webnovel

TUNJUKKAN SEBERAPA GILA

Setelah mandi membersihkan tubuhnya. Malphas berendam sebentar di air hangat dan melakukan kebiasaan memuaskan hasratnya yang tadi belum terselesaikan dengan tangan sendiri. Kemudian melanjutkan pergi ke ranjang dan tertidur sangat pulas.

Siang Hari ia terbangun. Merentangkan kedua tangan sambil menguap, menghilangkan pegal akibat tidur terlalu lama. Walau ada rasa pegal dan sakit di tubuhnya, tetapi Malphas merasa, ia lebih bersemangat dalam hidup. Setelah hasratnya terpuaskan menjelang pagi tadi, rasanya ada perasaan lega menghilang beban yang tertumpuk lama di hatinya.

Malphas mengunjungi Markas Demon di Perugia di bawah kendali kakaknya—Dean Demon. Malphas bertemu Gremory yang berada di sana membicarakan hal penting dengan Dean.

"Pengacau itu merasa mendapat dukungan dari Lombardo sehingga berani berbuat onar," Dean berkata.

"Damiano saja tidak seberani mereka di Roma. KURANG AJAR!" teriak marah Gremory.

"Kita bereskan saja sekalian. mumpung kita berada di sini," Malphas menyela. Semangatnya menggebu untuk berbuat yang membutuhkan pemicu adrenalin.

"Mereka hanya gangster kecil yang menjual barang dari Lombardo," kata Dean.

"Mereka berpikir jika bertindak berani akan mendapat dukungan dari Lombardo."

"Apa yang mereka lakukan ...? Kenapa mereka berani mengusik kakakku tersayang," Malphas seperti seorang ratu drama sambil mengecup pipi Aldean.

Reaksi Dean tidak marah atau melotot jika Malphas memperlakukannya demikian. Mereka sudah dekat dari kecil. Seperti kebiasan yang mereka lakukan, Dean justru merangkul Malphas tersenyum sambil mengecup balik pipinya.

Gremory melihat adegan drama yang mereka perankan secara mendadak hanya menghela nafas. wajahnya terlihat speechless ....

Malphas memandang Gremory tersenyum mengejek. "Kami biasa melakukannya. Kami semua bersaudara sangat dekat." Dean tersenyum memandang Gremory.

Memang Malphas dan adiknya—Arioch—dekat dengan semua anak Azazel. Mereka dibesarkan bersama dengan baik oleh Azazel.

Dean salah satu putra tertua Azazel, bahkan umurnya masih di atas Abaddon lima tahun, mungkin berbeda delapan tahun di atas Malphas. Dean juga melakukan latihan fisik seperti yang lain saat sebelum bekerja untuk Demon.

"Kenapa dengan boss Abaddon dan Apollyon tidak seperti kelakuan kalian. DASAR LEBAY!" ketus Gremory mempermasalahkan kecupan tersebut.

Malphas terkekeh, "Justru hubunganku dengan mereka paling dekat karena usiaku terpaut sedikit dengan kakakku yang ini. Aku berbeda agak jauh, jadi aku bisa bermanja dengannya, apakah kau iri tidak memiliki kakak seperti Dean ... hehe."

Dean ikut tertawa geli. "Sudahlah ... memang hubungan kami semuanya dekat walaupun kami memiliki ibu yang berbeda. Ayo! bantu aku selesaikan masalah ini."

"Kita serang sekarang saja markas mereka," usul Malphas menatap Dean dan Gremory bergantian. "Bagaimana, BERANI!" tantangnya kepada Dean.

"Jangan meremehkanku. Meskipun aku sadar aku tidak sehebat Abaddon yang paling kau takuti. Tetapi darahku tetap mengalir darah Demon," kata Dean sambil mendorong kepala Malphas.

Malphas tertawa mendengar jawabannya, "Ayo, sekarang aku sudah siap, bawa beberapa anak buahmu."

"Baiklah aku bersiap," Gremory berdiri melangkah ke arah gudang senjata untuk memilih senjata yang akan dipakainya.

Kira -kira ada dua puluh orang berbadan tegap berkumpul. Di antara mereka, Malphas melihat ada dua wanita kulit hitam yang pagi tadi ia puaskan. Hatinya tersenyum, ternyata mereka anak buah Dean.

"Aku ingin tinggal di sini lebih lama untuk bermain dengan mereka," lirih Malphas di dalam hati.

Dua wanita itu kaget ketakutan melihatnya. tetapi Malphas tersenyum menenangkan ketakutannya.

Tidak membutuhkan waktu lama. Mereka bersiap untuk meluncur ke tempat markas gangster kecil pengganggu.

Tidak butuh lama untuk menumpas mereka semua, pistol Malphas diarahkan tepat di atas kepala pimpinan mereka yang terdesak. "Besar juga nyalimu, kau berani mengusik milik Demon."

