sedih dan menangis. Rey kira tidak akan seperti ini jadinya.

Stella jika bertemu Bibi atau Pamannya, hatinya kembali terluka. Mengingat masa lalu, mengingat hidupnya yang malang. Mengingat terlukanya mendiang Ibunya dulu.

"Maafin aku ya, sudah membuat mu sedih!"

Stella semakin mengeratkan pelukannya, menyusupkan wajahnya di dada Rey. Mencari kenyamanan. Lalu Stella mulai bercerita.

"Ibu dulu orangnya sangat pendiam, jarang ngomong. Tidak pernah ngerumpi sama warga sana-sini. Ibu selalu sibuk di warung kecilnya. Jika warung Ibu sepi, tidak ada pelagan. Semua makanan, Ibu bagikan ke Mushola buat cemilan anak-anak yang mengaji. Jika tidak ada pekerjaan, Ibu mencari pekerjaan. Entah itu menjahit, entah itu cari pinang di kebon orang. Apapun Ibu lakukan demi mendapat uang buat jajan aku sekolah." Stella menjeda ucapannya. Menarik nafasnya, lalu di hembuskan-nya lagi. Kedua matanya menerawang di masa lalu.

"Ibu selalu berkata, 'biarkan orang menghina kita sesuka mereka, merendahkan kita, mengolok-ngolok kita, jahat sama kita. Contohnya Bibi dan Paman. Mereka jahat sama kita. Tapi jangan pernah menyimpan dendam sama mereka. Kita do'akan saja Bibi dan Paman cepat sadar dan berubah. Ingat Nak Tuhan tidak tidur, Tuhan selalu bersama kita. Jika Ibu pergi nanti kamu harus ingat pesan Ibu ya. Tetap diam. Jangan membalas perbuatan mereka'. Stella sayang kan sama Ibu?." Stella kecil mengangguk, terisak di pelukan Ibunya.

Waktu itu mendiang Ibunya Stella sudah mulai sakit. Kata warga, mendiang Ibunya kena penyakit Liver. Tapi kata Ustad guru ngaji, mendiang Ibu Stella arwah-nya di ambil sama mahluk halus. Arwah-nya di ikat di pohon besar yang sering beliau lewati saat mau ke kebon. Ustad bertanya pada beliau apa yang sedang di rasa? Mendiang Ibunya Stella menjawab, bahwa seluruh tubuhnya sakit semua. Dari kaki, tangan, tubuh semua kaki tidak bisa di gerakan. Jika kaki bergerak sedikit, mendiang Ibunya Stella berteriak. Bangun ingin duduk saja tidak bisa. Tubuhnya sudah mati. Ustad memberi air putih untuk mendiang Ibunya Stella. Di minum dan Ustad bisa melihat arwah mendiang Ibunya Stella terikat di pohon. Ustad ingin memberi tau Stella, tapi tidak tega. Karena Stella masih kecil, belum tau apa-apa. Jadi Ustad hanya bercerita pada Pak RT.

Kata Pak Ustad, arwah-nya mendiang Ibunya Stella, di jadikan pengasuh anaknya mahluk halus yang ngikat arwah-nya mendiang Ibunya Stella.

Stella sesenggukkan di pelukan Rey. Rey pun ikut merasakan sesak di dadanya. Membayangkan jika itu terjadi pada Nancy Ibunya. Dengan terisak, Stella kembali melanjutkan ceritanya.

"Aku pun tidak memiliki masa kecilku di umurku yang masih kecil. Kadang aku ingin bermain bersama teman-teman, tapi aku tidak bisa. Selalu ingat Ibu. Jika aku bermain, siapa yang bantuin Ibu? Siapa yang mencuci piring? Siapa yang berkeliling menjual gorengan? Walau Ibu sering menyuruh aku bermain, tapi aku menolak tetap ingin membantu dan menemani Ibu di warung. Aku sangat merindukan Ibu sama Ayah. Rindu pelukannya, rindu senyumannya, rindu masakannya, rindu semuanya. Kenapa Tuhan cepat memanggil Ibu sama Ayah?"

