webnovel

Chapter 9. kaliber 37mm

Hari itu adalah hari lain dimana Klub Senshado melaksanakan kegiatannya, semua anggota kelas 1 hadir hari itu, Husodo dan Yuliana menjadi pembimbing dan pelatih untuk adik adiknya. seperti sebelumnya kegiatan di mulai dengan latihan baris berbaris dengan 12 gerakan dasar, hari ini mereka juga berlatih untuk melakukan gerakan langkah tegak maju, meski sudah fasih dengan 12 gerakan dasar, mereka belum sama sekali terbiasa dengan gerakan baru itu.

"Langkah tegak maju, Jalan !!!" ucap Susi memberikan perintah untuk kelompoknya dengan lantang, kelompoknya mulai bergerak maju, awalnya semua berhasil menyamakan langkah mereka satu sama lain namun semua itu buyar ketika ada salah satu anggota yang tersandung tali sepatunya sendiri, anggota yang lain langsung terhenti dan tertinggal sementara anggota yang ada di depan tidak mengetahui hal itu tetap berjalan meninggalkan mereka.

"perhatikan temannya, jangan di tinggalkan begitu saja !" teriak Yuliana memberitahukan jika ada anggota yang tertinggal.

Susi langsung memberikan perintah kepada anggotanya untuk berhenti dan menunggu mereka yang tertinggal, beberapa yang tertinggal langsung menyusul dan mengatur kembali jarak barisannya. Husodo mengambil alih pimpinan dan mengarahkan kelompok itu ke hadapannya.

"ada apa hari ini, kalian terlihat kurang semangat ?" ucap Husodo melihat adik adiknya tidak se antusias hari hari sebelumnya.

"anuuuu, ettoooo…" ucap beberapa anggota, mereka sungkan menjelaskan alasannya.

"sebenarnya kita.....gimana ya" ucap Rani memberanikan diri untuk bicara namun tersendat di tengah jalan.

"kenapa sih, kalau ada yang mengganjal silahkan bicara saja, tidak akan kakak apa apakan juga" ucap Husodo membujuk mereka untuk berani berbicara.

"Kami semua ingin mencoba kegiatan yang berhubungan dengan tank, baris berbaris memang menyenangkan tapi kita ingin segera mencoba menaiki tank" ucap Ajeng menjelaskan kesuntukan mereka.

"iya kak, kami sudah tidak sabar, biarkan kami mencobanya" ucap beberapa anggota bergantian.

"hmmmm gimana ya" ucap Husodo bingung menanggapi permintaan adik adiknya, biar bagaimanapun mereka tetap belum bisa berlatih langsung dengan tank sungguhan karena itu akan sangat berbahaya dan tidak bertanggung jawab, Yuliana mendekati temannya yang kebingungan itu.

"mungkin kita bisa pakai yang itu?" ucap Yuliana menyarankan Husodo sambil menunjuk ke arah gudang belakang dengan jempol nya

"ahhh iya !" ucap Yuliana menyadari sesuatu.

"semuanya tolong tunggu sebentar ya, kakak akan mengambil sesuatu dari gudang" ucap Husodo sebelum kemudian pergi dengan Yuliana ke bagian belakang gedung klub itu untuk mengambil sesuatu.

Setelah beberapa menit mereka kembali sambil membawa sebuah benda yang di tutupi dengan terpal putih, benda itu berada di atas sebuah rangka dengan roda sehingga dapat dengan mudah di pindahkan, meski begitu Husodo dan Yuliana cukup kesulitan memindahkannya karena beratnya.

Semua anak kelas satu melihat benda yang di bawa kakak kelasnya itu dengan rasa penasaran.

"haaah akhirnya sampai juga" ucap Husodo mencoba menghela napas.

"tidak kukira bakal se berat ini" ucap Yuliana yang mendorong dari belakang.

"baiklah, karena kita belum bisa mencoba tank yang sesungguhnya, maka kita bisa mencoba latihan dengan ini !" ucap Husodo sambil menarik terpal yang menutupi benda itu.

Terlihat benda yang di bawa mereka adalah sebuah replika Meriam yang di rancang sedemikian rupa sehingga menyerupai Meriam yang ada di dalam tank, meski tidak dapat menembak Meriam tiruan itu terlihat sangat detail hingga ke bagian bagian terkecilnya, di sekelilingnya terdapat rangka yang menyerupai turret tank, rangka itu membuat siapapun yang berlatih di dalamnya memahami ruang yang tersedia di dalam tank dan memahami cara bergerak dan beraktivitas di dalam ruang yang sempit itu.

"ini adalah alat yang di gunakan untuk latihan mengisi peluru, alat ini di buat menyerupai bagian dalam dari turret tank tipe M3 Stuart yang kita gunakan" ucap Husodo menjelaskan fungsi alat yang di bawanya itu.

"Yuliana tolong jelaskan caranya" ucap Husodo meminta temannya untuk mempraktekkan cara mengisi peluru dengan baik dan benar.

