Edited by Mel
Panah Marc melesat membuat kegelapan tersingkap, membuat sosok wanita telanjang dengan tubuh dan ekor ular terlihat dengan jelas oleh mereka. Ia tampak memegang sabit besar di tangan kanannya. Sementara tangan kirinya berubah membentuk ular besar untuk melindungi tubuhnya dari panah Marc.
"Aaaarrrrreeggg!" Sosok wanita itu berteriak keras, merasakan tangannya terbakar.
Petir merupakan elemen pemusnah iblis dan racun, sehingga bayangan kegelapan yang ia bentuk hanya dapat memperlambat panahnya namun tidak berhasil menghentikan sepenuhnya.
Selang beberapa saat kemudian terdengar suara yang besar tak jauh dari sosok wanita bertubuh ular itu.
"Aku Legion!" Teriak sosok raksasa yang terlepas dari dalam tubuh pria itu, ia melepas rantainya yang lain membuat ribuan iblis berterbangan seperti bayangan berjubah hitam.
Satu per satu bayangan itu menutupi Hans seperti kubah hitam raksasa, Marc membentuk anak panah lain dan menarik busurnya.
"HANS!" Teriaknya, disusul bayangan Bayu, Abner dan Reinald yang berlari dengan wajah penuh amarah.
"Pergi.."
"Berani-beraninya kalian!" Terdengar teriakan dengan suara yang berat, bersamaan dengan getaran di permukaan tanah.
Suara yang tak asing.
"Enyah!" Ujar suara itu keras, cahaya terpencar keluar dari sela-sela bayangan hitam yang menyelubungi Hans.
Benaya mengamuk, mengayunkan pedang besarnya memutar. Tubuhnya menjadi dua kali lebih besar, ia terlihat seperti raksasa yang mengamuk.
"Ayunkan menyilang dari kiri bawah hingga ke dahinya!" Suara Hans terdengar pelan dari belakang tubuh Benaya, bocah itu awalnya bingung dan hanya mengayunkan secara asal.
Namun ia mengikuti perintah dari suara itu, kemudian melakukan sesuai dengan yang diucapkan Hans.
"Majukan kaki kananmu, kamudian hujam dia dengan siku kananmu!"
"Putar tubuhmu ke kiri dan ayunkan pedang mengikuti arah gerak pinggangmu!" Hans terus memberi perintah.
Perlahan pedang besar milik Benaya bersinar, tubuhnya juga diselimuti cahaya.
"Apa-apaan ini?!" Ujar Marc.
"Bukankah itu jurus yang dimiliki Hans?!" Tambahnya, Baltus juga memandang Benaya bingung.
Bayu, Abner dan Reinald kemudian melindungi Hans, sedangkan ia sendiri masih dengan tenang memandang pertempuran.
Legion memancarkan energi yang semakin lama semakin kuat, saat ini ia bahkan memancarkan energi kegelapan yang setara dengan Bayu.
"Ini buruk! Ia bahkan lebih kuat dari aku!" Bayu berujar sambil menggenggam erat pedangnya.
"Pasukan, siapkan formasi!" Perintah Bayu dengan lantang.
Para prajurit membuat formasi di sekeliling Hans dengan Bayu sebagai pusatnya. Bentuk formasinya seperti bintang dengan tujuh cabang.
"Bersiap!" Ujarnya.
Hans melihat lintasan dan gerakan energi di sekelilingnya, setelah berhasil membentuk otak kedua dan juga memiliki dua uma, ia mampu melihat bukan hanya energi melainkan juga jenis dan karakteristik masing-masing elemen.
Ia memperhatikan formasi yang terbentuk oleh para pasukan, berwarna coklat tua dan coklat muda. Bersamaan dengan itu gerakan kaki dan barisan pasukan itu seakan bergerak dengan jiha bumi yang keluar dari dalam tanah.
"Maetala![1]" Ujar Bayu keras.
Bayu maju menghardik serangan ribuan iblis yang berterbangan, Hans memperhatikan pertahanan para pasukan setidaknya meningkat setengahnya. Cahaya cokelat terang menyelubungi mereka.
Sosok wanita yang sebelumnya bersembunyi di belakang Legion berusaha lari, namun Baltus dan Marc menghentikannya.
Legion kemudian memanggil ribuan iblis yang sebelumnya terpencar, kemudian menyerapnya ke tubuh pria itu.
Hal itu membuat energinya semakin kuat, kegelapan malam seakan terserap masuk. Keheningan memenuhi seluruh hutan, bayangan besar terbentuk di belakang sang pria.
