webnovel

Guci Wasiat

novel ini berangkat dari sebuah tempat bersejarah yang terlupakan. adalah sebuah taman makam pahlawan prajurit Jepang yang kesepian. kuburan ini tidak pernah dicintai orang, karena tidak ada yang mengenal mereka, bahkan mungkin para keluarga (orang Jepang) mengetahui sanak saudaranya ada di makam tersebut. Ditemukan sebuah guci tua di dalam gua yang tak pernah di datangi manusia sebelumnya.Goa tempat roh bersembunyi. Guci berukuran pria dewasa itu terdapat seorang pemuda tampan, bernama Ya Lam, pemuda tersebut adalah tentara Jepang. Yang melarikan diri dari tentara sekutu NICA. Kemudian dia diselamatkan oleh pasukan kerajaan gaib, selama berbulan-bulan. Ya Lam terbangun di jaman modern dan bertemu secara tak sengaja dengan Piya,seorang Polwan yang bersembunyi di goa tersebut dari kejaran preman yang ingin memperkosanya. Mereka berada pada goa yang sama dari jaman yang berbeda. Ternyata Ya Lam telah tertidur di guci dalam goa itu selama 75 tahun. Goa tempat para perompak laut menyimpan harta karun. Piya keluar dari goa dengan sejumput emas yang membuatnya kaya raya, Piya membawa Ya Lam keluar dari goa sebelumnya akhirnya goa itu mrnjadi rata dengan tanah.

Meri_Sajja · 历史言情
分數不夠
43 Chs

Janji Masa Lalu

Banyak hal yang terlupakan oleh Salam tentang kehidupan yang menyenangkan atau memilukan di jaman perang. Ingatannya hanya tinggal sepotong-potong. Karena selama di alam gaib, dia sudah menjadi orang baru dan terrsembuhkan dari luka fisik dan luka batin yang di deritanya.

Basuki menceritakan kembali kisah hidup mereka. Dua anak negeri dan seorang prajurit dari negara penjajah, bermain menangkap belut di sebuah rawa di dalam hutan perawan. Hari hampir gelap, ketiga anak manusia itu menyusup diam-diam keluar dari barak, mereka keluar melalui saluran pembuangan air yang tembus ke sebuah anak sungai, dari anak sungai itu kemudian mereka menemukan banyak belut dan ikan lele. Mereka berlomba menangkap belut dengan menggunakan tangan kosong. Basuki yang paling banyak dapat, sementara Subandi hanya dapat dua ekor. Sedangkan Ya Lam tidak mendapat satu ekor pun. Mereka hanya bisa bermain selama satu jam, mereka kemudian kembali setelah gelap ketika pergantian penjaga. Lalu secara perlahan dan hati-hati, Basuki dan Subandi berhasil lolos, tanpa tertangkap para prajurit yang berjaga. Tetapi tidak dengan Ya Lam, dia tertangkap, lalu dia dibebaskan, karena Ya Lam membuat alasan mencari ikan spesial buat makan malam untuk prajurit yang bertugas malam itu. Ya Lam memperlihatkan belut yang di bawanya dan berjanji akan membuat masakan khas untuk para prajurit itu.

Malam itu juga Ya Lam membuat masakan yang nikmat. Belut goreng dengan bumbu pedas, resep dari nenek Basuki. Esok harinya para penjaga itu minta dibuatkan masakan yang sama. Ya Lam bersedia asal diijinkan membawa dua asistennya, Basuki dan Subandi, agar ia bisa menangkap belut lebih banyak lagi.

Tetapi, pada saat mereka pergi menangkap belut, mereka mendengar suara teriakan yang memilukan. Mereka mengintip dari lorong saluran pembuangan itu. Dan menyaksikan pembantaian oleh prajurit Jepang kepada pekerja paksa. Mereka tertegun tanpa suara, tak mampu bergerak dari tempat persembunyian yang gelap dan pengap. Tubuh mereka dingin dan kaku. Seluruh nurani serasa terkoyak dan hancur. Untuk anak di usia mereka, kekejaman yang terjadi di depan mata kepala mereka, adalah mimpi buruk yang akan terus terbayang hingga seumur hidup.

