webnovel

He's My Billionaire (Te Iubesc)

Tidak pernah terpikirkan oleh Marsha untuk memiliki sebuah hubungan dengan seorang pria kaya nan tampan. Marsha sungguh tidak berniat memiliki masalah dengan pria mana pun itu, terutama pada Alland. Marsha Charlotte adalah artis terkenal yang sedang ditimpa sebuah skandal dengan seorang direktur di tempat ia bekerja. Perkara skandal itu, Marsha melakukan hal bodoh lainnya. Ia tanpa sengaja melakukan hubungan One Night Stand (ONS) bersama seorang pria yang tidak dikenalinya. Hingga lima bulan kemudian, Marsha dipertemukan kembali dengan pria itu. Dan parahnya, pria itu adalah seorang CEO di tempat ia menjalin kerja sama menjadi seorang bintang iklan di perusahaannya. Alland Ray Standford, seorang billionaire muda yang melakukan hubungan ONS dengan Marsha. Pertemuan kedua mereka membawa keduanya ke dalam sebuah hubungan yang seharusnya tidak pernah terjadi. Hubungan keterikatan kerja yang seharusnya terjadi antara CEO dan model iklan berubah menjadi hubungan yang lebih menarik. Penolakan Marsha terhadap Alland benar-benar menggores ego Alland. Apalagi Marsha berpura-pura tidak mengingat kejadian malam itu, membuat Alland benar-benar kesal. Ia pun melancarkan aksinya untuk membuat Marsha mengakui kesalahannya itu, hingga akhirnya tanpa bisa dicegah mereka kembali melakukan kesalahan itu lagi.

Puantrgn_ · 青春言情
分數不夠
275 Chs

Part 13

TING! TONG!

Suara berisik yang berasal dari suara bel apartement Marsha membangunkannya yang sedang asyik tidur. Ia pun dengan malas berjalan menuju ke pintu apartementnya dan membukanya tanpa mengintip lebih dulu siapa yang mampir.

"Astaga Marsha! Kau pikir kau mau kemana dengan piyamamu ini. Kau sudah terlambat!" Pekik seseorang disana membuat Marsha menguap malas. Ia sangat hapal dengan suara berisik itu disepanjang hidupnya.

Tunggu dulu!

Marsha mengenal suara ini!

Marsha pun langsung membulatkan matanya mengingat siapa sang pemilik suara yang sudah lama ini sangat sulit dihubungi.

"HANS!" Pekik Marsha tak peduli akan tatapan melotot pria itu.

"Aku tidak tuli Marsha."

"Hans! Kemana saja kau! Kau tahu aku sangat kesulitan seminggu ini tanpa kau. Apa kau berniat meninggalkanku disini? Apa kau melupakanku? Kau kemana Hans!" Pekik Marsha lagi tanpa membiarkan Hans menyela perkataannya.

Hans menggelengkan kepalanya heran. "Hei tenanglah, aku disini untukmu. Tidak mungkin aku meninggalkanmu Marsh, apalagi melupakanmu." Jawab Hans sembari mengelus kedua bahu Marsha untuk menenangkan wanita itu.

Marsha dengan mata berkaca-kaca langsung menubruk Hans dengan pelukannya. Pelukan hangat yang selalu menenangkannya kala Marsha sedang dilanda masalah atau apa pun itu yang membuatnya selalu memikirkan hal yang tidak perlu.

"Aku hampir gila Hans. Alland sialan itu selalu menghantuiku kemana pun aku pergi. Dia...dia..." Kata Marsa yang bahkan Marsha sendiri tidak sanggup lagi meneruskan perkataannya.

"Ssttt...tidak perlu kau teruskan. Sekarang kau harus bersiap-siap. Pesawatmu tidak bisa menunggu." Kata Hans yang sudah melepas pelukannya.

