webnovel

Chapter 15. perubahan pada rival mereka.

Siang itu pada waktu jam makan siang semua siswa saling berebut dan menyelak untuk mendapatkan makanan yang mereka inginkan, kantin sekolah itu memang besar namun menu utama yang menjadi favorit para siswa hanya tersedia sedikit, Susi sambil membawa wadah makanan yang terbuat dari alumunium menunggu dengan sabar sampai kerumunan murid yang Nampak seperti massa buruh protes itu selesai mengambil makanan mereka, setelah tumpukan antrian mulai berkurang Susi mendekati meja prasmanan tempat makanan di sajikan, Nasi tentu menjadi makanan pokok sementara Nugget dan perkedel menjadi lauk mereka hari itu, sayur sop yang ada di sebelahnya masih tersedia banyak, sepertinya tidak banyak yang mengambilnya.

Hanya tersisa 2 buah nugget dan satu perkedel di dalam sebuah wadah, Susi mencoba untuk mengambilnya dengan jepitan makanan karena makanan tidak boleh di pegang langsung dengan tangan, saat ia hendak meraih lauk itu tiba-tiba muncul jepitan makanan lain yang di gunakan murid di sebelahnya.

"silahkan" ucap Susi mempersilahkan murid itu untuk mengambil salah satu lauk itu.

"mm….maaf saya tidak melihat, silahkan di ambil saya tidak usah" ucap murid itu gugup, ia kemudian berlalu begitu saja dengan terburu buru.

Susi melihat murid itu dengan bingung, ia kemudian mengambil Perkedel dan menuangkan sup ke wadah makanannya, ia mencari meja kosong yang dapat ia tempati untuk makan namun hampir semua meja sudah terisi penuh, ia melihat beberapa meja yang masih kosong dan segera berjalan menuju meja itu, setibanya di meja itu ia bertanya apakah ia bisa duduk disitu.

"permisi, apakah tempat ini kosong ?" tanya susi kepada salah satu murid yang duduk di tempat itu.

"ehh anu….., sebenarnya teman kami ada yang duduk di sini, dia sedang ke kamar mandi sekarang" jawab murid itu dengan gugup, sekali lagi Susi merasa bingung dengan gelagat murid itu tapi ia memutuskan untuk tidak mengganggunya dan memutuskan untuk mencari tempat lain.

"oh oke, maaf mengganggu" ucap Susi sambil tersenyum, ia kembali mencari meja yang mungkin dapat di tempatinya.

Ia melihat ke kiri dan ke kanan untuk mencari tempat duduk, sesekali ia melihat murid murid yang ada di sana, beberapa murid yang melihatnya langsung mengalihkan pandangan mereka begitu mereka mengetahui Susi sedang melihat ke arahnya, beberapa ada yang memandang Susi dengan tatapan dingin tanpa menolehkan kepalanya, Susi merasa ada yang salah seperti kehadirannya di segani atau tidak di inginkan oleh beberapa murid, namun tiba tiba terdengar suara yang lembut memanggilnya dari kejauhan.

"Ndoro !!!" ucap Husodo memanggil Susi, ia sedang makan bersama dengan Euis di salah satu meja, Melihat ada kesempatan untuk duduk Susi langsung berjalan menuju meja itu.

"Siang kak Husodo, Kak Euis" ucap Susi menyapa dua kakak kelasnya itu.

"Siang Ndoro Ayu" jawab keduanya dengan rasa hormat.

"Panggil saja Susi atau Ayu" ucap Susi merasa kurang enak dipanggil begitu di depan orang orang banyak.

"heee kenapa bukankah Ndoro itu panggilan yang bagus ?" tanya Husodo.

"bagus sih sebenarnya tapi entah kenapa saya jadi merasa canggung" Jelas Susi.

"tenang saja, nanti kamu juga terbiasa kok, kakak kelas kita juga dulu memanggil Kanjeng Susan dengan sebutan Ndoro" ucap Euis menjelaskan panggilan itu sudah berlangsung sejak kakaknya menginjak kelas 10 di sekolah itu.

"hmmm" Susi hanya mengiyakan. ia menyantap makan siangnya dengan sangat perlahan, caranya menyendok nasi dan mengambil kuah sop untuk membasahinya begitu lebut dan penuh pembawaan, meski terlihat anggun hal itu membuat waktu makan Susi menjadi sangat lama hingga membuat kedua kakak kelas yang melihatnya terheran.

"Susi, kamu terbiasa makan seperti itu?" tanya Husodo terheran dengan cara Susi makan.

"ehh….eng….iya" jawab Susi dengan malu.

"cara makan yang sangat anggun, pasti kamu di ajarkan Kanjeng Susan ya" lanjut Husodo berusaha untu memuji cara makan Susi untuk membuatnya merasa nyaman.

"iya betul, kak Susan mengajari tata Krama untuk orang keraton dalam menyantap makanan, ini adalah bentuk penghormatan kepada makanan yang kami santap dan sebagai bentuk rasa syukur kepada gusti yang maha kuasa" ucap Susi menjelaskan Filosofi yang terdapat di dalam cara makannya itu.

"itu kedengarannya hebat sekali tapi Ndoro, bukankah lebih baik jika Ndoro menyesuaikan dengan situasi, karena mohon maaf, jika Ndoro makan terlalu lama seperti ini akan membuat waktu istirahat Ndoro terbuang hanya untuk makan" ucap Husodo memberikan saran kepada Susi untuk lebih fleksibel dalam menjalankan tradisinya.