Letusan terdengar, darah segar terciprat keluar dari kepala pimpinan mereka.

Malphas berteriak keras, "Peringatan jika kalian berani mengusik Demon. Kalian semua akan berakhir seperti ini, Demon membebaskan kalian untuk bekerja masing -masing tanpa saling menganggu, bukan berarti kami takut."

Akhirnya, mereka meninggalkan tempat itu bersama. Saat tiba di markas, Malphas mengedipkan matanya dan memasang muka slummy kepada dua wanita yang masih ingin ia nikmati. Malphas melihat mereka sedikit ada keraguan. Jari-jari Malphas menekan pangkal paha salah satunya sambil berjalan meninggalkan mereka menyusul Dean dan Gremory yang mendahului Malphas menuju ruang rapat.

Setelah rapat selesai, Malphas dan Gremory meninggalkan markas milik Dean. Di pintu luar, Malphas bertemu dengan dua wanita itu lagi. Malphas mendekatkan wajahnya ke telinga mereka.

"jika kau ingin, datanglah ke tempatku. Jika tidak pun, aku juga tidak memaksa!" Mata Malphas melirik ke arah Dean, dia tersenyum seolah mengetahui rencana Malphas.

Saat malam, Malphas dan Gremory berjalan pulang dari bar tempat mereka biasa minum sebelum tidur. Di depan hotel Malphas melihat dua wanita itu menunggunya. Malphas tersenyum senang, hasratnya kembali akan terpuaskan.

Saat ia mengandeng kedua wanita itu masuk ke kamarnya. Malphas sempat mendengar Gremory mendengus kesal, "DASAR SUNDAL!"

Malphas hanya tersenyum mendengar ucapannya yang sangat pelan. Dibukanya pintu untuk dua wanita itu untuk masuk.

"Tunggu sebentar!"

Malphas berbalik melihat Gremory yang sudah berada di kamarnya akan menutup pintu kamarnya. Malphas menghampiri, tangannya memegang tangan Gremory. menahan gerakan tutup pintunya

"Aku sundal. Kau masokis, kita tidak berbeda!" Malphas berkata sambil tersenyum. Ia buka dua kancing baju teratas yang ia kenakan, ditariknya turun baju untuk diperlihatkan banyak tanda ungu dibalik sana. "Hasil perbuatanmu ini tidak hilang dalam dua hari. Lelaki biadab!"

Mata Gremory melotot ketakutan seperti melihat hantu, mungkin dia membayangkan Gremory sudah memanfaatkan diri Malphas saat Gremory mabuk. "Jangan khawatir. Kita belum berbuat lebih. Dan kurasa tidak mungkin juga!" Dibukanya lagi kancing baju Malphas, di bawahnya semakin terlihat badan nya yang dihiasi sedikit otot. "Lihat betapa gilanya dirimu." Sengaja Malphas pamerkan lebih banyak hasil perbuatan Gremory.

Gremory mulai muak, didorongnya Malphas keluar. Langsung menutup pintu dan mengunci dari dalam. Malphas tersenyum sendiri, hatinya merasa puas memanipulasi manusia sialan itu, sambil melangkah kembali ke kamarnya untuk melanjutkan aktivitasnya dengan dua wanita itu.

***

Setelah cairan mereka keluar dengan desauan puas. Malphas mempersilakan dua wanita itu keluar. Malphas mandi membersihkan tubuhnya. Ia tidak ingin diganggu lagi, itulah kebiasaannya. Malphas hanya bisa tidur sendiri atau Hanbi yang menemaninya, selain itu ia tidak mungkin bisa nyaman dalam tidur.

Malphas bisa melihat ada rasa kecewa di mata dua wanita itu setelah ia usir secara halus, mungkin mereka ingin tidur di sini atau berharap lebih. Tetapi, Malphas tidak peduli.

"Jika kalian menginginkan lagi, besok kalian bisa datang lagi kemari. Jika tidak ingin pun, aku tidak memaksa ... aku ingin kita saling menikmati!"

Malphas bukan seseorang yang membayar untuk kepuasan nafsu atau bisa dimanfaatkan setelahnya.

Sambil diantarnya dua wanita itu keluar dari hotel. Malphas melewati kamar Gremory, yang saat itu ia mendengar jeritan tangis seorang wanita di dalamnya.

Setelah mengantar mereka berdua, rasa penasaran memenuhi hati Malphas. Ingin tahu yang terjadi di kamar Gremory. Ia mencari celah untuk mengintip, tetapi tidak ditemukan semua akses lobang atau jendelanya tertutup rapat.

"Pasti lelaki sialan itu sudah mempersiapkannya dengan menutup setiap tempat yang mungkin digunakan untuk mengintip!"