Stella terisak, sesenggukkan, tubuhnya bergetar, ia Makin histeris jika mengingat masa lalunya.

"Stop! Jangan lanjutin ceritanya. Aku tidak suka melihatmu histeris seperti ini. Lupain ya, kubur sedalam mungkin. Lebih baik kita do'ain Ibu sama Ayah. Beliau pasti ikut sedih jika melihat putrinya sedih. Jangan sedih lagi, hem! Masih ada Ibu Darmi, ada Mama. Jika kamu meluk mereka, kamu bayangin saja seolah mereka Ibu. Jangan nangis lagi!"

Rey mendongakkan wajah Stella, Ibu jarinya mengusap kedua matanya yang bengkak dan sembab. Lalu di ciumnya bergantian.

Ponsel Rey berbunyi tanda ada panggilan masuk dari Pio.

"Bos di luar ada cowok yang nyelamatin Reyent di taman. Sepertinya dia sedang berdebat sama ceweknya."

Rey tau siapa cowok itu? Setelah tau cerita dari Wiki. Rey langsung menyuruh Pio untuk mencari tau siapa itu cowok?

Dia adalah Aldi mantan kekasih Stella. Cowok sama brenggsek-nya seperti Rey.

Rey menyuruh Stella cuci muka, sebelum keluar menemui Aldi. Di luar Lia sedang menggendong Reyent yang tertidur. Lelah. Ya Reyent pasti kelelahan bermain bola sama Wia. Tadi sempat rewel minta susu. Lia membuatnya dan di kasih ke Reyent.

"Lia tidurin di kamar dulu kalau kamu capek. Sebentar lagi kita pulang kerumah." Titah Rey, sebelum menghampiri Aldi yang masih berdebat dengan ceweknya.

Lia pun menuju ruangan Rey, menidurkan Reyent di sana. Di ruangan Rey memang ada kamar mini buat istirahat jika Rey lelah mengimput.

"Aku kan sudah bilang nggak mau ke restaurant ini!" Suara Wiwik, yang masih mempermasalahkan soal restaurant. Kabarnya mereka sedang putus, tapi Wiwik ingin balikan lagi. Aldi mengajak pertemuan. Memilih di Caffe J-Jolic. Kenapa Wiwik menolak? Karena dia malu. Malu sama Stella.

"Boleh saya bergabung?"

Aldi menoleh, dia syok.

"Kenapa? Syok? Kamu tau saya? Ya saya suami Stella Anggraini mantan kekasih Anda dulu. Jadi boleh saya duduk di sini?" Ucap Rey santai sembari melirik Wiwik yang cemberut di samping Aldi. Sahabat penghianat. Gumam Rey.

"B.boleh . . . Boleh, silahkan!" Ucap Aldi gugup.

"Saya tidak mengganggu kan?"

"Oh tidak sama sekali, tenang saja."

"Okay! Langsung saja. Pertama saya ingin mengucapkan terima kasih. Karena kamu sudah menyelamatkan putra saya. Maaf terlambat. Waktu itu kamu sudah menghilang. Saya tidak tau kamu tinggal di mana?"

"Sama-sama, kebetulan waktu itu saya tidak sengaja sedang lewat di taman. Saya melihat anak kecil sedang berlari mengejar bolanya. Dan saya juga melihat Stella sedang mengejar anak itu. Saya kira anak itu bukan putra Anda dan Stella. Lalu saya melihat mobil yang sengaja ingin menabrak putra Anda. Saya lantas dengan segera menangkap putra Anda yang terus berlari. Saya terguling. Berusaha melindungi putra Anda supaya tidak terkena batu, tapi gagal. Kaki bagian lutut putra Anda terluka. Maaf." Unkap Aldi penuh sesal.

Rey mengepalkan kedua tangannya. Rey sangat murka jika mengingat kejadian waktu itu.

"Kamu tidak sengaja sedang mengikuti Stella kan?"

"Tidak! Malahan saya tidak tau jika ada Stella di taman."

"Lalu kenapa Anda langsung pergi waktu itu?"

" Saya pergi karena Stella sudah membenci saya. Saya berfikir dia akan langsung mengusir saya."

