webnovel

bab 7

Vanilla asik berbincang dengan Veer, dan tidak sadar ada Devano yang menatapnya tak suka. apalagi melihat keakraban keduanya membuat Devano semakin kesal pada gadis itu. dengan langkah cepat, Devano berjalan menghampiri keduanya dengan langkah cepat. dan langsung merangkul pundak Vanilla, tanpa mengatakan apa pun. Devano membawa Vanilla meninggalkan Veer.

"ck, lepaaas!" Vanilla mendorong tubuh Devano dengan keras ketika mereka sudah ada di dalam kamar

Vanilla menatap kesal pada Devano karena sudah bersikap tidak sopan di depan orang lain.

"oh, jadi lo mau pergi kesini lebih awal karena mau ketemu sama pacar lo itu? bisa-bisanya ya, lo pergi sama laki-laki lain, sedangkan suami lo di hotel sendirian." ujar Devano dengan wajah penuh tak suka

"dia itu bukan pacar gue. kita baru ketemu kok," ujar Vanilla sedikit menaikkan suaranya

"cih, murahan!" decih Devano

"gue cuma jalan sama cowok yang mau berbaik hati jalan sama gue, itu aja! gue gak jual diri Devano." teriak Vanilla penuh amarah

" kalo lo bukan wanita murahan, pasti lo gak akan keliaran sama laki-laki yang baru dikenal!" Devano ikut berteriak

"terserah!" setelah mengatakan itu Vanilla langsung pergi begitu saja meninggalkan Devano

gadis itu memilih untuk membersihkan diri lalu akan langsung pergi tidur, moodnya kembali hancur gara-gara Devano.

" ck, kenapa sih dia selalu ganggu ketenangan gue?" teriak Vanilla kesal

selesai mandi, Vanilla keluar dengan wajah segar. namun suasana hatinya masih sangat buruk karena melihat Devano duduk dengan santai di atas ranjang.

Devano sesekali melirik pada Vanilla yang kini sibuk dengan ponselnya, gadis itu memilih untuk duduk di sofa karena tidak mau berdekatan dengan Devano. laki-laki itu beberapa kali mengubah posisinya untuk menarik perhatian Vanilla, seperti tiduran, duduk, lalu jalan mondar-mandir di depan ranjang. hal itu sungguh mengganggu ketentraman Vanilla. akhirnya Vanilla meletakkan ponselnya di atas meja dengan kesal.

"lo ngapain sih? ganggu tau gak?" dengus Vanilla, matanya menatap kesal pada Devano yang kini tersenyum tanpa dosa

"gue bosen, ayo jalan-jalan." ajak Devano tanpa rasa malu

"dih, ogah" tolak Vanilla cepat

"gue janji bakal buat lo seneng, dan gak akan buat lo bad mood." ujar Devano

Vanilla menatap Devano penuh selidik, ia harus memastikan secara benar lelaki di depannya ini benar-benar bakan melakukan itu atau tidak. melihat keseriusan Devano, Vanilla pun setuju untuk pergi bersama. toh ia juga masih ingin menikmati sanghai.

"oke, kita pergi. tapi awas kalo lo punya rencana jahat buat gue!"

"gak kok. ayo pergi!" ajak Devano dengan wajah ceria

ini kali pertamanya Vanilla melihat wajah ceria nan semangat Devano. biasanya ia hanya melihat wajah menyebabkan, serius dan datar. entah kenapa Vanilla malah bahagia melihat Devano bersemangat untuk pergi bersama dirinya.

kini keduanya sudah berada di salah satu tempat yang cukup terkenal di sanghai, yaitu Huaihai Road. Huaihai Road adalah salah satu tempat untuk shopping terkenal disana, biasanya para turis suka pergi kesana untuk melihat gedung modern dan banyak barang-barang fashion terkenal. Huaihai Road juga menyediakan restoran kelas mewah.

Devano sengaja pergi ke Huaihai Road karena ingin melihat beberapa fashion yang mungkin belum ia miliki. beberapa toko Devano masuki untuk melihat barang-barang mewah, tak lupa ia menawarkan pada Vanilla siapa tau gadis itu mau membeli beberapa barang. tapi ternyata tidak.

"bosen tau, gue maunya ke tempat yang seru bukan nemenin lo belanja." dengus Vanilla, wajahnya cemberut karena bosan

"Yaudah, mau pergi kemana?" tanya Devano mengalah

" kita pergi ke City God Temple of sanghai, bentar lagi kan malem, pasti disana indah banget. kita pergi kesana aja ya?" pinta Vanilla penuh harap

Devano tampak berpura-pura berpikir, hal itu membuat Vanilla geregetan dan akhirnya menarik lengan Devano agar segera pergi dari sana.

"emang ada apa sih si City God Temple of shanghai? pasti tempatnya membosankan, kan?" tanya Devano penuh selidik

"ck, City God Temple of Shanghai itu kuil rakyat yang ada di kora tua di Shanghai. tempatnya bagus banget dan gak mengecewakan" ujar Vanilla penuh semangat

Devano tampak tak percaya, apalagi mendengar kata kuil. itu pasti sangat membosankan dan tidak akan ada yang menarik disana.