Marsha menatap Hans dengan kedua alisnya yang saling bertautan. "Apa maksudmu? Aku tidak akan kemana-mana Hans. Jangan berbuat semaumu saja. Aku tidak akan pergi kemana pun!" Katanya dengan nada meninggi. Tidak suka akan perkataan Hans yang mengatakan seakan-akan ia akan kembali melarikan diri. Oh tidak, Marsha merasa de javu saat ini.

"Kau memang harus pergi beruang kecil."

"Kau?!"

Alland terkekeh geli melihat ekspresi terkejutnya Marsha kala ia tiba-tiba muncul di belakang Hans. "Ya aku, Alland. Jangan membuang waktuku lagi, kita harus segera berangkat." Katanya dengan santai, sedangkan Marsha masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

"Kita? Kau pikir kau akan membawaku kemana?!"

"Well, kalau kau tidak segera bergegas maka aku akan melakukan hal yang mungkin kau tidak suka."

"Hans ini ada apa sebenarnya?" Tanyanya yang meminta penjelasan dari Hans.

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan Marsha. Bergegaslah!" Desak Alland yang melirik arlojinya sekilas karena mereka harus segera berangkat.

"Aku tidak mau. Lagipula, aku akan pergi bekerja." Tolaknya sembari bersidekap dada.

"Kau memang harus bekerja beruang kecil, tapi tidak disini." Kata Alland.

"Apa maksudmu?"

Hans menghelakan napansya jengah. Mengapa Marsha begitu lemot mencerna sesuatu seperti ini.

"Perjalanan bisnis Marsh. Kau akan melakukan perjalanan bisnis." Jawab Hans mewakili.

"Kapan dan dimana? Mengapa aku tidak diberitahu. Pasti ada yang salah Hans. Devil ini mencoba menjebakku!"

"Tidak ada yang salah, aku telah melihatnya. Sekarang bersiaplah."

"Tidak! Aku tidak akan pergi!"

Melihat Marsha yang terus menolak untuk pergi, Alland pun langsung menghampiri Marsha dan menggendongnya ala bridal style.

"Hei brengsek! Turunkan aku!" Berontak Marsha sembari memukul dada bidang Alland mencoba melepaskan diri.

"Kau suka sekali mengganti nama orang lain. Namaku Alland bukan brengsek atau pun devil yang kau sebut-sebut itu!" Protes Alland.

"Persetan. Kau memang devil dan si brengsek Alland!"

Alland terkekeh geli mendengarnya. "Biasanya aku selalu disebut-sebut si perfect Alland." Katanya berbangga diri.

"Lepaskan aku! Hans tolong katakan padanya kalau aku tidak akan pergi. Hei Hans kemari kau!" Teriak Marsha melihat Hans yang sudah berjalan mendahuluinya.

"Kau berisik sekali."

"Hans!"

"Have a nice trip, my girl." Kata Hans yang kemudian sudah menghilang entah kemana.

***

Sudah selama 8 jam lebih perjalanan dari New York ke Paris, akhirnya kedua pasangan bak tom and jerry ini menginjakkan kaki mereka di Bandar Udara Paris-Charles de Gaulle, Paris.

Tanpa perlu meminta persetujuan Marsha, Alland langsung memboyong wanita itu ke sebuah hotel mewah berbintang lima. Melihat ketidak sukaan Marsha, Alland malah semakin senang melihatnya. Wanita itu terlalu ajaib baginya, apalagi sekarang Marsha sedang murka terhadapnya dikarenakan Alland yang sengaja memesan satu kamar hotel. Bukan tidak sengaja, tapi memang sengaja ia lakukan.

Sebenarnya di dalam kamar hotel itu terdapat dua kamar, tapi Alland memang sengaja tidak memberitahukan Marsha akan hal itu karena memang ia sangat suka menjahili wanita itu.

"Apa kau kehilangan akalmu Alland?! Apa yang otak mesummu itu pikirkan? Dari kemewahan dan tingginya gedung ini aku bahkan bisa merasakan ada banyak kamar kosong yang tersisa! Tapi menapa kau hanya memesan satu kamar saja?!" Murka Marsha dengan wajahnya yang sudah memerah, amarahnya tak terbendung lagi.

