Pada Maret 1849, enam tahun sebelum kematian Diponegoro, putra keduanya bernama Raden Mas Sarkumo yang berusia 14 tahun, meninggal karena sakit dan dimakamkan di sebidang tanah kecil milik Hindia Belanda, di Kampung Melayu. Setelah kematian putranya tersebut, Diponegoro kemudian berpikir keselamatan keluarganya jika dia wafat.
Dia pun menulis surat kepada Gubernur Sulawesi Pieter Vreede Bik, agar makam putranya diberikan pagar tembok rendah, menyiapkan makam untuk dirinya di samping pusara putranya, dan membuat rumah berikut masjid kecil untuk istri dan pengikut-pengikutnya, meski dirinya tidak diperkenankan keluar dari Benteng.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者