Tiba-tiba terdengar ledakan dasyat di sekitar mereka. Tentara sekutu menjatuhkan bom di segala penjuru. Ketiga anak muda itu melarikan diri sejauh-jauhnya dari tempat mengerikan itu. Melarikan diri ke tengah hutan rimba raya, yang di huni binatang buas. Tetapi hutan itu tidaklah lebih mengerikan dari pada bunker tempat pembantaian itu.

Di sebuah danau di dalam hutan mereka berhenti, karena kelelahan, mereka tertidur begitu saja hingga keesokan harinya.

Pagi harinya, hutan yang lebat itu , ketiga orang itu merayakan kemerdekaan negara Republik Indonesia. Ya Lam menyerahkan tongkat dari ranting kepada Basuki sebagai simbol negara pengganti bendera Merah Putih dan sebuah harmonika sebagai hadiah dan ucapan selamat atas kemerdekaan itu.

Mereka bertiga duduk di tepi danau. "Ya Lam san seandainya aku dewasa dan mempunyai anak gadis pasti dia ku nikahkan denganmu," kata Subandi, anak terkecil diantara mereka", Ya Lam tertawa. "Sungguh!" Subandi mengangguk polos, tetapi ia serius dengan kata-katanya.

Sore harinya hujan yang lebat mengguyur seluruh hutan sehingga menjadi gelap oleh kabut asap. Angin kencang dan petir menyambar beberapa pohon hingga tumbang. Ketiga orang itu berlarian menyelamatkan diri. Basuki menarik Subandi berlindung di bawah pohon besar. Sedangkan Ya Lam menghilang entah kemana. Hingga larut malam diantara suara burung hantu yang bersahut-sahutan Basuki dan Subandi berhenti mencari Ya Lam. Hingga berhari-hari mereka mencari. Ya Lam tak bisa di temukan. Kedua orang itu akhirnya bertemu dengan pasukan gerilyawan.

"Begitulah kita terpisah, hingga bertemu di dini!" Kakek Basuki menudahi ceritanya. Salam terdiam, kenangan itu terbuka kembali, seperti luka yang menganga dan meninggalkan kepahitan dan kepedihan hingga sekarang.

Berbeda dengan Subandi dan Basuki, mereka di penuhi rasa syukur yang luar biasa, mereka bisa menjadi sekarang, dan di karuniai banyak berkah dan kebahagiaan.

"Subandi, kamu punya hutang sama Ya Lam San", Kata Basuki tiba-tiba. "Hutang apa?' Subandi bingung. 'Hutang janji!"

"Janji apa?'

"Janji menikahkan anakmu dengan Salam!"

"Aku g punya anak perempuan?

"Tapi kamu punya cucu!"

"Itu hanya janji anak kecil", Wajah Salam memerah karena malu.

"Janji adalah hutang!" Basuki tak mau kalah.

Salam pamit ke kamar, ia tak sanggup memperlihatkan wajahnya yang terus memerah dan salah tingkah.

Subandi terdiam. Ia segera memanggil puteranya Rodin ayah Piya. Subandi menyampaikan maksudnya. Ayah Piya memanggil istrinya. Mereka membuat rencana serius, yakni menunaikan hajat orang tua itu. Orang tua Piya setuju. Tetapi bagaimana dengan Piya?

Piya susah di atur dan keras kepala. Di samping itu belum tentu mau dijodohkan.

Siang itu, Piya pulang saat makan siang. Dia tidak tahu, orang tuanya mempunyai skenario besar. untuk mendekatkan Ya Lam dan Piya.

Piya memanggil Salam makan siang bersama. Nanti sore pertandingan mereka panjat tebing di lapangan Pemuda. Pertandingan mereka berdua ini untuk membuktikan salah satu perkataan Salam tentang berbagai keahliannya, yakni panjat tebing dan adu tanding karate.

Sorenya mereka bersiap, sporter Piya, adalah Fatma dan Arman. Sedangkan Salam di dukung dua orang sahabatnya itu. Sementara itu orang tua Piya bertindak jadi juri di pertandingan itu.

***

Piya tak percaya kalau Salam sesempurna itu, memiliki kecakapan begitu banyak seperti yang dikatakannya. Mau gaya kali, pikir Piya sedikit meremehkan.. Lihat aja nanti, apa Salam benar-benar banyak keahlian begitu kata Piya ke Fatma.

