webnovel

3. Kehancuran Diri

Sakit. Sekujur tubuh Nevere terasa seperti terbakar. Di mana? Ia bertanya-tanya dalam setengah kesadarannya yang hampir pulih. Bukankah ia pergi untuk bertemu dengan Michael?

Nevere merasakan ada sesuatu di bagian bawahnya. Ia membuka matanya dan mendapati kakinya berada di atas bahu seorang pria asing yang tidak ia kenal. Mata Nevere terbelalak lebar. Makian, sumpah serapah tertahan di tenggorokan.

"Apa ini?" pekik Nevere. "Ugh!" rintihnya sembari menggigit bibirnya sendiri karena merasakan sesuatu mengganjal di antara kedua pahanya.

"Kau sudah bangun?" Bariton suara yang tidak akan pernah Nevere lupakan. Serak dan juga menekan. Apalagi senyum yang membuat Nevere muak

"Bajingan! Apa yang sedang kau lakukan?" teriak Nevere. "Ugh!" Nergal mencengkeram pergelangan kaki Nevere.

"Diamlah kalau kau masih ingin menggunakan kakimu. Larilah kalau kau ingin aku membuatmu tidak bisa berjalan lagi," ancam Nergal.

Nevere merasa haus begitu meradang di tenggorokannya. Lehernya terasa sakit seakan-akan sudah kering dalam waktu yang sangat lama. Apa yang Nergal berikan padanya? Apakah hanya obat peningkat gairah atau semacam narkotika?

Kaki Never membiru. Rasanya sangat sakit sampai mati rasa. Nergal tetap bermain meski Nevere terus menangis di bawah tubuhnya. Perut Nevere terasa penuh sampai ia mual.

"Itu sangat sakit! Hentikan!" teriak Nevere.

Nergal hanya tersenyum sembari menunjukkan wajahnya yang merona dengan segala kenikmatan yang sedang ia rasakan. Suara desahan itu sangat menjijikkan bagi Nevere.

"Hentikan! Apa kau berniat membunuhku?" teriak Nevere. Tangan Nevere di ikat ke atas, sehingga ia tidak memiliki ruang gerak yang bebas. "Apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan? Pelecehan, penculikan ..."

"Iya, aku sadar," jawab Nergal.

"Apa?" pekik Nevere.

Nergal memutar tubuh Nevere membelakanginya. Ia menekan kepala Nevere supaya Nevere tidak berusaha untuk lepas dari cengkeramannya.

"Iya. Aku sangat sadar dengan apa yang aku lakukan di atas tubuhmu. Apa kau pikir, aku tidak memperhitungkannya?" bisik Nergal. Ia mencengkeram dagu Nevere dan melumat bibirnya. "Kau masih saja banyak bicara, padahal bagian bawahmu seperti ingin memotong milikku. Sepertinya kau baik-baik saja kalau aku melakukannya lebih kasar lagi," sambungnya.

"Dasar gila!" maki Nevere. "Ada apa denganmu? Kenapa kau melakukan hal ini padaku, hah?" lanjutnya.

Nevere menggigit seprai untuk menahan rasa sakit yang ia rasakan. Hati, tubuh, jiwanya, semuanya hancur di bawah cengkeraman tangan Nergal.

"Apa kau cemburu karena Michael memiliki kekasih dan kau tidak?" tanya Nevere.

Nergal semakin menatapnya dingin. Ia menarik rambut Nevere yang sudah berantakan. Ia kesal, ia benci, ia tidak suka mendengar Nevere yang membandingkan dirinya dengan Michael.

"Lepaskan aku, iblis sialan!" maki Nevere. "Ugh!" Nevere menahan suaranya. Hentakan di bawah tubuhnya terlalu keras, hingga Nevere hampir saja menjerit kesakitan.

"Kalau aku melepaskanmu, bukankah kau akan lariu dariku?" ujar Nergal.

"Apa kau pikir, kita sedang dalam suatu hubungan? Kau takut aku lari seolah-olah aku adalah kekasihmu yang sedang kau tangkap ketika berselingkuh!" balas Nevere.

"Kau benar. Kita hanyalah orang asing yang saling berbagi kehangatan."

Nevere menutup mulutnya rapat-rapat. Ia jijik ketika Nergal menyentuh setiap kulit di tubuhnya. Rasanya, ia ingin mati saat itu juga dibandingkan harus menjadi wanita yang ternoda.

"Kau bajingan! Cepat selesaikan dan biarkan aku pergi!"

"Benar. Mari kita bermain sampai kau merasakan kematian."

