webnovel

He's My Billionaire (Te Iubesc)

Tidak pernah terpikirkan oleh Marsha untuk memiliki sebuah hubungan dengan seorang pria kaya nan tampan. Marsha sungguh tidak berniat memiliki masalah dengan pria mana pun itu, terutama pada Alland. Marsha Charlotte adalah artis terkenal yang sedang ditimpa sebuah skandal dengan seorang direktur di tempat ia bekerja. Perkara skandal itu, Marsha melakukan hal bodoh lainnya. Ia tanpa sengaja melakukan hubungan One Night Stand (ONS) bersama seorang pria yang tidak dikenalinya. Hingga lima bulan kemudian, Marsha dipertemukan kembali dengan pria itu. Dan parahnya, pria itu adalah seorang CEO di tempat ia menjalin kerja sama menjadi seorang bintang iklan di perusahaannya. Alland Ray Standford, seorang billionaire muda yang melakukan hubungan ONS dengan Marsha. Pertemuan kedua mereka membawa keduanya ke dalam sebuah hubungan yang seharusnya tidak pernah terjadi. Hubungan keterikatan kerja yang seharusnya terjadi antara CEO dan model iklan berubah menjadi hubungan yang lebih menarik. Penolakan Marsha terhadap Alland benar-benar menggores ego Alland. Apalagi Marsha berpura-pura tidak mengingat kejadian malam itu, membuat Alland benar-benar kesal. Ia pun melancarkan aksinya untuk membuat Marsha mengakui kesalahannya itu, hingga akhirnya tanpa bisa dicegah mereka kembali melakukan kesalahan itu lagi.

Puantrgn_ · 青春言情
分數不夠
275 Chs

Part 21

Tujuh jam lebih perjalanan udara dari Kota New York ke London. Dan selama itu pula Marsha menahan rasa mual yang sudah di rasakannya sejak awal jet pribadi milik Alland mengudara di atas awan. Marsha sengaja menahan rasa mual itu untuk membuat Alland tidak curiga atau pun menaruh rasa khawatir padanya. Wait, khawatir katanya? Tidak mungkin.

"Huweek..." Marsha langsung berlari menjauh kala ia tidak mampu lagi menahan rasa mualnya. Sungguh, perutnya terasa sangat mual dan kepalanya juga berdenyut sakit. Rasanya ia tidak lagi sedang menginjakkan kakinya di bumi. Semuanya terasa seperti berputar-putar dan melayang.

Alland yang baru saja selesai berbicara dengan sang pilot, tak sengaja melihat Marsha berlari menjauhinya. Wanita itu berlari memasuki bandara.

Mungkin dia malu. Pikir Alland dengan senyuman gelinya.

Tentu saja ia masih mengingat kejadian sebelum mereka akhirnya benar-benar pergi ke London, sesuai permintaan Marsha. Dan memang benar apa kata Alland, mereka kemari untuk sarapan pagi bukan makan malam. Ah, Marshanya semakin menggemaskan saja.

"Kalau begitu saya permisi tuan." Pamit sang pilot yang sudah mengundurkan diri.

Alland pun segera pergi untuk menyusul Marsha. Ia mengernyitkan keningnya ketika tidak mendapati Marsha di dalam bandara yang memiliki akses khusus untuknya disana.

"Dimana Marsha?" Tanya Alland kepada seorang pramugari yang baru saja melewatinya.

Pramugari itu menunduk sopan. "Saya melihat Ms.Charlotte memasuki toilet tuan. Sepertinya ia sedang tidak enak badan karena wajahnya pucat sekali." Jawab pramugari itu dengan sopan.

Tanpa sepatah kata lagi, Alland sudah bergegas menuju ke toilet. Masuk ke dalamnya tanpa permisi atau pun mengetuk pintu, karena memang hanya akan ada Marsha disana. Ingat? Tempat ini adalah akses khusus miliknya, sama seperti pebisnis lainnya.

"Huweek..."

"Astaga Marsha, Ada apa denganmu?!" Pekik Alland ketika melihat Marsha terduduk lemah di atas lantai sembari mengeluarkan isi perutnya di WC.

"Tidak apa." Jawabnya lemah.

"Apanya yang tidak apa! Kau pucat sekali. Ya, Tuhan bahkan kau tidak bisa menopang dirimu sendiri Marsha!" katanya yang sudah memegang kedua bahu Marsha dengan lembut.

Marsha menggeleng lemah, kemudian ia pun bangkit dari sana. "Lihat? Aku bisa berdiri. Tadi itu aku hanya kelelahan makanya duduk di lantai." Jawabnya mencoba membuat Alland percaya.

Alland menatapnya dengan tajam. "Tidak, kau harus diperiksa Marsha. Aku yang bertanggung jawab disini." Katanya membuat Marsha seketika menegang.

Tidak. Ia tidak boleh ke rumah sakit.

"Aku tidak apa-apa Alland. Mungkin ini karena aku kelaparan."

"Kelaparan kau bilang? Bagaimana bisa kau kelaparan kalau kau memakan semua makanan yang ada selama di perjalanan." Katanya setengah memekik karena selama perjalanan di udara, Marsha tidak berhenti untuk makan. Sangat aneh jika ia kelaparan sekarang ini.

Marsha mendengus kesal. "Aku masih lapar. Kau pikir makanan di jetmu itu enak? Itu hanya mengganjal perutku saja." Katanya membantah.