"Kenapa Anda punya pemikiran seperti itu?"

"Hanya saj-"

"Rey ayo pulang!"

Omongan Aldi terpotong oleh Stella. Sebenarnya Aldi ingin berdamai dengan Stella. Ingin berteman. Tidak mau Stella menggapnya sebagai musuh. Padahal Stella sudah memaafkannya. Begitupun dengan Wiwik sudah Stella maafkan. Sudah melupakan semuanya. Forgeten for last.

"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih, Anda iklas kan menyelamatkan putra saya? Atau Anda ingin minta imbalan?"

"Maaf saya bukan orang perhitungan, Saya menolong dengan ikhlas. Saya tidak ada maksud apa-apa." Sahut Aldy cepat sembari mengulurkan tangannya pada Rey.

"Okay! Senang bertemu dengan Anda. Terima kasih atas waktunya. Sebagai tanda terima kasih saya, Anda hari ini gratis makan di sini. Silahkan Anda cicipi menu lainnya. Tidak perlu membayar tagihan, permisi."

Aldi hanya melongo saja, sedangkan Wiwik kegirangan karena mendapat makan gratisan.

Sebelum keluar dari Cafe, Stella celingak celinguk mencari keberadaan Pamannya. Stella bertanya pada Salma. Bahwa Pamannya ijin ke rumah sakit, tadi dapat telpon dari istrinya bahwa Uti putrinya kembali kritis.

Sebenarnya Stella tidak tega melihat Pamannya yang memohon minjam uang tadi. Stella hanya ingin memberi pelajaran. Stella tidak boleh menyimpan dendam sama Bibi dan Paman ya! Tidak baik. Kembali Stella mengingat ucapan mendiang Ibunya.

Di dalam mobil Stella melamun, ia dilema. Antara ke rumah sakit atau tidak. Akhirnya Stella meminta Rey antar ke rumah sakit, setelah mengantar Reyent pulang kerumah. Tapi sampai rumah sakit, Stella mendengar Bibinya menangis histeris di pelukan Pamannya. Duduk di lantai. Menangis, berteriak memanggil nama putrinya, Uti. Stella juga melihat dokter yang menunduk. Wajah dokter terlihat kecewa.

Samar-samar Stella mendengar Bibinya bergumam 'Uti jangan pergi! Jangan tinggalin Mama Nak!'

Deg

Langkah Stella terhenti, saat mendengar gumaman Bibinya. Biar bagaimana pun Nurti adalah Bibinya. Adik kandung mendiang Ibunya. Darah dagingnya. Stella merasa bersalah. Menunduk. Lalu menangis. Ibu maafin Stella.

Rey datang memeluknya, berbalik, melangkah meninggalkan rumah sakit. Menuju ke mobilnya. Rey menyuruh Pio mengurus administrasi. Agar jenazah Uti segera di bawah pulang.

Ya, Uti sepupu Stella meninggal karena sudah tidak tahan lagi menahan rasa sakitnya. Penyakit Kista memang sangat berbahaya.

Mobil Rey meninggalkan parkiran rumah sakit. Sampai di rumah Stella masih diam. Stella rasa hari ini seperti mimpi. Kesedihan selalu datang padanya, cobaan demi cobaan selalu menimpanya. Kapan air matanya akan berenti?!

***

Hilton Hotel, Turkey, Istanbu

Rey dan rombongan yang lain baru saja sampai di Turkey. Samuel, Pio, Jalel, dan Adi baru Check-in. Darmi dan Ruslan juga ikut. Sengaja Rey mengajak Darmi dan Ruslan, agar bisa bergantian sama Lia menjaga Reyent. Rencana Rey nanti setelah Prewed ingin berduan sama Stella. Calon pengantinnya juga satu hotel sama rombongan Rey. Mereka sudah mendapat kamarnya masing-masing. Samuel satu kamar sama Adi, Pio sama Jalel. Mereka satu lantai. Sedangkan Lia, Darmi dan Ruslan satu lantai dengan kamar Rey.