Fatma tersenyum,. Selama ini tidak ada seorang pria pun yang bisa merebut hati Piya dengan mengajaknya adu ketangkasan seperti ini. Fatma yakin, kalau Piya mulai tertarik dengan Salam. Tapi Salam harus bisa membuktikan keterampilannya itu. Agar Piya bisa sungguh-sungguh menyukainya. "Seandainya di sini ada kuda, atau helikopter, ku suruh dia menunjukkan kemampuannya, Tidak usahlah itu, sore ini Salam harus menunjukkan nyalinya memanjat tebing dululah", kata Piya, ada kilatan api di matanya.

Piya adalah atlit Climbing atau panjat tebing waktu sekolah dulu. Piya pernah tercatat sebagai atlet wanita yang bisa melewati waktu tercepat di speed world record. Piya berhasil memecahkan rekor tingkat kota hingga mendapat julukan memang Spider women dari teman-teman sekolahnya dulu

Sore yang panas di lapangan Pemuda.

Dua keluarga itu sudah berkumpul di lapangan, mengambil tempat yang nyaman untuk duduk. Saskia memberikan ke Salam, "Uncle Salam, don't worry ya uncle. Saskia berdoa untuk uncle deh!" Saskia menepuk pundak Salam. Salam menyambut tangan Saskia si udara

Plok! Mereka berdua kompak. Dua orang kakek tua dengan penuh semangat pula mengambil lokasi yang rindang di vawah pohon Ketapang. Mereka duduk di kursi roda masing-masing. Sudah lama tidak keluar rumah. Apalagi ke lapangan Pemuda ini, sudah 20 tahun Basuki dan Subandi tidak pernah ke sini. Kalau bukan demi perjodohan dua anak muda yang akan bertanding itu. Mereka seperti jaman kerajaan saja. Para raja jaman dulu kalau ingin mendapatkan jodoh untuk Pangeran atau Putri kerajaan harus mengikuti kompetisi atau sayembara kerajaan.

Dua orang kakek tua ini menjadi bersemangat. Sementara dua orang yang akan bertanding ini tidak sadar, kompetensi ini justru akan semakin mendekatkan hati mereka.

Piya mempersiapkan peralatan panjat tebing, seperti Kernmantle rope/Tali, Sepatu Panjat untuk panjat tebing, Chalk bag/Kantung kapur, Sarung tangan dan lain-lain.

Salam tersenyum memandang wall Climbing sambil melipat kedua tangannya ke dada. Panjat tebing ini jauh dari harapannya. Wall Climbing itu hanya untuk latihan para pemula saja. Tidak ada tantangannya. Ini tidak ada apa-apanya bagi Salam.

"Ayo!" Piya melakukan persiapan, dia sudah mengenakan sepatu khusus untuk memanjat, begitu pula dengan Salam. Piya sudah siap melakukan latihan percobaan. "Aku tidak mau!" kata Salam tiba-tiba. "Kenapa? Takut?" kata Piya mencibir

"Aku ingin panjat tebing yang sesungguhnya!" Salam enggan melakukan latihan. "Haha! yang ini saja kamu takut apalagi trbing sungguhan. Salam terlalu sombong menurut Piya. Salam mengerti dia harus berbuat sesuatu.

Salam memasang sarung tangan dan dan mengambil kapur di Chalk bag miliknya. Dengan tak terduga ia melakukan Bouldering¹ tanpa pengaman dalam beberapa detik dia sudah berada di atas lalu turun dengan tali dengan kecepatan tinggi. Semua yang melihat berdecak kagum, bahkan Fatma belum sempat mengabadikan dengan kameranya. Salam menghapus satu keringat di dahinya dengan keren, dan tersenyum menghampiri Piya. Para penonton, yakni orang yang berada disekitar tempat itu dan para pendukung Piya dan Salam bertepuk tangan dengan meriah memberikan penghargaan secara spontan.

Piya mengerucutkan hidungnya. "Kalau yang begitu, kecil", kata Piya tak mau kalah. Walaupun begitu, tadi dia sangat kaget. Di dalam hatinya, dia mulai mengakui kagum ke Salam.

Piya melakukan hal yang sama, tapi Piya tercatat lebih lama waktunya. Piya menyadari sudah lama sekali dia tidak latihan. Keringat membanjiri seluruh wajah Piya. Salam mengambilkan handuk kecil milik Piya. Piya sudah kalah di awal.

________

¹Merupakan panjat tebing yang tebingnya tergolong pendek. Rute yang dilaluinya pun tidak begitu panjang dibuat bertingkat

dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi