webnovel

BAB 11

Seminggu kemudian, Rayna harus berangkat kuliah sendiri dua hari kedepan. Sabda harus keluar kota. Sebelum berangkat Sabda udah lebih dulu ngirimin nomer Vero dan Anton, kakaknya. Sabda bilang "Kalau kamu ada apa-apa, langsung hubungin mereka berdua. Kalau mas Anton ga bisa, langsung hubungi Vero. Aku ngga bakalan bisa tenang kalau kamu disini ngga ada yang jaga, sayang."

Rayna sendiri anak tunggal, karena itulah Sabda khawatir kalau ada apa-apa sama Rayna. Apalagi dia tidak pernah jauh sama Rayna biarpun cuma sehari.

Rayna menyetir sendiri mobilnya ke kampus. Mobil kado ulang tahun ke 17 tahun dari papanya. Masih bagus sampai sekarang karena kemana-mana pasti ada Sabda yang selalu ada.

Dari kejauhan Lita sama Anin lagi duduk di tempat kang mie ayam di Food Court kampusnya.

"Jus alpukat, mang!" Pesan Rayna lalu duduk di depan Lita. FYI, itu kang mie ayam ada menu jus juga minumnya.

"Anin ntar dianterin Dimas, Akhirnya luluh juga dia." Kata Lita membuka obrolan.

"Oya? Baguslah biar ngga jomblo aja."

"Lu jadi bawa mobil sendiri Rayn?" Tanya Lita.

"Iyalah, jangan dikira gue ngga bisa ya! Sabda aja tuh yang manjain gue." Kata Rayna lalu menyeruput jus yang baru diantar ke mejanya.

"Entar kita pulang kuliah ke mall yuk!"

"Boleh deh, lagian suntuk gue. Kebiasaan banget ya gue kemana-mana sama Sabda. Dia keluar kota belum juga sehari udah kayak ngga ada warna idup gue." Kata Rayna lalu terkekeh pelan.

"Yaelah galau amat lu! Emang sampai kapan sih Sabda di luar kota?"

"Rencana sih besok siang balik itupun kalau kerjaan udah beres."

"Haduhhh kenapa juga harus Sabda. Padahal kan dia enak, kerja di perusahaan bokapnya sendiri."

"Ya iyalah Lit, Sabda juga harus belajar. Rasa-rasanya gue pengen jadi ibu rumah tangga aja deh, biar kalau suami gue keluar kota gue bisa ikut. hehehehe" Kata Rayna lalu mengambil ponselnya.

"Bener - bener deh bucin amat, terus gimana sama usaha bokap lu? Lu kan anak tunggal. Siapa yang mau nerusin???"

Rayna menarik nafas pelan.

"Begitulah. Kira-kira apa Sabda bisa ya nerusin? Kalau Sabda terus siapa yang bantuin mas Anton sama papanya Sabda???"

"Gampang lah! Tinggal nyari pegawai baru kan bisa Anton nya." Kata Lita dan cuma di jawab dengan bahu Rayna.

Nggak lama kemuadian terlihat Anin lari-lari ke arah foodcourt sambil nafasnya terengah-engah.

"Gile lu, baru pertama kali di anterin Dimas udah ngos-ngosan gitu!" Goda Lita sambil mainin mata ke arah Rayna.

"Ya jelas aja gue lari gaes! Lu ga liat tuh panas banget, Dimas tadi nganterin cuma sampe depan sono." Kata Anin lalu segera menyeruput jus alpukat Rayna. "Dikit ya Rayn."

"Lagian lu kenapa ngga lewat pinggir aja.Tuh lewat koridor-koridor kelas." Kata Rayna yang cuma geleng-geleng kepala melihat temannya.

"Kelamaan ah Rayn! enak lari aja." Kata Anin sambil mengipasi wajahnya dengan kipas portable kecil yang selalu dibawa kemana-mana.

"Ntar ikut jalan nggak ke mall? Atau lu dijemput Dimas nih??? ciyeeee..." Goda Lita.

"Ih, apaan sih pake ciye ciye segala. Lagian gue kan bertemen ma Dimas."

"Temen jadi demen ya,nin?" Goda Rayna sambil menaik turunkan alisnya.

"Oke, masih temen. Gue nggak tau ya takdir gue nanti ma dia apa nggak. Mau jalan kemana sih?"

"Ke mall, nongki-nongki gitu. Udah lama kan ngga kemana-mana." Kata Lita.

"Boleh. Lu ngga diajak jalan Satria tumben. Biasanya kan baru-baru jadian masih lengket-lengketnya." Jawab Anin.