"Sudahlah, aku malas berdebat. Intinya, aku baik-baik saja. Lebih baik kita segera ke Cotte Restaurant karena aku sangat lapar!" Katanya dengan galak kala Alland akan kembali mengeluarkan suaranya.

Alland mendengus pasrah, ia hanya bisa menuruti permintaan Marsha. Entah mengapa ia tidak bisa menolak karena apa pun itu akan ia berikan asal Marshanya bahagia.

"Apa aku mulai menyukainya?" tanyanya dalam hati.

"Everything for you." Katanya kemudian membawa Marsha keluar dari sana.

Marsha tersenyum senang. Tiba-tiba ia merasakan tangan berotot Alland melingkar di pinggangnya, membuat jantungnya berdegup tidak karuan. Hatinya menghangat mendapat perlakuan manis itu. Apalagi ketika sebelum masuk ke dalam mobil, Alland mengecup puncak kepalanya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Sehingga Marsha tidak mampu menyembunyikan semburat merah di pipinya. Astaga, ia bisa gila karena Alland!

"Kau memerah, baby." Goda Alland sembari tersenyum geli melihat semburat merah di kedua pipi Marsha.

"Tidak." Jawabnya cepat dan langsung memalingkan wajahnya ke jendela.

Alland terkekeh geli melihat Marsha yang salah tingkah. "Lihatlah, kau sekarang sangat mirip dengan seekor beruang kecil yang sedang jatuh cinta kepada beruang dewasa." Katanya menggoda lagi.

Marsha langsung menoleh kepadanya dan menatapnya tajam. "Tidak, aku tidak!" Bentaknya kesal.

Kekehan Alland berubah menjadi tawa. Sungguh, Marshanya sangat menggemaskan dengan semburat merah di pipinya dan sikapnya yang salah tingkah. Ya, Tuhan Alland ingin mengurung Marsha hanya untuknya sekarang juga.

"Kau sangat menggemaskan beruang kecil." Kata Alland dengan suara seraknya. Ia bahkan sudah mencondongkan tubuhnya untuk mengecup pipi kiri Marsha.

Marsha membulatkan matanya lebar. Apa Alland baru saja mencium pipinya?!

"Apa yang kau lakukan?!" Bentaknya. Marsha tidak tahu harus marah atau pun senang. Tapi jujur, jauh dilubuk hatinya ia senang luar biasa.

"Kenapa, hem? Kau menginginkannya lagi?" Tanyanya dengan suara yang terdengar....sexy?

Marsha menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Hilangkan otak kotormu Marsha!

"Ah, ternyata benar. Tidak masalah, aku dengan senang hati akan menghujamimu dengan kecupan-kecupanku yang memabukkan. Seperti malam itu." Bisiknya diakhir kalimatnya.

Marsha membulatkan matanya sempurna. "Kau gila." Desisnya.

"Yes. And it's because of you, my little bear." Bisiknya dengan suara rendah yang kemudian sudah mencium bibir mungil Marsha dengan lembut. Melumatnya secara perlahan dan pelan, seakan ia tidak boleh menyakiti Marsha jika tidak ia akan merasakan penyesalan yang amat dalam.

Setelah merasakan jika Marsha hampir kehabisan oksigen, Alland langsung menarik dirinya. Mengelap bibir bawah Marsha yang basah menggunakan ibu jarinya. Akibat dari cumbuan singkat itu, bibir Marsha terlihat sedikit membengkak. Alland menatap Marsha dalam, tepat di manik matanya. Marsha pun membalas tatapannya dalam diam. Keduanya seakan terbius oleh tatapan penuh kasih sayang yang saling mereka pancarkan di mata mereka. Tetapi tidak seorang pun dari mereka berdua yang berani mengungkapkan isi hati masing-masing. Keduanya sibuk saling menikmati keterdiaman mereka yang terasa sangat damai. Hingga suara sang supir yang membawa mereka membuyarkan semuanya.

"Kita sudah sampai tuan." Katanya memberitahu dan sudah memarkirkan mobil mewah Alland di parkiran Cotte Restaurant yang sangat megah di belakangnya.

Alland menatap sekitarnya dengan bingung. Sejak kapan mereka telah sampai? Shit, ia akan memotong gaji supirnya karena telah mengacaukan suasana yang tadinya sedang ia nikmati dalam damai. Degupan jantungnya pun seolah tidak ingin berhenti untuk berdetak hanya karena wanita yang duduk di sebelahnya. Wanita yang mungkin sudah mulai membuat Alland jatuh ke dalam pesonanya.

Marsha tersenyum geli melihat ekspresi di wajah Alland. Pria itu terlihat kesal karena merasa terganggu oleh supir mereka. Marsha bisa melihatnya dengan jelas.

"Seharusnya kau malu tuan. Kita tidak seharusnya melakukannya di depan sopirmu. Well, lebih baik kita turun sekarang. Aku lapar." Katanya dengan sengaja menggoda Alland yang kini wajahnya sudah memerah, menahan kekesalannya.

Alland mengacak rambutnya dengan kasar sembari melihat Marsha yang sudah keluar dari mobilnya. Kemudian ia melayangkan tatapan tajamnya kepada sopirnya itu.

"Tunggu saja kau!" Desisnya kesal, kemudian mengikuti jejak Marsha.

Bukannya takut, sang sopir malah tersenyum geli. Tidak biasanya tuannya itu bersikap malu-malu seperti ini dan semuanya itu hanya karena kehadiran Marsha.

"Semoga Ms.Charlotte memang ditakdirkan untukmu tuan."

***