"Well, memangnya kenapa? Kita juga sudah pernah tidur bersama sebelumnya. Bahkan tidak sekedar tidur Marsha." Katanya sengaja menggoda Marsha dan membuat Marsha menggeram marah mendengarnya.

"Hentikan omongan gilamu itu sialan! Aku tidak mau tahu, kau harus memesan satu kamar hotel lagi atau aku akan---"

"Kau akan apa?" Tantang Alland yang sudah memojokkan Marsha di pintu keluar kamar hotel mereka.

Ya, mereka memang sedang berada di dalam kamar hotel nan luas itu. Tapi karena kemarahan yang telah menguasainya lebih dulu, Marsha jadi tidak menyadari jika kamar itu tersedia dua kamar tidur di dalamnya.

"Aku akan kembali ke New York!" Ancamnya membuat Alland terkekeh geli.

"Silahkan. Pergilah, aku tidak akan melarangmu." Katanya dengan nada mengusir.

Marsha membulatkan matanya tidak percaya. Apa Alland setega itu padanya? Sungguh?!

"This Devil!" Umpatnya yang kemudian mendorong dada bidang Alland menjauh dan mencoba membuka pintu di belakangnya dengan bersusah payah.

"Kenapa kau masih disini? Pergilah kembali ke New York."

Marsha berdecak kesal. Pria sialan itu sengaja mengerjainya!

"Buka pintunya sialan!" Bentaknya yang masih berusaha membuka pintu itu.

"Buka saja sendiri. Bukankah kau ingin kembali ke New York atas kemauanmu? Kalau begitu kau bisa pergi dan membukanya sendiri. Aku ingin beristirahat." Katanya yang kemudian melenggang pergi.

Marsha memutar knop pintu itu dengan kasar. Tidak hanya memutar bahkan ia memukul, menendang, mendobrak, dan juga mencakar pintu itu dengan kesal. Matanya sudah berkaca-kaca karena pintu itu mungkin sengaja di kunci oleh Alland. Harga dirinya seakan dipermainkan pria brengsek itu, tidak mungkin Marsha memohon agar dibukakan pintu atau pun meminta pria itu memesankan kamar lain. Bisa saja Marsha lakukan, tapi itu sangat menggores egonya. Tapi memang tidak ada jalan lain lagi selain meminta kepada Alland. Marsha pun berjalan menghampiri Alland yang sedari tadi sedang duduk santai di sofa ruang tengah sembari memainkan ipadnya.

"Kau tidak perlu khawatir beruang kecil. Tempat ini memiliki dua kamar tidur, dan kamarmu berada di sebelah sana." Tunjuk Alland ketika mengetahui Marsha menghampirinya.

Marsha sendiri melotot tidak percaya. Apa katanya?! Jadi Marsha memang sedang dikerjai oleh pria brengsek itu?! Dengan kekesalan yang sudah mencapai di ubun-ubun, Marsha langsung melemparkan sepatu hak tingginya dan mengenai tepat di kepala Alland. Rasakan!

"Kau sungguh keterlaluan brengsek!" Teriak Marsha dengan air mata yang sudah terjun bebas di kedua bagian pipinya membuat Alland tertegun. Ia tidak menyangka Marsha akan menangis hanya karena dikerjai olehnya.

"Marsh aku tidak..." Bahkan Alland sendiri pun tidak mampu melanjutkan perkataannya. Entah mengapa melihat air mata Marsha yang berjatuhan membuat dada Alland nyeri. Seakan dihujami oleh bebatuan besar yang akan membunuhnya.

"Marsha sungguh aku--"

"Mati saja kau!" Teriaknya lagi kemudian melangkah menjauh memasuki kamarnya dan membanting pintu itu dengan sangat keras.

BLAM!

Alland memegangi dadanya yang berdegup kencang akibat keterkejutannya. Tapi lain dari itu, ia lebih terkejut mendapati Marsha menangis. Apa ia terlalu kelewatan?

"God, aku memang sudah sangat kelewatan."

***