Reyent tertidur, Stella menidurkannya di baby box yang sudah di sediakan oleh pegawai hotel. Jam sudah menunjukan pukul lima lewat limabelas menit. Waktu Turkey. Mereka langsung istirahat dulu. Rey langsung tepar, setelah melepas celana jin dan kaosnya. Menyisakan celana boxernya saja.

Setelah membersihkan diri, Stella juga langsung Naik keranjang. Terbaring di samping Rey. Rey langsung memeluknya begitu menyadari Stella terbaring di sampingnya. Reyent masih terlelap nyenyak sembari mengenyut empengnya. Tidak lupa tangan mungilnya megangi soft towel dan small pillow. Soft towel dan small pillow itu miliknya waktu masih bayi merah. Reyent tidak bisa lepas sama kedua barang itu. Reyent suka bau dirinya waktu masih bayi merah. Begitupun Stella. Apalagi sangat smooth. Jika tanpa handuk dan bantal itu, Reyent tidak bisa tidur dengan nyenyak.

At Night, Turkey. . .

Tepat pukul delapan lewat sepuluh menit. Waktu Turkey. Rey, Stella dan rombongan yang lain sudah kumpul di lobby bawah. Mereka sedang duduk di sofa menunggu travel datang. Mereka semua ingin dinner. Ini pertama kalinya Stella dinner di Turkey.

Reyent sedari tadi cemberut, duduk di pangkuan Rey. Biasanya Reyent berceloteh. Lari sana-sini. Bermain sama Pio atau Lia. Tapi malam ini Reyent berbeda. Apa lagi tidurnya keganggu, belum saatnya bangun tapi sudah di bangunin. Tadi Reyent nangis sebentar, saat Stella bangunin mau di mandiin. Reyent tidurnya cukup lama. Dari jam tiga sampai jam tujuh lebih belum bangun. Mungkin badannya sangat lelah pegal, karena di pesawat Reyent tidak tidur. Berceloteh, nyanyi Baby Shark terus.

"Reyent kenapa kok cemberut terus Nak? Sekarang Reyent ada di mana, hem? Sini sama Tati!"

"Apa sama Eyang? Sini Eyang gendong di pundak lagi!"

Reyent melengos, merengek dan mengusel-nguselkan wajahnya di dada Rey. Sepertinya dia masih ingin tidur. Tangannya masih meluk bantal kecilnya. Empengnya Stella simpan di tas.

"Cucu Tati lagi nggak mood!"

Travel yang di tunggu sudah datang. Ada tiga travel. Satu buat yang mau Prewed satunya buat Rey, Stella, Darmi, Ruslan dan Lia. Dan terakhir buat rombongan Samuel, Pio, Jalel dan Adi.

Rey jadi mengingat sahabat-nya, mendiang Dewo. Biasanya jika ada Job di luar negeri, mendiang Dewo selalu ikut. Dan ini Rey pertama kalinya pergi tanpa Dewo. Bro gue saat ini lagi berada di Turkey. Gumam Rey.

"Mimi-e!"

Entah kenapa Reyent sekarang jika manggil Stella di tambahin. Mimi jadi Mimi-e.

"Reyent mau apa Nak? Mau banana? Atau bites?" Reyent geleng-geleng.

Stella tau Reyent ingin nete. Selama perjalanan Reyent belum nete. Jika ngusel, tangannya buka baju Stella. Stella memberinya cemilan, empeng, batal kecil, atau liat video kartun. Bukan nggak boleh, tapi posisi lagi di tempat umum. Banyak orang, tidak mungkin kan Stella mau buka-buka baju. Yang ada mata Rey mendelik lihat istrinya mengumbar.

"Reyent kenapa, hem? Reyent capek ya? Nanti Tati pijitin ya, sekarang tidak boleh rewel, Reyent mau maman.?!"

"Mamam!"

"Iya nanti mamam, Reyent sudah lapar?"

Travel mereka sudah sampai di depan Reina restaurant. Mereka semua masuk kedalam, di sambut oleh manager. Di giring ke meja yang masih kosong. Reina ini lumayan rame. Restaurant ini menunya terkenal enak. Sudah menjadi langganan para pengunjung. Banyak berbagai macam menu.