"Husodo jangan lancang !" ucap Euis menyela penjelasan Husodo, Susi dan Husodo terkejut melihat respon Euis yang seakan mencoba untuk membela tradisi yang di pegang oleh Susi.

"Ke….kenapa, aku kan Cuma menyarankan" ucap Husodo terkejut dengan ucapan Euis yang terdengar menyeramkan, tatapannya juga sangat membuatnya merasa terintimidasi.

"tidak apa apa kok kak, ucapan kak Husodo ada benarnya juga, budaya itu baik tapi sebaiknya di lakukan pada waktu dan tempat yang sesuai" ucap Susi mengutarakan pendapatnya yang sejalan dengan saran dari Husodo.

"ba..baik Ndoro" ucap Euis merasa malu dengan tindakannya, Husodo tersenyum berusaha untuk menyegarkan kembali temannya.

"ngomong ngomong kak Husodo kak Euis, kakak berdua ikut pertandingan persahabatan tahun lalu kan ?" ucap Susi berusaha untuk mengubah arah pembicaraan mereka.

"ikut kok, kak Euis juga ikut" Jawab Husodo.

"apakah benar tim kita kalah melawan Van Oranje ?" tanya Susi memastikan apa yang di temukannya di dokumen arsip kegiatan Senshado yang di bacanya di perpustakaan adalah benar.

"benar, memang kedengarannya mustahil tapi sekolah sombong itu akhirnya berhasil mengalahkan kita" ucap Euis menjelaskan dengan pembawaan yang negatif seakan dia sangat tidak menyukai sekolah itu.

"tapi bagaimana bisa, bukankah kak Susan dan kak Kartika ada dalam pertandingan itu ?" tanya Susi semakin penasaran.

"kami juga tidak paham, kami terpisah dari pasukan utama saat bertempur di ladang sementara pasukan utama mengejar tank bendera lawan dan pengkawalnya ke sebuah komplek benteng" ucap Euis menjelaskan apa yang mereka alami di pertempuran itu.

"kita butuh waktu 20 menit untuk menghancurkan blokade lawan namun saat kita sedang bergegas menuju komplek benteng itu pengumuman di keluarkan oleh pihak panitia lewat radio" lanjut Husodo menjelaskan.

"Tank bendera Nusantara dilumpuhkan, Van Oranje Academy memenangkan pertandingan"sambung Euis sambil menirukan suara announcer dalam setiap event pertandingan Senshado.

Semuanya terdiam mendengar hal itu dan ekspresi kedua kakak kelasnya berubah menjadi sedikit muram, sepertinya pengalaman itu menjadi pengalaman yang buruk untuk mereka berdua, Susi merasa bersalah karena membawa topik itu kedalam pembicaraan mereka namun ia harus tetap mencari informasi mengenai kekalahan kakaknya.

"semuanya berubah semenjak itu, Kanjeng Kartika tidak se antusias yang dulu, Kanjeng Susan menjadi lebih pendiam dan sering tidak datang ke latihan bahkan sampai sekarang, moril tim juga jatuh dan banyak tekanan datang dari media" ucap Husodo menjelaskan perubahan yang terjadi usai kekalahan yang mereka alami.

Euis hanya diam disaat Husodo menjelaskan, pandangan Euis kosong dan datar seakan sedang ada di tempat lain, Susi mempertahikannya dan saat pandangan mereka bertemu Euis langsung mengalingkan wajahnya.

"tapi meski begitu harus di akui memang jika Van Oranje menjadi lebih kuat dari sebelumnya, iya kan ?" ucap Husodo, ia menepuk Euis dan mengajaknya kembali bergabung dengan obrolannya.

"oh…. Iya, Van Oranje menjadi semakin disiplin dan terlihat dengan jelas dari koordinasi mereka saat itu" sambung Euis menjelaskan pendapatnya mengenai perubahan yang di tunjukkan oleh Rival mereka itu.

"kami mendengar jika Van Oranje memiliki komanda baru di tim nya, mungkin itu yang membuat gaya bertempur mereka sangat berbeda waktu itu, siapa ya namanya ?" ucap Husodo menjelaskan dugaannya tentang adanya perubahan dalam struktur kepemimpinan pada tim Senshado Van Oranje dan hal itu mungkin menjadi alasan dari kemajuan mereka di pertandingaan sebelumnya.

"kalau tidak salah…..Wilhelmina atau apalah itu" ucap Euis yang hanya mengingat sepintas nama dari komandan baru Van Oranje.

Susi langsung mengkerutkan dahinya ketika mendengar nama itu, ia merasa pernah mendengar nama itu entah dimana dan kapan.

"semoga saja kita bisa mengalahkannya tahun ini, jika tidak akan sulit mengembalikan nama baik dari tim Senshado sekolah ini" ucap Euis menginginkan kemenangan untuk membalaskan kekalahan mereka tahun lalu.

"semoga saja" ucap Husodo singkat.

Di tengah obrolan mereka bel sekolah berbunyi menandakan jam makan siang sudah selesai, mereka yang terlarut dalam keseruan obrolan itu jadi mentelantarkan makan siang mereka, Susan langsung menghabiskan porsi kecil makan siangnya dengan cepat, mengembalikan wadah makanannya ke dapur kantin dan kembali ke ruang kelas untuk melanjutkan pelajaran.