Sosok raksasa sembilan meter dengan pakaian perang berwarna hitam berkilau. Zirah hitam yang serupa muncul menutupi seluruh tubuh sang pria, helm hitam dengan dua tanduk terbentuk di kepalanya membuatnya seperti jelmaan iblis.
"Lara[2] dusa[3]" Pria itu bergidik, kemudian berbisik kecil. Danang dan Abner hendak menyerangnya, namun Bayu menahan mereka dan menggeleng.
"Mas, ini kesempatan!" Ujar Danang kesal, Bayu menatapnya dalam dan menggeleng.
"Tch!" Ujar Danang mempererat genggamannya pada golok besar miliknya.
Benar saja, dua pedang hitam besar muncul di udara, bergetar seolah memanggil sosok itu untuk mengambilnya. Ketika ia menghunus pedang-pedang itu, raksasa di belakangnya menarik dua pedang besar dari punggungnya, menirukan dia.
Legion melesat, mengincar Hans yang berada di tengah, Bayu menyambutnya dengan pedang miliknya, beradu dengan dua pedang milik Legion yang datang dari kanan dan kirinya.
Bayu menebas secara horizontal untuk menghalau keduanya, namun gerakan tangan kiri Legion hanya tipuan. Ia melempar pedang di tangan kirinya ke arah kepala Hans, membuat Bayu kecolongan.
Sosok raksasa di belakangnya pun tak tinggal diam, ia menghujam dua pedang besarnya ke arah yang berbeda, membuat barisan pasukan itu sulit berkoordinasi, meski mereka bisa menahannya, namun tentu dengan tubuh yang terpental akibat perbedaan kekuatan.
Pedang yang dilemparkan Legion ke arah Hans menembus pundak tiga orang pasukan, meski begitu pedang itu tetap melesat.
Chandra salah satunya, ia memandang pedang yang melesat ke arahnya, Danang berada di depannya.
"Setidaknya ada boss Danang yang menjadi bantalan pertama!" Pikir Danang, memberanikan diri untuk menahan pedang itu juga dengan tubuhnya.
Namun ia terkejut, ketika tubuh gempal Danang menghindar ke arah kanan. Danang menghindari dengan mata melotot dan tubuh yang nyaris saja terkena.
"Asu, malah ngindar!" Umpat Chandra tanpa sadar kepada Danang. Namun tak bisa mengelak demi Hans ia justru menyambut pedang itu, kemudian pedang itu mengenai dua orang lain.
Benaya yang melihat hal itu tidak tinggal diam, ia menangkap ujung pedangnya dengan kedua tangannya menancapkan kedua kakinya ke dalam tanah agar tubuhnya tidak bergerak.
Meskipun begitu, tubuhnya masih terdorong beberapa meter hingga membentur tubuh Hans. Pedang itu pun menembus kulit perutnya dan hampir menembus lambungnya. Beruntung tangan Hans menahan pedang itu masuk lebih dalam.
"Terima kasih Ben." Hans tersenyum dan berjalan maju, menarik pedang itu keluar dari pundak ketiga prajurit yang tertusuk seperti sate.
"Woasu!" Ujar Chandra ketika pedang ditarik keluar dari bahunya, beruntung tak ada organ dalam yang tertembus.
"Ben obati tanganmu dan ketiga paman ini dengan ramuan ini!" Hans memberikan botol berisi ramuan hasil tumbukan beberapa tumbuhan.
"Tapi tuan muda! Makhluk itu berbahaya!" Benaya menolak dan belari ke arah Hans dengan tangan yang masih berlumuran darah, ia mencegah Hans.
Namun ketika ia mendekat, jiha yang tidak kalah hebat dengan milik Marc dan Abner menghempas wajah dan rambutnya, seperti angin musim gugur.
"Aku perlu menyalurkan sedikit rasa stress ini, tenang saja!" Ia berjalan kemudian melihat sambil tersenyum. Matanya tertutup ketika tersenyum, namun Benaya bisa melihat kemarahan di sisi bibir dan pipinya.
Hans benar-benar kesal saat ini, senyumnya membuat Benaya merinding.
Bayu dan para pasukan masih bertempur dengan sengit, Bayu menerima mayoritas serangan. Tubuhnya sudah penuh luka, selendang energinya pun sudah tak karuan.
Formasi bintang itu terus berotasi dan bergantian menerima serangan, namun Chandra dan anggota kelompoknya terluka sehingga tak mampu mengimbangi gerakan mereka.
"Reinald, Abner dan Georgio ikuti aku! Kita gantikan posisi mereka!" Ujar Hans membawa pedang besar milik Legion di bahunya.
"Siap!" Ketiganya menjawab bersamaan.
Hans kemudian mengalirkan jiha dan energi suci dari hatinya kemudian membakar pedang di tangannya.