Manager Reina mempersilahkan Rey dan rombongannya duduk. Lalu memberi tiga buku menu. Rey menerimanya, di bagikan ke Samuel dan Arsa yang mau Prewed besok. Rey membuka dan dia memilih-milih menu. Menu yang belum pernah Stella cicipi tentunya. Rey memesankan makanan yang enak buat Stella dan Reyent. Rey menyuruh Lia, Darmi, dan Ruslan memilih sendiri. Pelayan datang mencatat pesanan mereka. Rey meminta air mineral buat Reyent. Tadi Lia lupa membawa botol air minum Reyent.

Reyent meminumnya, saat Rey menyodorkan ke mulut Reyent. Pandangannya lurus menatap calon istri Arsa tanpa kedip.

"Reyent haus ya! Reyent liatin apa sih? Oh, liatin Onty ya! Nanti di marah sama Oom Arsa loh!"

Arsa tertawa, calon istri Arsa menghampiri Reyent, dan mencium pipi gembulnya. Reyent yang di cium pipinya, malahan menangis. Tidak seperti biasanya. Stella sendiri juga sampai heran liat mood Reyent hari ini.

Stella meraih Reyent dari baby chair, lalu di panggku. Di berinya empeng sama bantal kecilnya. Ibu jari Reyent mengelus-ngelus ujung bantalnya

"Onty cuma mau kiss Reyent, Onty sayang sama Reyent, nggak apa-apa."

"Nen-nen-Mi!" Rengek Reyent sembari mengusel-ngusel di dada Stella. Tangannya sudah gatal, ingin nete.

"Ssstt! Nanti ya Nak, sekarang mamam dulu!"

Pelayan datang mendorong troly, mengantar pesanan mereka.

Mereka pun menikmati makan malamnya sembari membahas lokasi yang buat pemotretan besok pagi. Rencana Arsa mau empat lokasi. Tapi Arsa tidak tau, liat besok pagi. Obrolan terus berlanjut, kadang bercanda. Terutama Pio dan Adi lah yang sering ledek-ledekan membahas perempuan. Stella berusaha membujuk Reyent makan. Di suapinya dikit demi dikit sampai abis.

Makan malampun selesai, kini ganti menikmati makan penutup. Arsa memanggil manager, ingin membayar tagihan. Namun, Rey mencegahnya, Arsa dan Rey rebutan resitnya. Rey berhasil dan meletakkan black card-nya. Manager Reina restaurant sampai tertawa, melihat mereka berdua yang ribut seperti anak kecil sedang rebutan mainan.

"Tuan Rey saya jadi tidak enak dengan Anda!"

"Memangnya Anda memakan saya tadi? Santai saja Tuan Arsa."

Setelah manager mengembalikan black card milik Rey. Mereka pun meninggalkan Reina, menuju ke travel yang menunggu di parkiran. Karena sedari tadi Reyent rewel mulu, jadi mereka melanjutkan obrolannya di hotel saja.

Mereka sudah sampai di hotel, Rey mengantar Stella naik ke atas. Darmi, Ruslan, Lia juga naik ke atas.

Reyent masih merengek di gendongan Rey. Jika Reyent sedang rewel, ingin nete, tidak mau sama siapapun. Sama Darmi yang biasanya sangat lengket, kali ini tidak. Maunya sama Stella.

"Mimi-e-Mi-e-nen-nen."

"Bentar ya Nak!"

"Kenapa jagoan Pipi tidak happy, hem?"

Reyent melambaikan tangannya ke Stella, ingin di gendong Stella. Kakinya tidak mau diam, nendang-nendang ke udara.

"Kalau udah rewel susah diamnya, jika belum nemuin kesayangan-nya." Ujar Darmi, yang sudah tau sifat cucunya.

Begitupun pintu lift terbuka, Stella segera keluar. Rey menempelkan card door hotel. Rey membukanya, Stella langsung masuk dan terbaring di ranjang. Tangan Reyent langsung maraba di dada Stella. Reyent langsung diam, tidak berontak dan rewel lagi, saat tangannya menemukan benda kesayangannya.

