webnovel

Berangkat Ke Barcelona

Anne melirik jam tangannya. Perjalanan dari Seoul ke Barcelona memakan waktu 39 jam dan benar-benar membuat Anne merasa ingin berteriak karena kelelahan. Setibanya di bandahara Internasional Barcelona-El Prat, dia lalu mencari kendaraan yang bisa mengantarnya di sebuah penginapan sebelum mencari alamat keluarga Yuan dan melamar menjadi seorang pelayan di rumah tersebut.

Anne sebenarnya ingin mengunjungi Museum Can Framis, karena dia memiliki ketertarikan di bidang lukisan kontemporer. Namun, Anne harus membatalkan rencananya itu.

Dring!

Ponselnya bergetar. Anne menatap benda persegi itu lalu bergegas mengangkatnya.

"Halo bibi Cho Hee?"

"Maaf tidak menghubungi bibi, aku sudah berada di bandara, aku akan mencari penginapan sebelum mencari keluarga Yuan di sini," jelas Anne panjang lebar.

"Kau tidak apa-apa Hyun Aw? Sehari saja kau meninggalkan Korea, bibi benar-benar rindu. Jika kau membutuhkan bibi, hubungi aku, Hyun Aw!" ucap bibi Cho Hee. Suaranta terdengar serak. Sepertinya perempuan itu sedang menahan air matanya.

Anne yang sangat mengetahui bibinya hanya bisa menghela napas panjang.

"Aku baik-baik saja, bibi jangan menangis lagi!"

"Aku tidak akan mati di sini, aku akan menjadi pelayan di keluarga Yuan, hanya sebentar saja sampai apa yang aku cari selesai," ucap Anne lagi.

"Iya, Hyun Aw, jaga dirimu nak!" ucap bibi Cho Hee sebelum memutuskan sambungan telepon.

Anne segera memasukan ponselnya kembali ke dalam saku. Dia menatap beberapa kendaraan yang sedang padat-padatnya di depan bandara. Anne menghentikan satu taksi lalu bergegas menanyakan mengenai penginapan terdekat di kota ini. Pastinya Anne menanyakan mengenai penginapan yang murah.

Anne yang tidak tahu bahasa Spanyol harus menggunakan bahasa Inggris. Untung saja supir taksi yang ditemuinya mengerti bahasa Inggris. Sesampai di sebuah penginapan yang tidak jauh dari bandara. Anne segera memesan satu kamar untuknya beristirahat. Koran-koran kabar sangat ramai membicarakan keluarga Yuan. Entah mengapa, keluarga asing itu menjadi sorotan di Barcelona saat ini.

"Nona Anne, silahkan menuju kamar 5A," ucap salah satu resepsionis dalam bahasa Inggris. Anne menganggukan kepala mengerti. Dia bergegas menuju ruangan yang di maksud. Anne benar-benar ingin membaringkan tubuhnya secepat mungkin.

Di depan ruangan yang bertuliskan 5A, Anne segera membuang tasnya di sembarang tempat dan membaringkan tubuhnya di ranjang. Anne memijit pelipisnya yang terasa berat. Tidak lupa, Anne segera menyalakan tv yang berada di kamar hotel itu.

Anne tidak menyangka bahwa uang dari Bellatric benar-benar bisa membantunya menuju Barcelona.

"Keluarga Yuan, mengapa begitu menutupi putra mahkotanya?"

"Bukankah lebih baik menjelaskan kepada publik saja?" gerutu Anne. Walaupun dia tidak tahu bahasa Spanyol, Anne hanya bisa membaca terjemahan bahasa inggrisnya saja. Bermodalkan les bahasa inggris di tempat Bellatric, dia memiliki modal untuk ke luar negeri.

Setelah puas menonton siaran tv, Anne segera membaringkan tubuhnya dan segera tidur. Besok, dia akan mencari alamat keluarga Yuan dan berpura-pura sebagai pelancong yang tersesat. Keluarga Yuan yang berdarah Korea akan membantunya.

***

Ares menatap wajahnya di cermin. Hatinya bimbang. Jas bermerek yang dipakainya benar-benar cocok di tubuhnya saat ini. Ares menatap Koli, lelaki berdarah Spanyol-Korea yang sedang menatapnya.

"Wajah anda sangat tampan, tuan muda!" ucapnya sambil menundukan kepala ke bawah. Ares tersenyum.

"Ya, namun wajah yang tampan tidak membuat istriku bertahan di sisiku, Koli."

"Aku gagal dalam rumah tangga!" ucap Ares pilu. Dia menatap wajahnya sekali lagi ke cermin. Matanya yang sedikit sipit membuatnya selalu dianggap pendatang di Spanyol. Tapi entah mengapa dia berada di sebuah panti asuhan di Las Vegas. Siapa yang membuangnya di negara itu? Pikirnya.

"Koli, apakah ayahku akan menjelaskan hal ini kepada media?" tanya Ares. Dia melangkah menuju pintu kamar. Koli terus mengekor di belakangnya. Lelaki itu mengerutkan kening.

"Hari ini, anda harus bertemu dengan direksi keluarga Yuan. Setelah itu, keluarga Yuan akan mengadakan pertemuan besar-besaran kepada media," ucap Koli. Saat lelaki itu menjelaskan agendanya, Ares menganggukan kepala mengerti.

"Baiklah!" jawab Ares singkat.