Tangan terikat dan kali ini mulut Nevere tersumpal oleh kain putih. Nergal menutup mata Nevere. Ia menggila setelah Nevere menghinanya.

Mereka berdua hanya orang asing. Entah masalah apa yang dimiliki Nergal hingga menangkap Nevere sebagai tawanan.

'Ini sangat menyakitkan. Rasanya aku seperti hampir mati,' batin Nevere.

Nevere seperti berada pada batasan rasa sakit di tubuhnya. Ia kesakitan yang luar biasa. Berapa lama waktu sudah berjalan? Nevere bahkan tidak sanggup lagi untuk melawan.

"Bukankah sekarang saat yang tepat untuk melakukannya lebih kasar lagi?" bisik Nergal.

Nergal membuka tutup mata Nevere. Ia membaringkan Nevere di bawah tubuhnya. Raut wajah kesakitan Nevere menjadikan Nergal semangat untuk melakukan hal yang lebih kejam lagi untuk membuat Nevere buka mulut.

"Katakan padaku, pada siapa kau menjual informasi milikku!" kata Nergal.

"Aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan," ucap Nevere lirih. "Akh! Lepaskan aku!" teriak Nevere.

Nergal melepaskan tangan Nevere dari ikatan yang sudah menapak biru pada pergelangan tangan Nevere. Ia menekan tangan itu dan menghentakkan miliknya. Nevere menjerit. Ia mati rasa. Tubuhnya menolak keras sentuhan dari Nergal.

"Lihatlah. Kau lebih hebat dari yang aku bayangkan. Sangat cantik dengan rintihan kesakitanmu," ucap Nergal sembari mengecup ujung kaki Nevere.

Hah! Hah! Hah!

Nevere tidak tahu lagi bagaimana caranya bernapas dengan benar. Tenggorokannya kering, kakinya lemas, tubuhnya tidak bisa merasakan apapun lagi.

"Tung—tunggu! Akh! Jangan!" teriak Nevere. Tubuhnya mengejang menahan miliknya yang kebas.

Nergal memainkan pistol di depan Nevere. Ia menodongkan senjata yang menakutkan itu pada seorang wanita muda yang sudah ia siksa dalam waktu yang cukup lama.

"Singgirkan pistolmu itu, mafia sialan!" maki Nevere.

Apa lagi yang Nergal inginkan darinya? Ia lebih baik mati dari pada harus menanggung semua hinaan yang Nergal lakukan padanya.

"Kau terlihat seperti ingin mati," kata Nergal.

Nergal mencengkeram rahang Nevere yang sudah membiru. Ia memperlihatkan pada Nevere tentang beberapa kamera yang terletak pada setiap sudut sedang merekam apa yang sedang mereka lakukan.

Sesaat, Nevere lupa tentang keberadaan kamera-kamera itu. Nergal semakin rakus menggagahi tubuhnya. Nevere tidak akan melupakan bagaimana wajah Nergal saat ini yang menatapnya rendah seperti sampah.

"Bagaimana kalau hasil rekamannya aku berikan pada Michael. Apa dia akan percaya padamu? Wanita yang sudah mendesah di bawahku?" ucap Nergal.

"Kau ... Ugh! Aku tidak tahu apapun tentang kalian. Kenapa harus melibatkanku?" pekik Nevere.

"Bagaimana? Kau sudah tahu rasanya berada di ambang kematian, bukan?" bisik Nergal.

"Akh!" teriak Nevere.

Nergal memeluk Nevere erat dan menyelesaikan permainannya dengan hati yang merasa puas. Nevere memejamkan matanya. Untuk kesekian kalinya, ia tidak sadarkan diri.

Nergal menarik diri. Nevere terkulai lemas bercampur dengan keringat, benih milik Nergal yang tersebar, juga darah kesucian. Seprai menjadi berantakan dan pakaian yang berserakan.

Nevere bisa mendengar, tapi ia tidak sanggup membuka matanya. Menggerakkan jarinya saja, terasa sangat sulit. Ia ingin tahu alasan yang sebenarnya. Namun, bibirnya tidak mampu mengucapkan sepatah kata lagi.

Samar-samar. Nevere melihat Nergal yang memakai kimono. Nergal yang terus menatapnya tanpa mengedipkan mata. Tatapan yang menekan, kadang menusuk. Auranya sangat menakutkan.

"Ke—kenapa? Ke—kenapa kau melakukan hal ini padaku?" gumam Nevere lirih.

"Kenapa? Karena aku ingin kau menjadi tawananku."