webnovel

Friend With(Out) Benefits

Wendy, terjebak dalam hubungan yang sedang digandrungi banyak remaja kekinian. Dengan peraturan di mana keduanya tidak diperbolehkan menaruh hati. Suatu kebodohan membuat dirinya terjerumus dan semakin terperosot. Kesalahan yang sudah pasti berisiko tinggi tetap ia lanjutkan hingga hatinya siap tak siap harus menghadapi kehancuran.

HuskyUsagi · 青春言情
分數不夠
11 Chs

#2

Rasanya berat ketika rakit yang didayung lima orang, kini hanya tersisa tiga pendayung. Kekosongan posisi Petra sangat mengganggu alur kerja divisi desain. Apalagi Roni harus berada di ruang HRD sampai seminggu untuk menyidak dan memberikan pelajaran.

"Padahal bukan kita. Kenapa gini banget, sih," gumam Wendy sembari mencoret-coret kertas untuk merangkai pakaian.

Surya meliriknya, yang kebetulan mejanya berada di sebelah Wendy. Menghela napas berat, Surya berdiri dari duduknya. Ia mendekati Sandi yang asik bermain tembak-tembakan.

"San. Kerja. Main mulu," tegur Surya. Sandi tampak tidak terima. Seolah diatur dan mengganggu, Sandi marah.

"Apaan, lo? Ga usah sok negur. Lo bukan Roni!" balas Sandi nyolot dan tetap melanjutkan mainnya.

Wendy terkejut, sama halnya dengan Surya. "Lah? San? Kenapa, dah?" tanya Wendy lalu berdiri. Memastikan apa Sandi serius dengan kalimatnya.

"Apaan?! Ga jelas lo semua, ngentot!" Sandi berseru, kemudian membanting mousenya. Ia beranjak pergi dengan amarah yang meluap.

Surya dan Wendy saling berpandang, heran dan kaget. Tidak biasanya Sandi seperti ini. Apakah efek tekanan pekerjaan dan sahabatnya yang kena skors? Atau ada hal lain?

"Udahlah. Kita kerjain berdua aja. Dia lagi banyak masalah," ujar Surya diikuti Wendy yang kembali duduk.

Tapi sama saja. Sunyi, seperti tidak ada kehidupan. Keduanya hanya diam. Tidak ada suara musik seperti biasanya, gelak tawa seperti hari sebelumnya, atau keributan karena perbedaan pendapat.

Wendy kembali dengan kertasnya, Surya kembali dengan berkas permintaan pelanggan. Sesekali, Surya melirik Wendy yang kadang memandang meja kosong Roni.

Tampak raut sedih dan pasrah, Surya menurunkan pandangannya ke tumpukan kertas di atas mejanya lagi.

=====

Kini yang awalnya tiga orang, ruangan divisi desain hanya diisi dua orang selama hampir seminggu. Sandi memilih tidak masuk kerja karena dia bekerja di sini bersama Petra.

Tidak ada Petra, tidak ada Sandi. Memang tidak profesional. Tapi Sandi sudah menganggap Petra sahabat karibnya. Rasanya hampa.

Roni sudah menghubungi Sandi dan menyuruhnya masuk kerja, tapi Sandi tidak peduli. Dia juga tidak peduli dengan pekerjaan. Karena nyatanya Sandi anak orang kaya, sultan, crazy rich tapi dia memilih bekerja karena Petra. Petra sahabatnya dari sangat kecil hingga sekarang.

Sikap temperamen Sandi cukup merepotkan. Dan Petra sudah terbiasa hingga saat ini. Makanya keduanya sulit dipisahkan.

"Ga ada niatan buat kasih tahu Petra?" tanya Wendy kepada Roni ketika jam istirahat. Ketiganya berkumpul di meja kantin bersama.

Wendy membawa bekal. Kedua pria di dekatnya memesan di ibu kantin.

