Carol akhirnya merasa lebih baik setelah meminum teh hangat yang dibuatkan Troy.
"Setelah menghabiskan itu, pergilah tidur," ucap Troy sembari berdiri dari kursinya dan pergi ke sofa ruang tammeu.
"Troy," panggil Carol.
Pria itu berhenti dan menoleh padanya.
"Terima kasih. Sungguh," ucap Carol tulus.
Troy menatap Carol selama beberapa saat, sebelum mengangguk dan melanjutkan langkah. Namun, belum sempat Troy duduk, terdengar seruan panik dari depan rumah Troy.
"Troy!"
Carol langsung berdiri mendengar suara James itu.
"Astaga! Apa yang terjadi di sini?" Suara James terdengar khawatir ketika pria itu masuk. "Troy!"
"Berhenti berteriak. Aku mendengarmu," gusar Troy ketika James masuk ke ruang tamunya.
"Di mana Carol?"
Carol mengerutkan kening.
Troy belum sempat menjawab ketika James dan Carol bertemu tatap. Pria itu langsung menghampiri Carol.
"Nona, Nona baik-baik saja?" tanya James.
Carol menatap James, lalu menatap Troy yang sudah berbalik menatap Carol juga.
"James, kau … kenapa kau …?"
"Nona harus segera pergi dari sini," ucap James panik. "Saya dengar orang-orang bayaran keluarga Nona sudah sampai di sini. Ada warga yang melihat mereka di sekitar sini tadi."
Carol mengernyit. "James, Troy …"
"Saya akan menyiapkan tempat yang aman untuk Nona. Sebaiknya sekarang Nona bersiap-siap …"
"James!" Carol berseru, memotong kalimat panik James. "Apa yang kau lakukan ini?" Carol menatap Troy sekilas dan memelankan suara ketika melanjutkan, "Ada Troy di sini."
James menghela napas. "Nona, sebenarnya … Troy sudah tahu siapa Nona sebenarnya. Termasuk kondisi Nona yang tidak kehilangan ingatan," terang James.
Carol tertegun. Ia menatap Troy yang juga menatapnya, datar. Apa pria itu marah?
"Nona," panggil James.
"Tunggu." Carol mengangkat tangan. "Beri aku waktu untuk berpikir."
"Nona, tidak ada waktu lagi. Orang-orang itu ��"
"Salah satu dari mereka sudah bertemu denganku," Carol memotong. Jika yang dikatakan James itu benar, berarti orang yang mengejar Carol tadi adalah orang yang dikirim keluarganya. "Dan Troy."
James terkejut. "Apa? Apa Nona baik-baik saja? Apa karena itu pintu rumah Troy …"
"Aku baik-baik saja," Carol kembali memotong. "Jadi, beri aku waktu untuk berpikir dulu."
James tampak tak sabar. "Nona …"
"Bisakah kita bicara sebentar, James?" Kali ini Troy yang memotong kalimat James.
James menoleh pada Troy dan mengangguk. Ketika James akan pergi, Carol menahan tangannya.
"Sejak kapan?" ia bertanya.
James mengerutkan kening.
"Sejak kapan Troy tahu?" tuntut Carol.
"Aku mendengar percakapanmu dengan James tadi malam," Troy yang menjawab.
Carol tertegun. Pria itu … benar-benar sudah tahu jika Carol membohonginya? Tidak. Pria itu pasti berpikir jika Carol memanfaatkannya. Namun, Carol tak bisa mendebat itu. Karena memang itulah yang ia lakukan.
Namun, meski pria itu tahu, tadi dia tetap menolong Carol, menggandeng dan menggenggam tangan Carol ketika Carol ketakutan. Kenapa? Apa yang pria itu pikirkan?
***
Begitu Troy dan James keluar ke halaman, Troy menatap James tajam. "Bukankah sudah kuperingatkan?" Troy berbicara dengan nada dingin. "Jangan coba-coba kau membawanya kabur atau menyembunyikannya dariku."
James menatap Troy. "Jika Nona tetap di sini, nyawa Nona dalam bahaya."
Troy menelengkan kepala. "Kau tahu siapa aku. Kau pikir, aku akan diam saja melihat orang-orang itu mengacau di sekitarku?"
James mengernyit. "Apa yang akan kau lakukan, Troy?"
Troy menghela napas. "Aku akan mengurus itu. Jadi, kau tak perlu ikut campur lagi tentang urusan Carol."
