Hujan deras mengguyur Distrik 8 pagi itu, membuat suasana kian bertambah sendu. Para pekerja memulai aktivitas mereka dengan setengah hati. Mereka melangkah pelan seraya melindungi diri dari guyuran hujan. Ada yang mengenakan payung, jas hujan, dan bahkan ada beberapa yang nekat menerobos hujan begitu saja. Ya, hujan di pagi hari memang terkadang bisa membuat suasana hati tidak bertambah baik. Pikiran tak memiliki semangat untuk memulai hari karena cerahnya cahaya sang surya tidak menyapa semua orang pagi itu. Namun, hidup harus terus berlanjut. Kejenuhan tak menjadi alasan untuk bermalas-malasan. Diakui atau tidak, dunia ini memanglah kejam. Kau harus pandai-pandai mengatur strategi untuk bertahan hidup, atau kau akan tersingkir oleh seleksi alam.
Di salah satu sudut kota dekat pelabuhan, terdapat sebuah tempat yang dibangun di atas sepetak tanah. Hanya kain terpal yang menjadi pelindung dari derasnya hujan. Tak ada dinding yang dibangun, yang ada hanyalah sekat sederhana yang terbuat dari beberapa lembar triplek bekas. Siapa sangka di tempat yang sangat miris itu terdapat puluhan orang yang tengah mengantri untuk mendapatkan sarapan gratis. Di sana, para gelandangan dan tunawisma berkumpul demi memperoleh sedikit makanan untuk menyambung hidup. Belum lama tempat ini berdiri, tapi seolah-olah kabar tersiar begitu cepat hingga para gelandangan mulai berbondong-bondong datang.
Tempat ini dibangun atas inisiatif dari Foxy dan kawan-kawan. Ia memiliki sebuah perkumpulan pemuda tanggung yang peduli akan nasib sesama gelandangan. Mereka mencuri sedikit uang dari yang kaya dan memberikannya kepada yang lebih membutuhkan. Terdengar familiar? Seperti cerita Robin Hood di buku dongeng, hanya saja Foxy tak memiliki kemampuan spesial apapun layaknya Robin. Kalau ia memperoleh sedikit uang dari hasil mencuri, maka dapur makanan gratis akan mengepul dan perut puluhan orang akan terisi. Akan tetapi, jika nasib baik tak sedang berpihak padanya, maka tempat itu pun tidak akan memproduksi makanan. Terlebih lagi, mereka harus menghindari kejaran preman-preman di jalanan sana.
Foxy memulai aktivitas memasaknya sejak dini hari. Dengan dibantu oleh beberapa rekannya, ia membuat bubur dengan sedikit campuran daging dan sayur. Air sengaja ditambahkan lebih banyak supaya masakan itu bisa dinikmati oleh lebih banyak orang. Ketika pagi menjelang, orang-orang mulai berdatangan untuk mengantri. Foxy juga turut membagikan makanan itu dalam sebuah wadah plastik kecil. Ada yang meminta untuk mereka sendiri, ada yang meminta untuk anak-anak mereka juga. Hampir setiap hari Foxy dan kawan-kawannya melihat pemandangan seperti ini. Mereka selalu senang bisa membantu, walau memang cara mereka mendapatkan uang tak sepenuhnya baik. Lagipula, orang-orang harus saling membantu dan berbagi, jangan terlalu pelit.
Setelah mendapatkan sedikit makanan, para gelandangan ini akan duduk di sekitar celah bangunan tinggi dan mulai menikmati sarapan mereka. Lahan itu memang berlokasi di antara beberapa bangunan tinggi. Kau harus melewati gang sempit supaya bisa menemukannya. Foxy sengaja memilih tempat ini supaya pergerakaannya tidak mudah diketahui oleh pihak-pihak yang tidak suka dengannya. Menjadi gelandangan yatim piatu yang suka mencuri adalah citra buruk yang sudah ia sandang sedari dulu. Ia memiliki banyak musuh, terutama para preman pasar yang menganggap dirinya dan kawan-kawannya sebagai ancaman ketertiban umum. Tapi, menurutnya sendiri ketertiban umum hanya akan tercipta jika kau memiliki banyak uang untuk membayar.
