Siang hari begitu terik, panas matahari menyengat kulit dan suara berisik dari serangga-serangga musim panas saling bersahutan. Hari itu adalah hari yang paling menakjubkan, seorang wanita yang kaya raya dan amat disegani oleh seluruh bawahannya itu menikah dengan anak laki-laki yang tidak terurus dan sangat kacau baik dalam penampilan maupun dalam kehidupannya.
Gin, kerap nama itu di panggil oleh keluarga dan sahabat serta teman-temannya. Tetapi nama yang dimanjakan dan disanjung itu kini telah terlupakan. Apalagi kalau bukan karena kecelakaan satu tahun yang lalu. Gin di tinggalkan sendiri hingga Ia merasa putus asa dan berhenti bersekolah. Sahabat serta teman-teman yang mengaguminya perlahan melupakannya.
Namun mulai hari ini kehidupan Gin kemungkinan besar akan berubah dengan menikahi seorang wanita pengusaha besar yang selalu membuat orang memujinya. Di tambah dengan kecantikannya yang amat elegan menambah ketidakpercayaan bila wanita itu, Hiromi Mio menikah dengan Gin seorang bocah yang dekil dan tidak terawat.
"Masuklah, sekarang ini adalah rumahmu juga. Dan perkenalkan ini adalah kepala pelayan di sini Tuan Jiro, beliau sudah berumur 50 tahun jadi pendengarannya agak menurun. Dan di sampingnya adalah asisten pribadi Tuan Ichiro, dia adalah anak dari Tuan Jiro. Mereka akan mengurus semua keperluan kita di sini, jadi biasakanlah dirimu", senyum Mio dengan manisnya.
Mata Gin masih terlihat sayup dan masih dengan tatapan mata yang kosong. Tuan Jiro benar-benar mengurus Gin dengan sepenuh hati. Ichiro pun juga begitu menghormati Gin bagaikan raja yang agung. Meskipun begitu Gin hanya mengikuti arahan mereka saja.
Tuan Jiro sebenarnya sangat kasihan kepada Gin. Seharusnya Dia mendapatkan perhatian dari keluarganya seperti halnya Ichiro yang ditinggal mati ibunya, namun sayang mereka meninggalkan Gin secara bersamaan membuat Gin menjadi sangat menyedihkan.
Kulit Gin sangat kotor dan berbau tidak sedap, entah dalam satu tahun terakhir ini Gin sempat mandi atau sama sekali tidak pernah menyentuh air. Kuku-kuku jari yang panjang dan kotor, rambut yang panjang dan gimbal.
Tuan Jiro pun sangat heran dan bingung dengan apa yang telah di bawa pulang oleh tuannya itu. Dari mana asal usul bocah dekil itu dan bagaimana bisa seorang wanita yang sangat berpengaruh dalam bisnis-bisnis besar sepertinya mengenal bocah ingusan seperti Gin.
"Tuan Gin, ini adalah piyama yang telah Nyonya siapkan untuk Anda. Silahkan di pakai", ucap Tuan Jiro memberikan baju tidur untuk Gin.
Gin memakai piyamanya, setelah itu Dia melihat ke arah kaca di depannya. Tubuhnya yang kurus membuat baju tidur yang seharusnya sedang menjadi sangat kelonggaran. Entah mengapa Gin merasa tidak nyaman mengenakan pakaian yang terlihat tidak bagus di tubuhnya. Namun Gin tetap mengenakan baju tidur itu.
"Tuan Gin yang di sebelah kiri adalah kamar Tuan, Nyonya Mio sudah menunggu Anda di dalam", ucap Ichiro tersenyum.
Gin malah melotot, Dia berlari lalu kembali lagi ke kamar ganti dan berkaca dengan melebarkan matanya di depan kaca. Gin sangat tidak suka dengan pipi-pipinya yang cekung. Membuat Gin tidak ingin bertemu dengan Mio yang begitu cantik. Bagaimana pun Gin malu dan takut melihat istrinya sendiri di dalam satu ruangan.
Tuan Jiro dan putranya mengintip di depan pintu, mereka saling bertatapan dan saling tersenyum satu sama lain. Betapa lucunya seorang ramaja akan tidur bersama istrinya yang lebih dewasa. Akira tercengir pelan lalu di pukul kepalanya oleh Tuan Jiro.
Cklak...
Gin masuk ke dalam kamar yang telah diberitahu kepadanya. Pelan-pelan Gin melangkahkan kakinya, dengan pelan juga Gin menutup pintu kamar.
Deg.. Deg..
Jantung Gin berdebar begitu kencang, malam ini adalah malam pertama pernikahannya dengan Hiromi Mio. Tentu saja Dia harus tidur dan menghabiskan malam yang indah bersama seperti pasangan suami istri lainnya.
Deg.. Deg..
Gin masih tetap menghadap ke pintu di depannya, membelakangi Mio yang tengah duduk di atas ranjang. Gin merasa sangat gugup dan bingung harus bagaimana atau harus bicara apa. Dia begitu canggung berada di dalam satu ruangan dengan wanita yang baru saja Dia kenal dengan sekejap mata menjadi istrinya itu. Perlahan Gin berbalik arah menghadap ke Mio lalu mendekati perlahan.
"Ti- Tidur bersama?", tanya Gin sangat pelan dengan wajah yang merah merona.
Mio menatap suaminya yang kecil mungil itu dengan tatapan mata yang tajam. Mio mengetahui kegugupan Gin, tangan serta tubuh Gin bergetar dan keningnya berkeringat.
"Tidak", jawab Mio dengan serius. " Aku hanya menunggumu selesai membersihkan diri, Kau terlihat tampan dan wangi seperti ini", ucap Mio mencium bahu Gin.