webnovel

BAB 20

Rayna masuk rumah, sudah ada Mamanya sedang melihat-lihat majalah resep, sepertinya baru beli. Sebenarnya tadi dia melihat Rayna diantar oleh Vero, ketika Rayna turun dari mobil buru-buru mamanya membuka majalah.

"Diantar siapa Rayn?" Tanya Mamanya.

"Eh, mama. Naik taksi ma." Jawab Rayna berbohong.

"Tapi tadi mama lihat ada mobil Vero di depan."

"Ciyeeeee yang habis ngintipin Rayna!!! Ketahuan deh." Kata Rayna menggoda mamanya.

"Ih, kamu jebak mama ya Rayn!" Kata mama Rayna setelah sadar Rayna menjebaknya lalu dia cubit gemas pipi anaknya.

"Mama Setuju kok Rayn kalau kamu sama Vero."

"Ma, udahlah jangan mulai. Rayna masih harus ngurusin skripsi, masih mau bantuin papa di perusahaan."

"Iya mama tau sayang."

"Andai aja Sabda masih ada, mungkin Rayna sekarang udah nyari catering dimana, Undangan bentuknya gimana, design yang gimana, ya ma?" Kata Rayna.

"Lupakan, sayang." Kata Mama lalu memeluk Rayna. Rayna tersenyum.

"Ma, apa Sabda sekarang bahagia?"

"Tentu. Dia bahagia sekarang dan kamu juga harus bahagia."

Malamnya, Rayna lagi vidiocall an sama Anin dan Lita, Lita menceritakan kalau tadi dia nyari cincin untuk pertunangannya minggu depan. Ya, Satria mengajak bertunangan Lita akhirnya. Dimas dan Anin malah masih aja belum ada kejelasan. Mereka semacam ya.... teman tapi cemburu? Mungkin. Menurut Satria Dimas sedang semangat membangun bisnis dan rencananya juga mau nembak Anin dalam waktu dekat. Lagi enak ngobrol tiba-tiba pintu kamar Rayna diketuk. Mamanya memanggil.

"Ya ma??"

" Keluar sayang, ada Vero." Kata Mamanya.

"Hah? Bukannya nyari papa?"

"Dia nyari kamu, cepet keluar!" Perintah mamanya.

"Gaes, gue matiin dulu ya, Ada orang nyariin gue." kata Rayna.

"Gue denger tadi ada nama Vero disebut. Vero ya?" tanya Anin.

"Ih, Kepo!" Kata Rayna lalu mematikan vidio callnya. Rayna bergegas keluar kamar memakai piyama tidur.

"Hai, Rayn!" Sapa Vero ketika Rayna menemuinya.

"Lu ngga nyariin bokap gue?" Tanya Rayna. Ya, karena Vero selama ini selalu ke rumah Rayna atas panggilan papa nya.

"Besok kan Sabtu. Kerjaan libur dong. Masa kerja melulu." Kata Vero. Rayna lalu duduk di kursi sebelah Vero.

"Ada apa nyari gue?"

"Mau ngajak makan malam. Mau?"

"Gue udah makan, Ver. Lagian jam makan malam gue udah lewat. Gue aja udah pakai piyama."

"Kalau nemenin gue makan, mau? Di depan kompleks kan banyak tuh penjual di pinggir jalan. Ngga papa pakai piyama juga."

"Lagian lu ngajakin gue makan melulu lama-lama gue gendut, ngga ada yang naksir gue nantinya." Kata Rayna sambil cengengesan.

"Gue yang akan naksirin elu deh kalau sampai lu gendut." Kata Vero. Dalam hati Vero berkata serius. Tapi Rayna menanggapinya hanya bercanda. Akhirnya Rayna mau juga keluar diajak Vero, toh cuma ke depan kompleks doang.

"Ya udah yuk! Ada - ada aja lu makan aja minta ditemenin." Kata Rayna lalu dia masuk rumah untuk pamitan sama mama papa nya.

Mobil Vero keluar komplek, ada banyak orang jualan mulai sate, bakso, nasi goreng, mie goreng, dan lain-lain. Dulu Sabda juga sering ngajak makan disini. Favoritnya nasi goreng.

"Beneran ngga makan?" Tanya Vero.

"Iya, gue udah kenyang."

"Ngga enak tau makan sendiri. Trus lu maunya apa?"

"Ya udah gue beli Jus alpukat aja deh." Kata Rayna ketika melihat kedai jus.

"Gue juga deh." Kata Vero.

"Lu harus makan. Jangan cuma minum jus."

"Gue ngga bisa kalau makan sendiri. Lu juga harus makan."