"ehhh ummm baiklah" ucap Yuliana dengan gugup.

"ba…baiklah semua, tolong perhatikan dengan seksama !" lanjut Yuliana meminta adik adiknya untuk memperhatikan apa yang akan disampaikannya.

"ini adalah contoh peluru yang di gunakan di tank tipe M3 Stuart, kalibernya 37mm dan berat peluru sekitar 1,5 kg" ucap Yuliana menjelaskan peluru yang akan mereka gunakan nantinya, ia mengangkat salah satu peluru itu agar adik adiknya dapat melihatnya dengan jelas.

"kelihatannya kecil sekali, apa itu benar bisa menembus armor tank?" ucap beberapa anak kelas satu setelah melihat ukuran peluru yang begitu kecil.

"meski kecil Meriam 37mm itu cukup kuat loh, penetrasinya bisa mencapai 50mm dari jarak 1km, Meriam ini terbukti efektif digunakan melawan tank tank ringan dan medium seperti Chi-Ha, Pz 35&38t, T26 Soviet, tank"perancis dan lain lain" sahut Citra menjelaskan kelebihan dari peluru kecil itu.

"heee hebat sekali Citra, kau tau begitu banyak !" ucap Ajeng kagum.

"jangan sungkan untuk bertanya" ucap Citra sambil mengacungkan jempolnya.

"terimakasih Citra untuk penjelasannya, Meriam 37mm ini memang tidak terlalu kuat untuk pertempuran jarak menengah dan jauh, namun untuk pertempuran jarak dekat Meriam ini sangat efektif" ucap Husodo melanjutkan penjelasan yang di berikan Citra.

"itulah kenapa Senshado Nusantara mengutamakan serangan cepat dari jarak dekat, dengan menggunakan mobilitas tank kita yang sangat cepat, kita dapat menyerang lawan dan segera kabur setelahya" ucap Husodo menjelaskan bagaimana Senshado sekolahnya mengatasi permasalahan akibat kaliber senjata yang kecil.

"serang cepat, mundur cepat, susun ulang taktik" ucap Susi mengutip apa yang pernah di katakan kakanya Susan.

"itulah inti dari aliran Kartika yang menjadi basis dari Senshado kita" ucap Husodo.

"aheem, kembali ke materi" sela Yuliana yang penjelasannya tertahan.

"M3 stuart dapat membawa sampai 70 peluru sekaligus namun hanya 20 peluru yang ada di sekitar Turret dan dapat di raih oleh Loader dengan mudah"

"Husodo tolong bantu" ucap Yuliana meminta Husodo untuk membantunya.

"Meriam ini sudah di desain dan di lengkapi dengan mekanisme seperti Meriam asli, jadi meskipun tidak bisa menembak tapi bagian lain seperti mekanisme breech di belakang ini tetap bekerja seperti aslinya, jadi berhati hatilah saat kalian mencoba memasukkan peluru nanti" ucap Yuliana menunjukkan bagian yang perlu di waspadai dari alat latihan itu.

Yuliana mengambil salah satu peluru yang ada di sebelah kanannya, dengan hati hati ia mengarahkan peluru itu menuju selongsong Meriam yang kecil, setelah peluru itu masuk sebagian ia langsung mendorongnya dengan kepalan tangannya hingga mentok dan langsung menarik tangannya, gun breech langsung naik dan menutup selongsong Meriam dan Meriam siap di tembakkan.

"pengisisan selesai !" ucap Yuliana.

"Tembak !" sahut Husodo sebelum ia menarik pelatuk.

Meriam menghentak mundur dengan cepat di ikuti dengan suara tembakan yang berasal dari speaker, pegas yang menahan laju Meriam menarik kembali Meriam ke posisi awal, gun breech langsung membuka seiring dengan gerakan maju Meriam dan mengeluarkan peluru kosong yang sudah di tembakkan.

"woaaah" semua terkesima melihat bagaimana alat itu bekerja.

Yuliana mengambil kembali peluru dan memasukkannya ke dalam Meriam, sementara Husodo hanya menunggu waktu untuk menembak, keduanya melakukannya berulang kali hingga akhirnya Yuliana berhenti karena kelelahan.

"hei ada apa ? baru delapan peluru" sindir Husodo.

"tch…kau tau sendiri aku bukan pengisi peluru" ucap Yuliana kesal, ia berusaha untuk mengambil satu lagi peluru untuk di masukkan ke Meriam namun ia merasakan nyeri yang hebat di tangannya membuatnya tidak dapat melanjutkannya.

"Aaaaah aku menyerah !" teriak Yuliana merasa tidak sanggup lagi.

"baik baik, ayo kita bertukar posisi" ucap Husodo memahami kondisi temannya yang tidak terbiasa dengan tugas yang menguras banyak tenaga itu.

Yuliana keluar dari tempatnya yang ada di sisi kanan Turret dan menempati posisi penembak yang ada di sisi kiri, Husodo menyusun kembali beberapa peluru yang sudah di tembakkan sebelumnya dan memulai kembali dari awal.