" sok tau, emang lo pernah kesana?" tanya Devano dengan nada mengejek

"ck, gue pernah liat di google. dan katanya kalo kesana gak akan mengecewakan, ya meskipun jarak tempuh jauh banget. tapi semua akan terbayar kalo kita udah sampe disana" kata Vanilla penuh keyakinan

"kuil doang sampai liat di google" Dengus Devano

Vanilla yang mendengar itu geram. ia memukul kening Devano tanpa perasaan karena kelewat kesal.

"Di kawasan ini, kita bisa menikmati bangunan kuil China dengan arsitektur mengagumkan sambil belanja. jadi kan lengkap, ada pelajaran sejarah tentang kuil, arsitektur sekaligus kita bisa belanja." ujar Vanilla masih berusaha bersabar

ketika sudah sampai hari sudah lumayan malam, jadi udara sudah mulai dingin. Vanilla berjalan penuh semangat untuk melihat kuil City God Temple of Shanghai yang sangat ia kagumi. sedangkan Devano hanya berjalan malas mengikuti langkah Vanilla.

gadis itu tanpak begitu bersemangat berkeliling City God Temple of Shanghai, bahkan beberapa kali memotret.

"ayo foto" ajak Vanilla, ia langsung menggandeng tangan Devano

"ck, apaan sih. gue gak mau," tolak Devano. mendorong Vanilla agar menjauh dari dirinya

Vanilla mendengus sebal karena perubahan sikap Devano yang benar-benar menyebalkan. tadi saat di hotel Devano terlihat seperti akan berbuat baik, kenapa sekarang malah menyebalkan?

"fotonya nanti gue kirim ke orang tua lo, biar dia percaya kalo kita lagi menghabiskan waktu bersama. udah sini, cepetan!" Vanilla menarik lengan Devano sedikit kasar

"ck, gak perlu foto segala. mereka juga pasti percaya kalo kita lagi bareng, gue gak mau foto sama lo!" tolak Devano lagi

"oh, gak mau? yaudah gue tinggal bilang yang sebenernya sama mama Sani, kalo sebenernya kita gak liburan berdua. tapi besok pacar lo juga akan gabung sama kita, jadi-"

"ck, ayo!" potong Devano

dengan terpaksa Devano menuruti Vanilla untuk foto bersama. ia tidak mau mamanya tau jika besok pacarnya akan datang untuk liburan bersama.

"lagian kenapa tadi gue ajak Vanilla keluar sih? jadi nyesel. dia nyusahin dan gak penting" batin Devano

setelah mendapat foto berdua dengan Devano, Vanilla langsung sibuk dengan sendirinya. tidak lagi mempedulikan Devano yang terlihat kesal. yang penting Vanilla sudah mengirim foto bersama pada ibu mertuanya, itu sudah cukup.

"Dev? lo capek ya?" tanya Vanilla, ketika pandangannya tak sengaja melihat wajah lelah Devano

"menurut lo?" sinis Devano

"ck, nyusahin banget deh. gak kayak Veer, jalan-jalan lama dia gak capek. lo lemah banget jadi cowok, huh." Dengus Vanilla

Devano mendelik tak suka saat mendengar Vanilla membandingkan dirinya dengan laki-laki lain. apalagi dengan laki-laki tadi yang terlihat tidak ada apa-apanya dengan dirinya.

"ayo balik!" ajak Vanilla pada akhirnya

Devano kembali hanya menurut, ia sedang dilanda penyesalan karena pergi bersama Vanilla. bukankah ia tidak ingin dekat-dekat dengan Vanilla? kenapa setelah melihat wanita dengan laki-laki lain ia jadi iri dan ingin pergi bersama Vanilla juga.

Brakk

"aduh, shh lutut gue!" keluh Vanilla

Devano yang melihat Vanilla terjatuh hanya melirik sekilas gadis itu, tanpa ada niatan untuk membantu.

"ck, lo gak berguna banget deh. ini istri lo jatuh bukannya di tolong, malah diem aja kaya orang tolol!" dengus Vanilla

"lo nyusahin gue banget tau gak sih? nyesel gue pergi bareng lo." ujar Devano sinis

Vanilla langsung diam, dadanya tiba-tiba terasa sesak karena perkataan Devano. entah karena apa, tapi ia benar-benar merasa sakit hati dengan perkataan Devano barusan. tanpa berkata-kata lagi, Vanilla mulai berdiri dan berjalan lebih dulu dengan lutut berdarah karena terkena batu yang cukup lancip.

melihat Vanilla berjalan dengan kaki berdarah membuat Devano merasa iba dengan gadis itu. dengan berat hati, ia menggendong Vanilla secara tiba-tiba. membuat gadis itu sedikit berteriak karena terkejut dengan yang Devano lakukan.

sesaat pandangan keduanya bertemu, Vanilla bisa merasakan tatapan dingin dari mata Devano yang kini menatapnya.

"Buat gue jatuh cinta, dan kita akan hidup bersama dengan bahagia." ujar Devano dingin