"Kepalaku sakit."
Jung Heewon memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut.
"Ugh, hiks."
Shin Yoosung menangis terlalu banyak sehingga matanya memerah.
"Ahjussi!!!!"
Lee Jihye gemetaran sambil berkali-kali menyebut orang itu.
"Hyung, kenapa?!"
Lee Gilyoung masih setengah sadar dengan matanya yang berkabut sehingga dia belum melihat dengan jelas pemandangan di tengah ruangan.
"Dokja-ssi..."
Yoo Sangah memegangi dadanya yang sakit sambil menggumamkan namanya. Tubuhnya gemetar dan ekspresinya seperti dia lah yang tertusuk tombak.
"Aku tidak percaya aku akan kehilangan kesadaran, tadi benar-benar mengerikan."
Namgung Minyoung dan Kyrgios belum pernah menyaksikan seseorang yang bunuh diri dengan begitu kejam, itu membuka luka lama mereka.
Jung Heewon, Shin Yoosung, Lee Gilyoung, Yoo Sangah, Lee Hyunsung, Lee Jihye, Kyrgios, Namgung Minyoung, dan Jang Hayoung. Mereka semua siuman dan hal pertama yang mereka lihat adalah aliran darah dari tengah ruangan. Mereka bergidik ngeri sambil memusatkan perhatian ke pemilik darah.
"Itu, apa itu?!"
Jang Hayoung melebarkan matanya saat menunjuk layar merah transparan yang mengambang.
"Apakah ini sungguhan?! Ini pasti mimpi, tolong pukul aku!"
Jung Heewon merengek karena tidak mempercayai apa yang dia lihat. Yang lain juga memiliki pemikiran yang sama.
Seakan segala sesuatu diperlambat, ruangan putih yang memunculkan keretakan itu mulai menjatuhkan potongan-potongannya, di setiap potongan terdapat cuplikan suatu cerita yang dialami Nightmares.
Manik-manik God Of Stories melindungi mereka dari dampak retakan yang membuat God Of Stories goyah. Mereka terkesiap dan terengah-engah saat menyaksikan setiap cuplikan yang diputar otomatis. Dan di tengah semua potongan itu, seorang pria yang berlumuran darah berdiri menatap ke atas, ke layar merah dengan mata kosong. Tak ada cahaya dalam matanya.
"Kim Dokja!"
Yoo Jonghyuk mengabaikan potongan-potongan itu, dia terus bergerak menuju pria berlumuran darah yang menoleh padanya dengan ekspresi datar. Han Sooyoung di sisi lain bolak-balik meneliti cerita yang ditampilkan, jantungnya berdegup kencang seolah memberitahu bahwa dia tak bisa mencerna semua cerita itu dalam penafsirannya.
God Of Stories menyentuh salah satu potongan dengan ekspresi nostalgia, cerita yang dia pegang adalah cerita kehancuran Great Land sebelumnya, itu berisi pembantaian tanpa rasa kasihan oleh suatu eksistensi terkutuk. Setelah melihat keseluruhan, dia menghampiri Han Sooyoung dan memberitahunya untuk melepaskan apa yang dia sebut sebagai akal sehat atau logika mulai sekarang.
"Kenapa?! Kau… apakah kita saudara kembar seperti kedua pria itu?"
Akan tetapi, Han Sooyoung justru menanyakan hal aneh padanya. Murid-murid mata Han Sooyoung bergetar saat menanyakannya. God Of Stories menatap mata Han Sooyoung sampai yang terakhir merasa tidak nyaman lalu membalas.
"Itu berbeda, tapi kau tidak perlu mengetahuinya sekarang."
Suaranya yang lembut menenangkan kegelisahan Han Sooyoung. Yang terakhir mengangguk lalu mengalihkan perhatiannya ke titik fokus utama dari semua potongan cerita di sekitar.
Ruangan putih kini berubah berantakan, setelah potongan-potongan jatuh dari retakannya, ada bekas hitam di mana-mana. Apapun itu takkan bisa dipahami oleh semua anggota partai Yoo Jonghyuk.
Sementara itu, Plotter yang berada paling dekat dengan pria yang berekspresi datar itu melihat Yoo Jonghyuk yang berada di sisi lain darinya sedang mendekati eksistensi itu.
"Kim Dokja!"
Dan Yoo Jonghyuk akhirnya sampai tepat di samping pria berlumuran darah itu yang tidak bergerak. Yoo Jonghyuk meraihnya, meraih ujung pakaiannya. Namun, sebelum dia bisa, yang terakhir berjalan menjauhinya kemudian berkata dengan nada mesin, "Apakah kau mau melihat ilusi sementara?"
Yoo Jonghyuk melotot dan menggeram.
"Jangan melakukan hal lain lagi!!! Ini sudah cukup, Kim Dokja."
Sayangnya, pria di depannya sama sekali tidak mempedulikan reaksinya.
"Itu ilusi yang akan membuatmu bahagia, tidakkah kau masih memiliki pertanyaan siapa orang tuamu?!"
Yoo Jonghyuk menegang, murid-murid mata coklatnya mengecil dan bergetar. Firasatnya mengatakan bahwa dia akan tenggelam ke dalam dunia yang tak dia kenali.
"Aku tidak peduli lagi pada hal itu!!! Kenapa kau melakukan ini, Kim Dokja?!"
Jadi, Yoo Jonghyuk berusaha mencegah apapun yang hendak dilakukan pria itu.
"Cara menghilangkan mimpi buruk adalah mimpi yang bahagia," gumam pria itu. "Yoo Jonghyuk, terimakasih sudah menjadi temanku."
"Kim Dokja!!!"