James tampak terkejut. "Apa kau akan membawa orang-orangmu ke sini?"
Troy tak menjawab itu dan berkata, "Pergilah."
"Troy," panggil James. "Terima kasih."
Troy mengernyit.
"Saat ini, satu-satunya orang yang bisa melindungi Nona adalah dirimu," ucap James. "Selamanya, aku akan berutang nyawa padamu untuk ini."
Troy tak menanggapi itu dan meninggalkan James untuk masuk ke rumah. Di dalam rumah, dilihatnya Carol masih berdiri di tempat yang sama seperti saat Troy keluar tadi. Gadis itu menatap kosong, tampak shock.
"Carol," panggil Troy.
Carol seketika tersadar. Gadis itu menatap Troy dan tampak panik.
"Troy, dengarkan aku dulu. Aku benar-benar minta maaf karena sudah membohongimu, tapi …"
"Jika kau sudah menghabiskan tehmu, istirahatlah," Troy memotong kalimat panik gadis itu.
Setelah mengatakan itu, Troy pergi ke sofa dan berbaring di sana. Ia memejamkan mata. Troy mendengar suara langkah pelan, lalu pintu kamar yang tertutup.
Troy membuka matanya dan menghela napas. Sialan, James! Seharusnya kemarin Troy membunuhnya saja agar pria tua itu tak bisa membuka mulut lagi. Troy mendecak kesal.
Tiba-tiba, terdengar suara pintu kamar kembali terbuka. Troy refleks memejamkan mata. Ia mendengar langkah pelan Carol.
"Troy?" panggil gadis itu.
Troy tak membuka mata, pun tak menjawab panggilan gadis itu. Ia berharap, dengan begitu gadis itu akan pergi. Namun, bukannya pergi, Carol malah berlutut di depan sofa. Troy bisa merasakan kehadiran gadis itu. Ia bisa mendengar napas gadis itu.
"Maaf," ucap gadis itu. Lalu, gadis itu tak mengatakan apa pun lagi, tapi dia juga tak pergi.
Entah berapa lama gadis itu bertahan di sana. Gadis itu menghela napas ketika akhirnya pergi. Troy mengembuskan napas begitu gadis itu masuk ke kamarnya. Troy sudah akan beranjak duduk, tapi pintu kamar kembali terbuka. Troy kembali memejamkan mata. Apa lagi sekarang?
Namun, Troy kemudian merasakan sesuatu yang lembut menyelimuti tubuhnya, menghalangi tubuhnya dari dingin. Lalu, ia merasakan napas Carol di dekat wajahnya ketika gadis itu menyelipkan selimut ke lengan Troy. Troy sampai menahan napas karenanya.
Ketika Carol kembali ke kamar dan menutup pintu, barulah Troy kembali bernapas. Ia membuka mata dan menunduk menatap selimut yang membungkus tubuhnya. Troy menghela napas dan akhirnya duduk. Ia menoleh ke kamar tempat Carol berada.
Sekarang setelah semuanya terungkap, apa yang harus Troy lakukan pada gadis itu? Menyiksanya karena sudah berani membohongi dan memanfaatkan Troy?
Siksaan macam apa yang harus Troy berikan pada gadis itu?
Meski gadis itu pantas dihukum mati, tapi itu akan terlalu mudah, kan? Lagipula, gadis itu sudah meminta maaf tadi. Namun, tetap saja … Troy harus memberikan hukuman padanya. Dengan begitu, gadis itu tidak akan lagi mencoba membohongi Troy.
Troy berpikir keras. Hukuman macam apa yang cocok untuk gadis itu? Sebelum ini, hukuman dalam kamus Troy hanya ada kematian atau cacat seumur hidup. Namun, itu pasti terlalu berlebihan, kan? Lagipula, bukannya Troy tidak tahu sama sekali.
Ia tahu jika gadis itu adalah Carol. Ia hanya tidak tahu jika gadis itu berpura-pura hilang ingatan. Tidak, tidak. Troy sebenarnya mungkin sudah tahu. Troy bahkan pernah bertanya tentang itu pada gadis itu.
"Apa itu yang kau lakukan? Memanfaatkan kebaikanku?"
"Kau tidak seharusnya memanfaatkan kebaikan orang lain, kau tahu, kan?"
Saat Troy menanyakan itu pada Carol, ia sudah merasa ada yang aneh dari gadis itu. Namun, saat itu Troy memilih untuk mengabaikannya. Ia hanya ingin percaya pada apa yang dia lihat.
***