"Aku mikirnya dia bakal nurut. Ternyata sama aja. Baru mau aku hubungin Petra nanti sore," balas Roni meletakkan ponselnya di meja setelah Soto Lamongan miliknya datang.

Surya menatap keduanya, sekilas tatapan Wendy ke Roni berbeda dari sekadar rekan kerja umumnya. Ya, Surya sudah menyadarinya. Ia di sini hanya sebagai obat nyamuk.

Pria itu hanya diam ketika memakan ayam gorengnya, sementara kedua temannya asik mengobrol hal lain setelah menyingkirkan pembicaraan serius.

Surya, tenggelam dalam kesendiriannya. Bersama perasaan sakit dan cemburu ketika tahu Wendy menyukai Roni, begitu tampaknya perasaan Wendy terpancar.

=====

Seminggu telah berlalu. Hari Senin, ruangan sudah kembali menjadi empat orang. Sandi sudah mendapat semprotan ganas dari Petra, memaksanya untuk masuk kerja serta meminta maaf terhadap Wendy dan Surya. Roni telah dikembalikan dari pengasingannya di ruang HRD.

Tampaknya ruangan desain berangsur membaik. Sandi yang mulai terbiasa meski kadang gusar sendiri, Surya yang bisa menghadapi permintaan kliennya, semangat Wendy kembali untuk merangkai desainnya, dan Roni yang tampak baik-baik saja untuk mengatur anak buahnya.

Pukul setengah dua belas siang, seorang wanita mengetuk pintu ruangan desain. Seorang sekretaris personalia.

Roni menyambutnya dengan baik. Ia memberikan laporan dari atas kepada Roni yang nantinya jatuh di tangan pertama-Surya. Tampaknya sekretaris baru, semua baru kali ini melihatnya.

Wendy memandang wanita cantik itu. Tampak lembut dan penuh kasih sayang, suara halus wanita itu cukup membuatnya nyaman. Matanya beralih kepada Roni yang enggan melucuti senyum dan tawa. Seperti.. sedang kasmaran.

Oh, sepertinya mata Wendy rusak. Gadis itu terus menatap keduanya. Tidak. Tidak salah lagi. Apa waktu seminggu kemarin Roni ditemani wanita ini? Apa Roni sudah nyaman?

Itu bukan urusanmu, Wendy. Perkara Roni nyaman dengan sekretaris itu, itu bukan masalah untukmu. Hubunganmu dengannya tidak lain hanyalah teman. Ada perjanjian untuk tidak melibatkan perasaan.

"Makasih, Chindy. Eh, nanti mau makan siang bareng, ga? Ada restoran baru buka di sekitar sini," ajak Roni disambut anggukan Chindy, sekretaris. Keduanya tersenyum puas sebelum kembali ke tempat masing-masing.

"Siapa, Ron?" tanya Sandi kepo sambil mengutak-atik warna dari desain Wendy. Ia bertugas untuk membuat desain digital Wendy yang sudah disetujui Petra-namun saat ini digantikan oleh Roni.

Roni duduk di kursi milik Petra, berseberangan dengan meja Wendy. Ia tersenyum, berbunga-bunga. Penuh asmara dalam tatapan matanya.

"Sekretaris baru. Seminggu kemarin di ruang HRD, ditemenin dia," jawab Roni sembari melihat-lihat hasil ide Wendy.

"Oh, kamu suka? Tertarik?" ledek Sandi. Roni terkejut, ia menoleh ke Sandi, kemudian tertawa.

"Kelihatannya gimana?" Roni beranjak sembari membawa beberapa desain Wendy yang sudah jadi. Meletakkannya di meja Wendy dengan coretan menyilang di bagian yang tidak sesuai konsep.

Wendy menerima penolakan desain dari Roni dengan gusar. Revisi lagi.

"Yaa, menurutku, sih, SUKAAAAA. Ya, gak, Wen?" Sandi menjawab sembari menyenggol nama Wendy untuk ikut berbaur.