Potongan-potongan cerita menghalangi Yoo Jonghyuk, dan dia akhirnya melihat cerita yang ditampilkan. Semuanya adalah mimpi buruk dari Nightmares. Yoo Jonghyuk tertahan di tempatnya, dikelilingi semua cerita itu.
<<Kemunculan 60%>>
<<Memulai Perekaman>>
Anggota partai Yoo Jonghyuk menganga, mereka masing-masing juga dihalangi oleh potongan cerita yang memancarkan cahaya.
"Sial! Apa ini?!"
Han Sooyoung jatuh terduduk dengan ekspresi frustasi. God Of Stories yang berada di sampingnya melantunkan nyanyian.
[Oh, Tower Of Nightmares. Sumber dari semua cerita Great Land, bukalah ilusi dari The First Nightmares]
Pada akhir nyanyian, God Of Stories membungkuk dan berbisik di telinga Han Sooyoung. Yang terakhir membelalakkan matanya dengan kengerian.
Semua, satu per satu selain God Of Stories, Plotter, dan Yang Hebat, akan berada dalam ilusi bahagia sampai kemunculan 100%.
***
Seorang anak lelaki yang terbaring di taman membuka matanya, murid-murid matanya membesar saat menatap langit biru dengan awan putih yang seperti bulu domba halus.
"Ini, apa..."
Anak itu tersentak saat menyadari suaranya berubah kemudian berteriak, "Aku mengecil!"
Dia segera berdiri dan memeriksa tubuhnya secara menyeluruh. Tak ada mantel hitam, pedang, atau bahkan semua yang dia bawa sebelumnya. Di sini, dia hanya memakai kaos oblong dan celana pendek anak-anak.
"Ini… apa yang Kim Dokja harapkan dengan menjadikanku seperti ini?!"
Dia bergumam dengan emosi mendidih.
"Hei, apa kau mengalami mimpi buruk?"
Tiba-tiba suara anak lelaki lain mengagetkannya, dia menoleh ke asal suara.
Deg!
Jantungnya berhenti sesaat ketika melihat pemilik suara. Itu adalah anak lelaki dengan rambut hitam lurus dengan poni lucu di wajahnya yang putih, namun ada luka di sana-sini. Lebih penting, kondisi anak itu sangat menyedihkan.
"Kim Dokja?!"
Dia langsung berlari ke anak itu yang terlihat kebingungan karena panggilan.
"Eh, bagaimana kau tahu namaku?!"
Dia mengabaikan pertanyaan itu dan langsung memeluknya sambil bergumam, "Aku tidak tahu apa ini mimpi atau tidak, tapi kau di sini, Kim Dokja."
"Ah, kau pasti salah orang. Maaf, aku tidak mengenalmu."
Anak itu memberontak lalu berjalan mundur menghindarinya.
"Jangan berpura-pura, aku Yoo Jonghyuk. Aku tidak mengerti kenapa kau mengirimku ke sini dan menjadikanku anak kecil!"
Namun, anak justru ketakutan terhadap perkataannya yang terdengar kesal.
"K-kau pasti bermimpi buruk dan membawanya ke kenyataan. Yang pasti aku tidak mengenalmu. Aku kebetulan menemukanmu yang aneh karena tertidur di sini."
Yoo Jonghyuk tertegun dan membuka lalu menutup mulutnya seperti ikan. Dia bertanya-tanya mimpi macam apa ini? Atau mana yang mimpi dan mana yang kenyataan?
"Apakah semua itu mimpi? Tidak mungkin, ini tidak mungkin."
Dia melihat anak itu ketakutan karena pernyataannya.
"Ah, t-tunggu sebentar di sini!"
Anak itu berlari pergi meninggalkannya. Yoo Jonghyuk berteriak, "Berhenti! Tunggu!"
Sayangnya, anak itu sudah menghilang di tikungan. Yoo Jonghyuk jatuh terduduk dengan depresi.
Dia tiba-tiba teringat.
—Cara menghilangkan mimpi buruk adalah mimpi yang bahagia.
Apakah maksudnya dia akan mengalami kebahagiaan di sini? Lalu, kenapa dia tidak mengenalinya? Apakah penampilannya berubah?
Yoo Jonghyuk menoleh ke kanan-kiri untuk mencari sesuatu yang bisa mencerminkan penampilannya. Kemudian, dia menemukan kolam ikan, dia melongok untuk melihat bayangannya yang sedikit buram.
...
...
...
Berapa kali pun dia melihat dan menelitinya, itu tidak berbeda terlalu jauh. Bukankah anak itu sudah pernah melihat Plotter yang mengecil? Mungkin —
Saat dugaan tidak menyenangkannya muncul, tangannya ditarik seseorang dengan kuat.
"K-kau jangan bunuh diri di kolam itu!"
Anak itu kembali sambil mengucapkan kata-kata menyeramkan setelah menariknya sampai terjatuh.
Kening Yoo Jonghyuk berkerut.
"Siapa yang akan bunuh diri?!"
"Eh, begitu. Kukira... ah, ini."
Anak itu menyerahkan minuman botol padanya, yang terakhir menatap dengan bingung.
"Aku merasa kau butuh minum, jadi aku membelikannya."
Yoo Jonghyuk tertawa, dia belum pernah tertawa seperti ini, tidak pernah di dunia itu. Anak itu memiliki ekspresi tercengang seolah menganggapnya gila.
"Ternyata ini tujuanmu...…"
Yoo Jonghyuk mengambil botol itu lalu meminumnya kemudian bertanya, "Siapa namamu?"
"Kau sudah tahu namaku, kan. Kenapa bertanya."
Anak itu membalas dengan heran.
"Aku ingin mendengarnya darimu."
Anak itu memutar bibirnya cemberut lalu menjawab, "Aku Kim Dokja."
***