"Lah, tuh si Rayna sama Sabda sang panutan. Bertahun-tahun masih aja kayak perangko."

"Ngga ada lawan deh kalau mereka mah."

"Ih, kalian apaan sih! Bentar, Sabda telepon." Kata Rayna lalu berdiri agak menjauh dari temen-temennya.

"Tuh kan, baru juga diomongin tuh!" Kata Lita.

Selang lima menit kemudian Rayna kembali ke bangkunya. Sambil cengar cengir.

"Kenapa lu?" Tanya Anin.

"Guys, Kalau misal Sabda ntar ikut gimana? Dia udah mau balik katanya. Gue bilang pulang kuliah mau jalan ma kalian, dia maksa mau nyusul kita-kita. So?"

Lita dan Anin saling lirik. Lalu tersenyum.

"Iya deh iya. Lagian cowok lu emang udah biasa kan gabung ma kita." Jawab Lita.

"Iya bener, sampe ngga ada canggung-canggungnya ma kita. hehehe." Tambah Anin.

"thanks guys!! Oke, ntar gue pulang kuliah ke bandara sebentar ya jemput Sabda? Ntar kalian chat aja tempatnya dimana."Kata Rayna dan dijawab anggukan oleh teman-temannya.

Seperti janji mereka bertiga tadi, akhirnya Rayna menjemput Sabda di bandara.

Dua sejoli yang baru berpisah seharian itu sudah sangat ingin bertemu. Bahkan Sabda sampai rela lembur semalaman agar bisa cepat bertemu Rayna.

"Hai tuan puteri!" Sapa Sabda yang dibalas pelukan oleh Rayna.

"Kangen tau!" Kata Rayna dalam pelukannya.

"Iya, aku juga. Makanya nih cepet-cepet ngerjain kerjaan aku semalam biar bisa buru-buru ketemu my angel." Kata Sabda sambil menyentil dagu Rayna.

"Ih, Gombal!"

"Makasih ya sayang, udah jemput aku. Padahal aku tau loh, kamu belum pernah kan naik mobil sejauh ini."

"Iya, karena kamu yang selalu larang aku kemana-mana sendiri. Padahal aku bisa, sayang. Kamu percaya kan sekarang? Aku tuh udah punya SIM."

"Iya iya.... jadi? kita kemana?" Tanya Sabda sambil membukakan pintu mobil untuk Rayna.

"Nih, udah di sharelock kok sama Lita." Kata Rayna sambil membuka chat Lita.

Mereka berdua menuju tempat yang dimaksud Lita. Sepanjang jalan Sabda menyunggingkan senyumnya sambil sesekali melirik Rayna. Sampai Rayna salting dibuatnya.

"Udah ah sayang, jangan liatin aku melulu. Malu juga lama-lama." Protes Rayna

"Ngga papa kali. Aku mau nikmatin setiap waktu buat lihatin wajah kamu. Jauhan sehari kemarin rasanya wajahmu terus membayangiku." Kata Sabda yang dibalas kekehan Rayna.

"Geli ih dengernya!"

"Beneran sayang! Makanya aku sekarang mau muas-muasin lihat wajah kamu." Kata Sabda sambil mengulas senyum tulus untuk Rayna.

"Iya tapi lihat tuh jalan depan. Jangan aku melulu." Mendengar jawaban Rayna, lagi-lagi Sabda hanya tersenyum sambil mengacak-acak puncak kepala Rayna. Entahlah, dia hanya tidak ingin kehilangan momen bisa bersama Rayna.

Sampai di tempat nongkrong, mereka berempat bercanda bersama. Tak henti-hentinya Sabda melihat Rayna tertawa lepas bersama teman-temannya. Sehari tidak bertemu Rayna sungguh membuat Sabda sadar bahwa tawa Rayna adalah kebahagiaannya. "Thanks ya, kalian udah mau jadi temen-temen baik Rayna. Gue harap kalian jadi sahabat selamanya dalam suka maupun duka." Kata Sabda ketika Rayna ke toilet dan cuma dibalas bercandaan oleh Lita dan Anin.

"Eits! ini semua kagak gratis bro! Nih, ntar bill bayarin!" Kata Anin lalu di lanjutkan oleh tawa Lita. Untung Sabda sudah sangat terbiasa dengan bercandaan dua bocah ini. Mereka justru tidak terbiasa dengan ucapan serius Sabda, maka dari itu, ucapan Sabda yang tulus itu di tanggapi dengan bercanda. Sabda sendiri juga heran kenapa dirinya bisa mengeluarkan kata-kata se-melow ini. Tapi ucapannya itu benar-benar tulus.