"Jangan di abisin, sisain buat Pipi ya!" Celetuk Rey sembari meremas payudara Stella yang kanan.

Stella mencubit pinggang Rey, "dasar bego, mesum. Reyent cuma main doang tidak di minum."

"Oh! Bagus itu, berati kusus buat aku yang menghisapnya!" Kata Rey seraya nunjukin senyum jailnya. Stella memukulnya pake bantal. Rey terbahak sembari lari keluar ingin turun lagi. Melanjutkan obrolannya sembari meminum Whiskey di bawah.

Reyent kembali tidur di pelukan Stella. Tangannya tidak lepas dari dada Stella. Masih nete sampai tidurnya nyenyak. Tadi rewel karna tidurnya ke ganggu.

***

Turkey, at morning . . .

Tepat pukul sepuluh lewat limabelas menit, waktu Turkey. Rey, Samuel, Jalel, Adi, dan calon pengantin sudah berada di tempat lokasi. Island in Istanbul, Turkey. Stella juga ikut menemani Rey. Sedangkan Darmi, Ruslan, Lia mengajak jalan-jalan Reyent. Di temani oleh Pio. Rey membersihkan cameranya, lalu di cobanya. Cameranya di arahkan ke Stella yang memainkan camera kecil. Stella mendongak, kaget saat menyadari ada yang memotretnya. Stella tersenyum. Rey juga tersenyum sembari mengedipkan sebelah matanya.

Arsa dan calon istrinya sudah selesai di make-up oleh Icha. Orang bawaan Arsa sendiri. Biasanya Wuri karyawan Rey. Arsa di balut dengan tuxedo, dan calon istrinya di balut long dress pengantin warna putih. Terlihat simple dan sederhana. Mereka sudah berdiri di tempat yang di siapkan Samuel dan Adi. Rey mulai mengarahkan cameranya, mengatur style mereka. Lalu Rey mengambil gambarnya sampai beberapa jepretan. Dengan empat kali ganti kostum.

Kemudian mereka pindah lokasi, di Castello Sforzesco Dimilano. Pindah-pindah di berbagai tempat, di danau, di menara, di patung Castello, di bukit dan di Park Mountain.

Hasilnya sangat memuaskan, bagus dan jernih. Sorenya ke lokasi yang terakhir, Karena besok pagi Arsa dan calon istrinya kembali ke Indonesia. Tidak bisa lama-lama berada di Turkey. Waktunya sudah mempet, tidak ada waktu lagi.

Rey sudah beberapa kali mengambil gambar Arsa dan calon istrinya. Di jalan pinggir danau, di teras gedung kosong, yang dalamnya sepertinya tempat museum. Di taman, di jembatan, dalam kamar, dan di depan gereja.

Rey duduk sebentar, mengganti file-nya. Stella menghampiri, memberi botol air meneral sembari mengusap keringat Rey dengan sapu tangan miliknya. Rey meneguk air yang Stella beri. Di minumnya sampai setengah botol. Rey memang kuat minum air putih. Sehari bisa mencapai satu liter perhari. Air putih bagus buat kesehatan.

Merasa sudah cukup puas, Arsa minta akhiri dan kembali ke hotel. Tapi Rey memberinya bonus dua; atau tiga jepretan. Lokasinya di pantai, sunset yang mau tenggelam. Dan langit yang berubah akan berganti malam.

Kini mereka sudah kembali ke hotel untuk istirahat sebentar. Darmi, Ruslan, Pio, Lia, dan Reyent belum kembali dari jalan-jalannya. Ini kesempatan buat Rey untuk bermanja-manja dengan Stella. Benar saja, Rey sudah mulai menggoda dan mejaili Stella. Saat baru saja Stella memasuki kamar mandi, Rey tiba-tiba menggendong-nya ala bridal style. Stella berteriak, syok, tertawa. Karena Rey menjatuhkan Stella di ranjang yang sangat empuk. Lalu Rey langsung menindihnya agar Stella tidak kabur. Kening mereka bersatu. Tersenyum, Rey menatap kedua mata indah Stella. Lalu berkata;

"Kita main sebentar ya sayang? Mumpung Reyent belum kembali! Ya, ya ya!" Ucap Rey sembari kedip-kedip.