Pedang itu mulai menggeliat seperti ular, kemudian melarikan diri dari genggaman Hans. Hans tidak membiarkannya pergi begitu saja, ia memukul badan pedang dengan tangannya
Abner, Reinald dan Georgio mengelilingi Hans, bocah itu kemudian mencabut pedang dari pinggangnya, dan menerima perisai yang dipegang oleh Reinald.
Abner memiliki kekuatan kasar yang terbesar dari ketiga bawahan Hans, ia berada di depan. Sedang Georgio dan Reinald di kanan dan kiri, Benaya menyusul melindungi belakang Hans tanpa disuruh.
Tubuh mutasinya memiliki kemampuan menyembuhkan diri yang luar biasa, terutama bila hanya luka di permukaan.
"Paman Bayu, aku punya cara mengalahkannya! Apa kau percaya padaku?!" Ujar Hans, kelompoknya kini yang mendapat giliran rotasi untuk membantu Bayu di sisi depan.
"Phuak!" Bayu terpental memuntahkan darah, Hans tampak tak terkejut dan mengisi posisi Bayu.
"Georgio, Reinald serang secara vertikal dari bawah! Bantu Abner menahannya, namun segera kembali setelah melakukan serangan!" perintah Hans, matanya terus memperhatikan energi di sekitar Legion.
Pedang besar itu menghantam perisai besar dan pedang Abner yang saling bersilangan, kakinya seakan remuk, namun dia mengatupkan giginya dan mengalirkan jihanya ke kaki, punggung dan lengannya.
Georgio dan Reinald berhasil mengurangi beban Abner dan membuat pedang itu menjauh dari Abner. Hans melompat ke atas, menaiki tubuh Abner dan melakukan serangan pada kepala Legion.
'Plang!'
Suara besi beradu terdengar, Hans hanya membuat goresan kecil pada helm Legion.
"Mundur, kita harus berotasi!" Hans dan kelompoknya berganti posisi dengan Danang.
Bayu kembali bangkit, mengusap darah dari mulutnya. Ia terlihat pucat.
"Paman, serangan fisik saja dan bertahan tidak akan membawa kita ke manapun!" Tegas Hans.
"Tapi aku tidak tahu formasi menyerang bila hanya dengan tiga puluh orang pasukan!" Jawab Bayu.
"Aku punya formasi menyerang, maukah paman mencobanya?" Tanya Hans lagi.
"Formasi apa? Siapa yang membuatnya?" Tanya Bayu.
"Aku tidak tahu namanya, pembuatnya aku sendiri?!" Ujar Hans percaya diri.
"Ra… hmmm.." Bayu tidak tahu bagaimana harus merespon, ia tidak mungkin mempertaruhkan nyawa pasukannya demi mencoba formasi pasukan yang dibuat bocah 10 tahun.
"Aku tahu kau tidak mungkin mempercayai formasi yang dibuat oleh bocah" Tambah Hans.
"Bukan begitu maks-" Bayu memotong perkataan Hans, namun Hans menyela perkataan Bayu dan melanjutkan.
"Tapi formasi ini berfungsi ketika Benaya melakukannya, lagi pula serangan ini berasal dari penguraian formasi serangan milikku yang sudah teruji di pertarungan dulu!" Hans memaksa.
"Baiklah biarkan aku dan orang-orang ku dahulu yang mencobanya, bila berhasil kau bisa memutuskannya nanti!" Hans kemudian bergegas meninggalkan formasi pasukan.
"Pasukan berkumpul!" Ujar Hans, dua puluh orang lainnya bergegas maju dan membentuk sebuah barisan yang berantakan, terlihat perbedaan dengan pasukan di bawah pimpinan Bayu.
"Raden! Jangan!" Bayu bergegas menghalangi Hans, pasukan elit miliknya saja tidak mampu menahan serangan musuh dengan baik, apa lagi tentara amatir seperti mereka.
Namun Hans tidak mendengarkan, sifat keras kepalanya mulai terlihat lagi.
"Haduh!!!" Bayu terlihat kesal, marah dan bingung.
Namun ia tetap mengikuti dan berdiri di posisi paling depan. Seakan tidak mempedulikan Bayu, Hans justru memberi perintah pada pasukannya,"Kalian semua ikuti perintahku, kuncinya ada di sinkronisasi jiha. Alirkan jiha kalian bersamaan dan arahkan ke satu posisi!"
"Semua pasukan di bawah Abner dan paman Gordon ikuti arah serangan pemimpin kalian! Paham!" Suara Hans tegas, seakan bukan anak berumur sepuluh tahun.
Di Daratan Silvia kesatria dan magi meski berumur sepuluh tahun sudah dianggap dewasa dan berada di strata sosial lebih tinggi dari rakyat jelata.