"Baris yang rapi ya, semuanya. Jangan ada yang saling mendahului. Jangan khawatir, kalian semua akan mendapatkan makanan. Masih ada banyak porsi untuk dibagikan," seru Foxy seraya memantau keadaan. "Zack, tolong kau bantu aku untuk mengatur orang-orang ini," pinta Foxy kemudian.
"Tentu saja, Kawan. Serahkan saja semuanya padaku."
Tanpa diduga, tiba-tiba saja hujan turun dengan begitu derasnya. Orang-orang mulai berhamburan, mencari tempat perlindungan. Banyak di antara mereka yang haru terpaksa meneduh di bawah kain terpal yang sebenarnya tak terlalu besar. Itu digunakan hanya untuk sekadar melindungi makanan dan orang-orang yang membagikannya. Terpal ini tak cukup luas untuk melindungi semua orang dari hujan. Alhasil kegaduhan pun mulai terjadi.
Semakin banyak orang yang berdatangan dari jalanan ke tempat itu, sementara yang lain masih menunggu jatah makanan. Mereka mulai sulit diatur, tak ada yang mau mengantri dan tak ada yang mau mendengarkan permintaan Foxy dan kawan-kawannya. Keadaan semakin diperparah mana kala salah seorang tim yang bertugas membagikan jatah makanan membawa kabar buruk kepada Foxy.
"Foxy, kemarilah sebentar! Aku ingin bicara denganmu," teriaknya memecah kegaduhan.
Foxy berlari menembus derasnya hujan menuju temannya itu. "Ada apa, Chloe?"
"Kita kehabisan makanan. Jumlah mereka terlalu banyak, ini karena hujan. Jadi, orang yang meminta jatah makanan semakin membludak."
"Apa kau bercanda?"
"Sayangnya tidak, Foxy."
Aliran air mulai memenuhi sudut-sudut bangunan. Air itu sudah tak lagi berwarna cokelat, apalagi bening. Air yang membasahi Distrik 8 akan berubah menjadi abu-abu kehitaman. Bukan tanpa sebab, itu karena pencemaran batu bara yang sudah sangat parah. Aktivitas bongkar muat batu bara di pelabuhan baru tidak sepenuhnya menaati prosedur lingkungan hidup. Peduli apa mereka soal udara dan air bersih? Selama batu bara bisa diangkut, uang pun akan mengalir. Seharusnya pelabuhan tidak dibangun terlalu dekat dengan pemukiman. Namun, pada kenyataannya tidak demikian. Akibatnya, pencemaran lingkungan mulai dari air, udara, dan lainnya terjadi secara masif. Tidak ada permukaan di Distrik 8 yang tidak tertutup oleh debu batu bara.
Bukannya penduduk tak mau melawan. Mereka telah memulai perlawanan semenjak industri batu bara memasuki kawasan Distrik 8. Sumber energi utama penduduk mulai tergantikan oleh batu bara, terutama listrik. Orang-orang yang peduli akan keberlangsungan hidup anak cucu mereka pernah melakukan gugatan ke Pengadilan Tinggi di Distrik 10. Namun, apa kata mereka? Orang-orang di sana malah terlalu sibuk mengomentari pakaian mereka yang terlihat lusuh dan tidak modis. Mereka menuduh penduduk Distrik 8 akan membawa penyakit di Distrik 10. Padahal, penyakit yang diderita oleh penduduk Distrik 8 tak lain karena disebabkan oleh pencemaran batu bara.
"Hei, kenapa kalian tidak membagikan makanannya?!"
"Kami sudah menunggu lama!"
"Ya! Kami kelaparan!"
Semua suara itu membuat kegaduhan berubah menjadi kerusuhan. Orang-orang mulai saling dorong dan saling pukul tanpa alasan yang jelas. Mereka mulai marah karena tak kunjung mendapatkan makanan. Zack adalah salah satu korban dari pelampiasan kemarahan orang-orang ini.
"Foxy! Tolong aku!" teriak Zack sambil terus melindungi kepalanya dari pukulan orang-orang.
"Zack!"
Dengan sekuat tenaga, Foxy berusaha untuk memecah kerumunan. Setelah ia berhasil sampai di tengah, ia menarik tubuh Zack keluar dari sana dan menyeretnya ke bawah kain terpal. Tapi, orang-orang ini masih marah. Mereka kecewa dengan Foxy, mereka berpikir Foxy adalah seorang pendusta.
"Katamu kami akan mendapat jatah makanan?! Dasar pembohong!"
***