"Ampun deh Ver! Nyebelin banget lu! Nyesel deh gue malam ini mau nemenin lu." Kata Rayna sambil cemberut. Vero menahan senyumnya.

'Mau sebel, Mau benci, bisa jadi cinta kan Rayn suatu saat nanti?' Batin Vero.

"Bodo amat lu mau makan apa ngga." Kata Rayna lalu ke kedai jus diikuti Vero. Rayna sebenarnya takut Vero mendekatinya. Bukan karena ge-er tapi melihat kedekatan Vero dengan keluarga Sabda, Melihat bagaimana mama dan papanya juga suka memuji Vero, dan semua perhatian Vero ke Rayna, Apa benar Vero tulus melakukan ini semua demi Sabda atau ada hal lain? Begitulah yang dipikirkan Rayna saat ini, sedangkan Rayna belum siap menerima kehadiran siapapun di hatinya.

"Thanks ya udah mau nemenin gue." Kata Vero, mereka duduk saling berhadapan di kedai jus.

"Nggak perlu makasih. Justru gue yang sejak kepergian Sabda selalu ngerepotin lu." kata Rayna.

"Gimana skripsi lu?" Tanya Vero. Sabda mengalihkan pembicaraan kalau Rayna sudah membicarakan hal yang sedih.

"Tinggal Acc bab 5. Besok mau ke rumah dosen. Hari Sabtu malah nyuruh bimbingan."

"Mau gue antar?"

"Nggak."

"Bukannya mobil lu ada di bengkel?"

"Mobil bokap ada."

Percakapan mereka terhenti ketika pesanan mereka datang.

"Mba Rayna, Pacar baru ya?" tanya Pelayan. Rayna sudah sering kesini sama Sabda dulu, tapi semenjak Sabda meninggal Rayna nggak pernah keluar malam atau keluyuran sekedar nongkrong kecuali pulang kuliah kalau diajak Lita Anin. Itupun di mall atau caffe.

"Ngga kok bang, Temen."

"Lah, ganteng gini cuma temen? sama yang dulu udah putus ya? Lama banget nggak pernah keliatan."

"Dia meninggal bang. Udah hampir setahun."

"Oh, sorry ya... Abang ngga tau, turut berduka cita ya mba.."

"Makasih bang." Lalu pelayan itu pergi.

"Dimanapun tempat kayaknya ada kenangan lu sama Sabda ya?" Tanya Vero. Rayna mengangguk sambil menyeruput jus nya.

"Sabda tu gampang deket ma orang, makanya mereka kenal Sabda."

"Ya lu bener, tapi apa lu belum membuka hati lu buat orang lain? Sedikitpun?" Tanya Vero hati-hati. Rayna menatap Vero.

"Saat ini gue fokus kuliah, kemudian berkarier."

"Berkarier bukan tujuan akhir kan?" Rayna hanya mengangkat bahu menjawab pertanyaan Vero. Vero akhirnya mengalah untuk tidak melanjutkan obrolan itu.

'Tahan ver... jangan sampai Rayna kabur gara-gara ngomongin perasaan.' Batin Vero.

Belum begitu larut, tapi Rayna sudah mengajak pulang, Vero menurut saja. Sekali lagi Vero menawarkan Rayna untuk diantar kerumah dosennya buat bimbingan tapi Rayna menolak. Vero diam saja. Setelah sampai di rumah Rayna, Vero mengobrol sama Papa Rayna sebentar, sedangkan Rayna langsung pamit ke kamar karena mau nerusin ngerjain skripsinya. Vero pun menceritakan kejadian tadi siang kalau Rayna hampir di gangguin sama orang jadilah dia sekaligus meminta ijin pada Papa Rayna.

"Ya bagaimana ya om, dulu Sabda pun sebelum dinas keluar dia nitipin Rayna ke saya dan Mas Anton, Tapi Rayna susah om kalau saya mau nganterin dia banyak nolaknya."

"Ya om sih sebenarnya juga percaya sama kamu. Sabda tau mana yang pantas menjaga Rayna ketika dia tidak ada, makanya om pun percaya sama kamu. Terus om harus bagaimana?"

"Gini om, rencananya kan besok saya mau main golf sama mas Anton dan Papanya. Gimana kalau om aja yang datang, bawa mobil om, biar Rayna ngga ada kendaraan kerumah dosennya. Jadi besok saya bisa anterin Rayna. Om keluarnya pas Rayna lagi siap-siap jadi dia nggak akan sempet bilang kalau mau pake mobil ke om kan??"

"Oke deh, besok om mau main golf aja, udah lama juga nggak ketemu papanya Sabda." Kata Papa Rayna, wajahnya bahagia. Dia berharap putrinya bisa membuka hati untuk Vero.