Dia lalu berjalan menuju meja makan. Ada bibi Adel yang sedang menyediakan makanan. Perempuan paruh baya itu adalah kepala pelayan. Dia memberikan hormat saat Ares keluar dari dalam kamarnya. Baru kali ini Ares merasa benar-benar dihormati. Sejak dulu di keluarga Smith, dia yang harus mencuci piring. Bahkan Ares terkadang mencuci pakaian kotor dari tuan Robert.

"Uhft!" Ares menghela napas panjang saat mengingatnya.

"Tuan muda, silahkan sarapannya!" ucap bibi Adel. Ares duduk dan menatap beberapa menu makanan yang sangat banyak. Ini kali pertama dia makan di rumah sendiri. Seperti mimpi, Ares melihat begitu banyak makanan lezat.

"Tuan Ares, istri anda bernama Martha akan melangsungkan pernikahan. Mengapa anda tidak membuka identitas saja?" tanya Koli yang masih berdiri di samping Ares. Ares yang sedang memotong steak menghentikan gerakannya.

"Aku mencintainya, namun dia …,"

"Nona Martha sering kedapatan bersama lelaki lain, tuan Ares. Hal ini tidak akan baik untuk keuarga Yuan kelak," jelas Koli lagi. Ares menganggukan kepala mengerti.

"Keputusan untuk bercerai benar adanya, keluarga Yuan akan memberikan sangsi kepada keluarga Smith atas perlakuan buruknya," jelas Koli panjang lebar. Ares memasukan sepotong daging kecil ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan pelan.

"Tidak usah!"

Koli mengerutkan kening terheran. Dia bingung.

"Ada apa, tuan Ares. Apakah karena mantan istri anda? Mengapa berpura-pura miskin?" ucap Koli terheran.

"Aku yang akan membuat perhitungan dengan mereka. Jadi, kamu cukup menerima perintahku!" ucap Ares sambil menatap Koli.

"Baik tuan," jawab Koli sambil membungkukan badannya.

***

"Ayah, jika putra mahkota keluarga Yuan adalah lelaki tampan, aku akan mencari perhatiannya!" ucap Ladifa berterus terang kepada ayahnya. Tuan Robert menghela napas panjang. Dia sangat tahu watak dari putra sulungnya itu.

"Terus, kau akan berbuat apa kepada Antoni?"

"Meninggalkannya?" seru tuan Robert lagi. Ladifa menggelengkan kepala.

"Jangan katakan kepada Antoni niat aku ini, ayah. Aku akan diam-diam mendekati putra mahkota keluarga Yuan," jelas Ladifa sambil tersenyum penuh misteri. Robert hanya bisa menggelengkan kepala. Dia benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Ladifa.

"Ini sangat menguntungkan keluarga kita, ayah!"

"Jika keluarga Yuan menjadi mitra di perusahaan keluarga Smith, kita bisa terpandang di Barcelona bahkan di Korea. Mereka adalah perusahaan asing, bukan?" gerutu Ladifa lagi. Dia merapikan rambutnya.

Martha yang terdiam cukup lama hanya bisa menatap wajah kakaknya itu. Martha bingung dengan keinginan Ladifa yang sangat ambisius.

"Kakak," ucap Martha kemudian.

"Lebih baik, kakak urungkan niat itu. Biarkan ayah yang melakukan pendekatan. Kita membutuhkan bantuan keluarga Yuan untuk mendukung usaha kita di Spanyol. Thomas akan memberikan sedikit bantuan juga," jelas Martha. Robert menatap putri sulungnya itu.

"Surat ceraimu dengan Ares sudah selesai?" tanya tuan Robert. Martha menganggukan kepala.

"Bagus, sudah tidak ada lagi benalu di keluarga kita ini! Ayah benar-benar kesal dengan lelaki miskin itu!"

"Dia tidak berguna dan tidak bisa diandalkan dalam keadaaan apapun. Hanya menjadi benalu dan pembantu yang tidak berguna!" gerutu Robert yang masih kesal dengan Ares. Martha menghela napas panjang.

"Dua hari lagi, aku dan Thomas akan menikah," jelas Martha.

"Bagus!" jawab Ladifa. Robert bahagia mendengarkan kabar itu.

"Saat Thomas sudah memberikan sebagaian sahamanya dan ayah bisa mendapatkan bantuan keluarga Yuan, kita bisa bertahan di Barcelona. Keuangan sedang terpuruk, jadi kalian harus mengerti itu!" ucap Robert. Ladifa dan Martha yang berada di ruang tamu menganggukan kepala secara bersamaan.

"Robert!" Suara serak itu membuat Robert spontan menatap ke sumber suara. Ada nyonya Ninik yang sedang keluar dari dalam kamarnya.

"Mengapa aku tidak melihat cucu kesayanganku, Ares?" tanyanya bingung. Ladifa dan Martha saling pandangan. Di keluarga Smith, hanya Nyonya Ninik yang menyukai Ares.

"Kami sudah selesai, nenek. Aku sudah menceraikannya!"

"Gila!" umpat nyonay Ninik.

"Kau gila Martha, mengapa menceraikan Ares. Dia menantu yang baik!" hardik Nyonya Ninik tidak terima. Martha menunduk ke bawah.

"Aku kecewa kepadamu, Martha!" gerutu nyonya Ninik. Perempuan paruh baya itu lalu bergegas masuk ke dalam kamarnya kembali.

Bersambung …