"baiklah, 3,2,1 mulai !" ucap Yuliana menghitung mundur.

Husodo dengan cekatan mengambil peluru peluru yang tersusun di dalam keranjang, memasukannya dengan cepat dan dengan sangat presisi, peluru siap dan kemudian di tembakkan oleh Yuliana, saat Meriam menembak Yuliana sudah dalam posisi siap untuk mengisi Meriam kembali, ia sudah memegang sebuah peluru dengan kedua tangannya dan langsung memasukkannya setelah peluru lama sudah keluar dari selongsong.

Husodo melakukannya berulang ulang sebanyak 20 kali tanpa kesalahan, semua anak kelas satu takjub dengan skill yang di miliki kakak kelasnya itu sementara Yuliana melihat Husodo tidak lebih dari sekedar memamerkan kemampuannya, sambil memegang lengan atasnya yang masih terasa nyeri.

"baiklah 20 peluru sudah di tembakkan !" ucap Husodo setelah selesai melakukannya dalam beberapa menit.

"lap dulu keringat di wajahmu itu" ucap Yuliana memberikan sapu tangan.

"ahh terimakasih" ucap Husodo, ia menyeka keringat yang bercucuran di wajahnya dengan sapu tangan yang di berikan temannya.

"baiklah silahkan berbaris untuk mulai mencoba !!!" ucap Husodo dengan sangat bersemangat.

Pembawannya itu membuat adik adiknya juga ikut bersemangat dan langsung membuat barisan panjang mengarah ke alat latihan itu.

"Kakak akan mencatat catatan waktu yang kalian butuhkan untuk mengisi ke 20 peluru itu, dan yang tercepat akan dapat hadiah !" ucap Yuliana.

Mendengar hal itu semua anak kelas satu menjadi semakin bersemangat dan tidak sabar untuk mencoba giliran mereka. Yuliana mencatat waktu dengan stopwatchnya dan menulisnya di buku laporannya sementara Husodo mengarahkan mereka agar mereka tidak terluka ketika mencobanya. Beberapa ada yang mampu melakukannya dengan lancar, namun kebanyakan masih kesulitan dalam percobaan awal, Ajeng sendiri baru mulai terbiasa setelah pengisian peluru ke delapan. yang mengejutkan adalah Susi yang sudah berpengalaman dalam Senshado sejak SMP ternyataa tidak mahir dalam mengisi peluru, ia menjelaskan jika selama ini ia memegang posisi sebagai komandan dan tidak pernah memegang posisi lain, hanya beberapa kali ia menjadi pengisi peluru di situasi darurat.

Latihan itu berlangsung sampai sore mendekati waktu pulang, Husodo dan Yuliana menyusun hasil catatan waktu dari yang paling cepat sampai yang paling lambat, posisi tercepat di pegang oleh Retno dari kelas 1 jurusan Matematika, Ajeng menempati urutan ke 10 dan Rani ke 11, Susi berada di posisi yang cukup rendah yaitu 18 dari 25 anggota.

"baiklah Retno, karena kamu berhasil menjadi yang tercepat ini hadiah untukmu !" ucap Husodo memberikan hadiah yang sudah di janjikannya.

"woaaaah kupon makan Pizza Anzio !!!" ucap Retno terkejut dengan hadiah yang di dapatnya, kupon itu dapat di gunakan untuk mendapat potongan sebanyak 50% di restoran Pizza Anzio yang terkenal dengan makanan khas italianya.

"betul sekali, kamu bisa gunakan kupon itu untuk dapat potongan harga, syarat dan ketentuan berlaku ya" ucap Husodo menjelaskan keuntungan dari kupon itu.

"minimal harus membawa 20 orang untuk dapat menikmati promo ini" ucap Nur membaca ketentuan yang tertulis di belakang kupon itu.

"kalau begitu, kita ajak saja semua anggota kelas satu !" ucap Sulis.

"ide yang bagus ini bisa mempererat kita semua sebagai sesama anggota klub !" ucap Citra menyetujui usulan itu.

"baiklah semua, waktu kegiatan klub segera berakhir, silahkan berkemas dan segera pulang" ucap Husodo.

"Baiiiik !!!" jawab semuanya secara serempak.

Semua anak kelas satu membereskan barang barang mereka kedalam tas dan bersiap untuk meninggalkan sekolah bersama sama, Ajeng dan Rani ikut dengan kelompok itu untuk menikmati traktiran Retno.

"Susi ayo ikut !!!" ucap Rani memanggil Susi untuk ikut bersama mereka semua.

"kalian silahkan duluan, saya ada sesuatu yang harus di bicarakan" ucap Susi menolak dengan halus.

"ehhh baiklah, nanti akan aku sisakan satu !!!" teriak Rani yang mulai berjalan menjauh, Susi hanya melambaikan tangannya sambil tersenyum.