"Siap!" Seluruh pasukan mantan napi menjawab dengan lantang, seakan tanpa takut meski sebagian gemetar. Alexander, salah satu yang terlihat gemetar. Meski begitu ia tetap berusaha memberanikan dirinya. Terutama saat melihat Hans yang jauh lebih muda darinya justru maju dengan gagah berani. Sesaat membuat sebuah aliran tenaga mengalir ke dalam darahnya.
"Tuan muda masih sangat muda namun sungguh berani!" Batinnya, Alexander merasa tertantang. Ia menggenggam erat tombaknya, tiba-tiba ia seperti masuk ke dalam air, sebuah kubah energi menyelimutinya dan para pasukan lainnya.
"Abner, bersiap menghentikan serangan, pusatkan serangan pada daerah siku!" Perintah Hans, bersamaan dengan itu domain miliknya mengarahkan pasukan Abner untuk menyerang ke arah yang ia tuju, seakan para pasukan merupakan perpanjangan tangannya.
Serangan itu mengikuti arah energi, energi cahaya yang secara alami pun turut menyerang Legion yang berasal dari kegelapan.
"Ternyata domain milikku bisa digunakan seperti ini! Luar biasa! Bagaimana bila tingkat pertapaanku naik? Pasti akan menjadi lebih kuat!"
"Reinald bagi setengah pasukannya agar dipimpin Georgio untuk menyerang dari sebelah belakang untuk membantu Abner! Cepat!!" Hans berseru ke arah Reinald. Pasukan itu terlihat kaku dan kikuk, beruntung domain milik Hans membantu menyelaraskan jiha mereka.
"Raden!" Bayu berujar ketika hendak mengingatkan Hans sekali lagi, Hans tidak memberinya perintah sehingga ia diam di samping Hans menjaganya. Gagal memperhatikan anomali di tubuh Hans.
Benaya merasakan tekanan besar ketika berada di belakang Hans, bocah itu menjadi pusat aliran energi, terlihat tangan dan lengan sampai ke wajah dan leher Hans memerah.
"Young Lord.. Selalu mengambil porsi terberat!" Benaya berujar dalam benaknya.
"Ben! Bersiap! Kita dan Paman Bayu akan menyerang setelah Reinald membuka celah!" Ujar Hans mengangetkan Benaya.
"Baik..!" Jawab Benaya. Bayu melihat Hans terkesima, awalnya ia meragukan Hans, namun ia menangkap apa yang dilihat oleh wajah terkejut Benaya saat itu.
Georgio, seperti assasin, memanfaatkan Legion yang tengah diserang dari dua arah. Ia memberikan serangan ke lutut Legion dari belakang. Serangan itu sesuai arahan Hans, mengikuti kombo serangan yang awalnya dilakukan Abner.
Melihat Georgio berhasil, Reinald pun menyusul mengikuti ke mana domain Hans menggerakan tubuh dan tombaknya. Melompat ke atas dan mengayunkan tombaknya turun sekuat tenaga.
Ketika ia melakukan hal itu, aksara besar terbentuk oleh jiha dari ketiga serangan itu, para pasukan dan mantan napi terkesima.
Ketika hal itu terjadi, segera Bayu, Hans dan Benaya bergerak kedua arah berbeda. Bayu seorang diri dan Hans berdua dengan Benaya.
Masing-masing bergerak dengan lebih dari tiga gerakan serangan.
Hans menyerang sambil bersalto dari atas ke bawah, Benaya menyerang dari bawah ke atas. Menyerang bahu kiri dan perut, kemudian bersama-sama menyerang bahu kanan.
Sedang Bayu menyerang dari belakang, menyerang atas dan bawah, kemudian bersalto dengan memantulkan tubuhnya dari bawah dengan tangan kirinya sebagai tumpuan. Menyerang ke satu titik yang sama.
Aksara besar itu semakin terlihat jelas, meski energi yang mereka berikan tidak cukup karena kekurangan orang.
Aksara itu hanya terbentuk separuhnya.
"(Aksara Nenggala)"
Sebuah bayangan tombak cahaya muncul, menyerang kepala Legion, namun baru setengah terbentuk dan kemudian menjadi ribuan cahaya. Meski begitu Legion terpental jauh membuat tubuh pria yang tersembunyi di dalamnya tersingkap.
Marc yang tengah menyerang Lanika melihat kesempatan itu, berusaha menyerang pria yang berada di balik kegelapan itu.
"Tidak mungkin? Bagaimana mungkin panglima tentara iblis dapat dikalahkan!!" Ujar Lanika, kemudian melompat ke arah Marc untuk menyerangnya.