Kepala perawat ini sangat terkejut saat mendengar permintaan Huo Ling, "Cutinya lama sekali, apa yang terjadi di kampung halamanmu?"
Dengan sibuknya rumah sakit ini, para perawat di sini sangat jarang mendapat izin untuk cuti di luar jadwalnya kecuali memang kebutuhan darurat atau urusan yang sangat penting.
Selain itu pegawai yang cuti terlalu lama, mereka bisa saja digantikan posisinya oleh orang lain tanpa ada pemberitahuan sedikit pun.
Menyadari hal itu, air mata Huo Ling tidak tahan mengalir dan menyampaikan keluh kesahnya lagi, "Adikku dua hari yang lalu mengalami kecelakaan mobil. Kaki kirinya tidak bisa diselamatkan dan harus diamputasi."
Kepala perawat langsung mengerti. Ia pun memahami ekspresi Huo Ling yang selalu murung dalam dua hari ini. Kepala perawat itu jadi merasa iba dan dalam hati berkata, Apa keadaan di rumahmu sesial itu?
Untungnya, kepala perawat rumah sakit ini masih memiliki hati nurani dan memahami keadaan Huo Ling. Ia pun dengan senyum yang menenangkan memberikan kabar, "Kamu seharusnya mengatakannya sejak dua hari lalu. Jangan menyembunyikan kejadian seperti ini."
Kepala perawat memarahinya tetapi tidak bermaksud untuk menyalahkannya, "Kamu ikut aku sekarang, lalu isi folumir ini. Aku akan pergi ke kepala rumah sakit untuk mengizinkanmu nanti."
"Ah, mengingat ceritamu tadi, aku jadi penasaran akan suatu hal. Apa yang membuatmu datang bekerja namun tidak melaporkan keadaanmu tadi? Apakah semua ini ada hubungannya dengan nona Qiao?"
Rasa penasaran kepala perawat ini sebenarnya lebih mengarah pada keadaan keluarga Huo Ling yang status sosialnya biasa saja. Ia merasa bahwa Huo Ling sedang kekurangan uang dan akan meminjam kepada nona muda Qiao.
Akan tetapi, hal seperti ini juga akan terasa aneh bila membayangkannya. Apalagi, tidak ada orang yang mau meminjamkan uangnya kepada orang yang belum pernah dikenalnya.
Air mata Huo Ling langsung mengalir dan menatap sekeliling. Dalam keadaan tersedu-sedu, ia sebenarnya agak bingung untuk menceritakan keluarbiasaan Qiao Jin kepada kepala perawat ini.
Akan tetapi, menyadari bahwa semua perawat di sini sangat meyakini bahwa mental Qiao Jin masih belum kembali total, maka Huo Ling agak ragu untuk menceritakannya. Ia juga tidak ingin bila Qiao Jin makin dipandang sebagai orang gila karena cerita ini.
Akan tetapi, Huo Ling juga tidak tahan untuk tidak menceritakannya. Ia pun melihat sekelilingnya lagi terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada yang memperhatikan mereka berdua.
Setelah dirasa aman, Huo Ling lalu berkata kepada kepala perawat dengan suara yang pelan tetapi serak, "Kepala perawat, kamu mungkin tidak percaya, tetapi aku tetap ingin mengatakannya. Otak nona Qiao sebenarnya tidak mengalami gangguan sama sekali setelah bunuh diri. Malah sebenarnya, ia sudah menjadi orang yang lebih hebat sekarang."
Kepala perawat ini pun menoleh ke arahnya dan memasang tatapan yang tidak percaya kepadanya. Ia pun tentu mempertanyakan maksud pegawainya ini, "Huo Ling, apa yang kamu katakan?"
Menyadari suaranya terlalu nyaring, ia melihat sekeliling lagi dan langsung menarik Huo Ling kembali ke sebuah ruangan yang amat sepi.
Huo Ling menghapus air matanya, ia pun mulai menceritakan kejadian tentang dirinya kepada kepala perawat.