Belum sempat Stella membalas ucapannya, Rey sudah membungkam bibir Stella. Melumatnya, menyesapnya, memainkan lidahnya ke rongga mulut Stella. Tangan Rey tidak diam. Ikut meremas payudara Stella dengan lembut. Memlintir putingnya. Di remasnya kembali. Ciuman Rey turun ke leher, menggigit kecil-kecil, memberi tanda merah. Seperti biasa, tanda merah berbentuk love. Lalu turun kedada Stella, menyusupkan wajahnya dan mengenduskan di belahan dada Stella yang masih terbungkus kemeja.

Satu persatu Rey membuka kancing baju Stella. Setelah berhasil, lalu di lemparnya asal. Menyisakan Bra hitam. Tidak perlu di lepas Bra-nya. Rey menyembulkan gitu saja, "Ini milik Reyent, dan ini milikmu. Ah tidak! Ini milikku semua." Ucap Rey memandangi kedua payudara Stella bergantian. Di elusnya dengan lembut putingnya. Di tiupnya. Desahan keluar begitu saja dari mulut Stella. Stella membusungkan dadanya keatas. Stella membuka mulutnya, kulitnya meremang, panas bergairah. Stella meminta lebih, ingin segera Rey melumat dan mengisap putingnya.

Rey yang peka langsung menghisap puting Stella. Melumatnya, di remasnya, kembali di hisap sampai berbunyi decapan. Menyusu, seperti Reyent sedang menyusu pada Stella dulu. Stella terus ngeluarin desahannya. Kedua tangannya mengusap rambut Rey, meremasnya, menekan kepalanya di dadanya yang hangat dan empuk. Rey melepas bajunya, lalu menurunkan celana sekalian elana dalam Stella. Selangkangan Stella di diriin dan di buka lebar. Rey menyusupkan wajahnya disana, menghirupnya, sangat harum baunya. Rey menyukai baunya.

Memainkan clitoris Stella dengan lidahnya. Mengelusnya dengan Ibu jarinya, di tariknya dengan pelan clitoris Stella, di jilatnya, dan di lumatnya. Stella memejamkan kedua matanya. Tangannya terlentang keatas, meremas ujung bantal.

Kedua jari Rey masuk ke milik Stella, di keluar masukkan. Ini sangat nikmat dan licin batin Rey. Stella berteriak setelah miliknya mengeluarkan sesuatu. Rey langsung menyatukan miliknya dengan milik Stella. Menekan kedalam, sampai milik Stella penuh dengan miliknya. Rey mengeratkan pelukannya. Menempelkan Skin mereka yang tanpa tertutup kain. Rey menggigit bahu dan seluruh tubuh Stella. Sampai semua penuh tanda merah. Terlihat Rey begitu sangat mencintai Stella. Rey kembali melumat bibir Stella yang terbuka. Bertukar slavina.

Rey menggerak-gerakkan pinggulnya dengan pelan. Memaju mundurkan miliknya. Rey merentangkan kedua tangan Stella. Lalu di genggamnya, Rey menyatukan jari jemarinya. Kembali mengulum puting Stella dan menyesapnya. Di gigit dengan gemas.

Di dalam kamar hotel yang sunyi, hanya terdengar desahan mereka berdua. Mereka mandi keringat. Ranjangnya sudah seperti kapal pecah. Selimut dan pakaian berserakan di mana-mana. Sehingga keduanya berteriak berbarengan. Mereka mengeluarkan bareng. Nafas Stella tersenggal-senggal, dadanya naik turun. Rey masih di atas tubuh Stella, merapatkan tubuhnya. Mencium kening Stella dan mengucapkan kata cinta.

"I love you more and more babe, you're mine." Ucap Rey sebelum melepas penyatuanya. Lalu Rey ambruk di samping Stella. Mendekap erat tubuh Stella. Menempelkan skin to skin. Rey menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka yang tanpa mengenakan apapun. Lalu keduanya terlelap, akibat kelelahan.

TBC.

Terima kasih sudah mau membaca.

Saranghae 🥰

It's Me Rera.