"Wendy dari tadi ngelihatin mulu. Ga takut itu mata copot?" sindirnya kemudian.

Roni melirik Wendy, meminta jawaban. Wendy yang masih kalut dengan perasaan, berkecamuk dengan dirinya sendiri. Ia hanya mengangguk pelan, memaksakan diri untuk menjawab.

"Iya. Wajar, sih. Sekretarisnya tadi cakep banget! Jiwa keibuannya ada, manis juga. Kayaknya cocok sama Roni yang urakan," jawab Wendy seraya tertawa kecil yang dipaksakan.

"Mmm."

Roni berpikir sejenak. "Mungkin bener, sih. Doain aja nanti kencan pertama jalan lancar," balas Roni. Ia hendak kembali ke meja Petra, namun berhenti saat seseorang mengetuk pintu kaca ruangan.

Dari balik kaca buram, Roni melihat Chindy yang berdiri di belakangnya. Roni segera membuka pintu dan kembali menyambutnya. Tampaknya Chindy mengajak Roni istirahat lebih awal karena nantinya akan ada pertemuan dan Chindy tidak bisa lama-lama jika menunggu jam istirahat.

Penuh semangat, Roni bergegas pergi bersama Chindy. Meninggalkan ruang desain yang semakin hening.

=====

Wendy berjalan masuk ke dalam apartemennya. Apartemen tunggal yang ia beli tahun lalu. Disambut oleh anjing kesayangannya, Wendy memeluk anjing itu sebentar kemudian memasuki kamar.

Merebahkan badannya di atas kasur. Malas membereskan diri. Hari ini sangat melelahkan dirinya. Fisik maupun batin. Banyak kejutan di hari ini.

Revisi yang menumpuk, konsep klien yang aneh-aneh, kedatangan Chindy, dan kencan Roni. Ini membuat jiwanya tergoncang.

Begitupun dengan ponselnya yang kini bergetar. Suara kling! terdengar. Ada pesan masuk. Wendy segera membukanya.

Dari Roni.

Membaca namanya saja sudah malas.

"Wen. Rencana hari rabu aku batalin, ya. Sorry, ada acara sama Chindy. Kayaknya dia juga suka sama aku. Gapapa, ya? Hari Kamisnya aku beliin apa yang kamu mau, deh."

Wendy tersenyum miris.

Ia bangkit dari duduknya. Menyenderkan punggungnya di tembok. Menatap nanar layar ponselnya. Roni sedang mengetik.

"Nanti kita bahas ke depannya kita kayak gimana juga. Kalau aku sama Chindy beneran jalan, kita udahan."

Hanya diam. Mencerna semua kalimat yang dikirim Roni. Roni sudah offline kembali. Kelihatannya pria itu sedang menghabiskan waktu kencan bersama Chindy, dan mencuri kesempatan untuk mengirim pesan kepada Wendy.

Gadis itu tertawa, menangis. Secara bersamaan. Teriris hatinya. Tapi mau bagaimana lagi, selama ini mereka tidak ada hubungan spesial.

Hanya sebatas FWB. Karena suatu kebetulan yang membuat keduanya terjerumus ke dalam status ini. Di mana Wendy dan Roni membahas konsep kliennya yang agak nyeleneh. Bertema sensual dan keduanya bertukar pendapat.

Ada suatu kecocokan dalam seksualitas. Sesama jomblo dan saling membutuhkan kehangatan, mereka memasuki daerah jurang tersebut. Seperti peraturan FWB pada umumnya, siapapun yang lemah akan jatuh.

Dan Wendy telah jatuh. Jatuh hati.

Status yang berjalan empat bulan kini kandas. Dua bulan ini Wendy menaruh harapan. Namun tidak dengan Roni yang menganggap status ini hanyalah pengisi kesepiannya. Wendy terlalu berlebihan.

== === ==