"Nona Qiao seakan mendapatkan mukjizat dan mengetahui nasib orang lain yang tidak dikenalnya. Satu minggu sebelumnya, tepatnya saat aku mengambil darah dari nona Qiao. Dia bukan hanya melarangku untuk mengambil darahnya dan membiarkannya mengambil darahnya sendiri tetapi juga…."
Sebenarnya saat itu Huo Ling sudah mengatakannya kepada kepala perawat. Sayangnya, saat itu ucapannya ini tidak ditanggapi dengan serius.
Sekarang, Huo Ling mengatakan semua kejadian yang diucapkan Qiao Jin pada waktu itu. Mendengar Qiao Jin mengatakan adiknya akan ada kecelakaan mobil, kepala perawat juga sangat terkejut.
Kepala perawat juga langsung menganga, rahangnya seakan hampir terlepas dari posisinya. Tidak lama kemudian, ia baru bertanya lagi, "Ini tidak mungkin, bagaimana mungkin ada masalah yang bisa seaneh ini?"
Bagi para dokter dan perawat, hal semacam itu tentu akan sangat sulit dipercaya. Lagi pula di jaman seperti ini, masih adakah yang mempercayai hal-hal semacam ini?
Hal seperti ini biasanya hanya dipercaya oleh beberapa pasien yang divonis memiliki kerusakan mental. Para dokter ini biasanya akan meresepkan obat untuk membantunya merasa lebih nyaman. Sayangnya, obat itu mahal dan malah membuat pasien lebih menderita.
Akan tetapi, kedua orang ini adalah tim dari rumah sakit yang ternama. Jadi, bagaimana mungkin boleh mempercayai hal seperti ini?
"Huo Ling, apakah kepalamu baru saja terkena lemparan batu dan membuatmu gila? Bagaimana mungkin kamu percaya dengan hal seperti ini?" Kepala perawat itu masih merasa hal ini tidak bisa dipercaya.
Ia pun menambahkan keraguannya, "Lagi pula, tidak mungkin hal semacam ini bisa dipercaya. Dia pasti sedang sembarangan bicara, kenyataan ini hanya kebetulan."
Huo Ling pun menyangkal pendapat kepala perawat ini. Ia meyakinkan kepala perawatnya, "Orang biasa mungkin bisa saja bicara dengan sembarangan, tetapi dia mengatakan dengan sangat jelas…
Saat itu nona muda Qiao juga menjelaskan bahwa yang menabrak adikku adalah mobil berwarna hitam. Padahal ada banyak warna mobil di dunia ini, namun mobil yang menabrak adikku adalah mobil berwarna hitam dan sesuai dengan deskripsi nona Qiao."
Kalau Qiao Jin hanya mengatakan berhati-hati dengan mobil, mungkin Huo Ling tidak akan mempercayai ucapannya sampai seperti ini.
Kepala perawat yang mendengarnya malah jadi merasa merinding, apalagi ia juga merasa ada hawa dingin yang melewati punggungnya di ruangan sesunyi ini.
Namun, apakah Qiao Jin sungguh dapat melakukannya?
Andai Qiao Jin yang merencanakan penabrakan itu, namun ia juga tidak mengenal Huo Ling sebelumnya. Apalagi, ia juga tidak mungkin mengenal adik dari Huo Ling.
Selain itu, kampung halaman Huo Ling bukan di kota ini. Keluarga Huo Ling ada di daerah yang sangat jauh.
Kepala perawat sekarang tampak bingung, "Ini … ini … ini sangat ...." Ia pun tiba-tiba jadi tidak bisa mengatakan apapun sekarang.
Huo Ling menyeka air mata yang masih menempel di sekitar matanya. Kemudian, ia pun berkata lagi, "Aku sebenarnya juga tidak mau mempercayai perkataan seperti ini, namun sekarang aku sudah melihat kenyataan ini sungguh terjadi. Aku sudah tidak mungkin untuk mengabaikannya."