webnovel

Every Story Needs a Beginning, Right?

Pertarungan antara dua ras besar sudah berlangsung selama 500 tahun, manusia melawan vampir. Raja vampir sudah dikalahkan, tetapi manusia harus membayar harga yang setimpal. Namun, apakah hanya dengan mengalahkan raja vampir akhir dari pertempuran panjang ini dapat dipastikan?

akai_mashiro · 奇幻
分數不夠
22 Chs

Sayap Hitam IV

"!!"

Tak seorang pun membalas kata-kata wanita itu.

Mereka semua hanya berusaha untuk memahami siapa sosok vampir yang menyela pembicaraan mereka barusan.

"Si-siapa kau?"

"…"

"Rambut ungu? Tidak ada bangsa ras vampir memiliki rambut ungu natural…. Anda jangan-jangan!"

Odilia menyadari siapa sosok wanita itu.

Namun vampir itu sama sekali tidak tergugah akan pernyataannya.

"Oblivion! Lima vampir pembunuh terbaik Ostrvo! Aku sering membaca tentang kalian"

"…"

"Oblivion?! Tim pembunuh terbaik sepanjang sejarah itu? Kenapa salah satu dari mereka ada disini?!"

"Rambut ungu, pengguna pedang air, Jovanna!"

Tak ada reaksi muncul dari raut datar Jovanna meskipun banyak murid sudah mengelu-elukannya.

"Senjatanya memiliki banyak rupa dan mampu berubah-ubah sesuai keinginannya. Kalau dia memang menjadi lawan kita…"

"Kita hanya perlu mengalahkannya kan?"

"Kau gila ya Reona?! Anak kelas tiga sekalipun akan kandas dalam hitungan detik melawannya! Dia pembunuh sungguhan!"

"B-bagaimana ini Rotania? Apa kita lari saja?"

"Meskipun kita bersepuluh, tak mungkin kita bisa mengalahkan seorang Oblivion. Perbedaan kekuatannya bagaikan pasir dan kaki manusia yang menginjaknya"

"…"

Wanita berambut ungu terurai itu tak membalas satu pun perkataan mereka, melainkan melangkah kedepan selagi menatap mereka semua.

"Dia benar-benar ingin melawan kita ya?"

"Tak ada pilihan lain!"

Mereka semua saling menatap memberi sinyal.

"MAJU!"

"LARI!"

"EH?"

"HA?!"

Kelima perempuan maju mengarah Jovanna, berbalikkan dengan lima laki-laki yang berlari kearah berlawanan dari mereka.

"Kalian serius?!"

"Semoga beruntung! Kami akan mencari lawan lain sa-"

BUAK!! DUAG!! DZIG!! BUAK!! BUSH!!

Lima laki-laki yang hendak kabur itu terlempar ke arah berbeda-beda disaat yang bersamaan.

Tak terlihat siapa yang melakukan itu, secepat itulah gerakannya.

"Bersiap! Dia sudah didepan kita!"

Kelima vampir perempuan itu kebingungan melihat Jovanna yang berpindah lagi beberapa langkah di depan mereka.

Ketiga petarung sihir sudah berdiri membelakangi dua penyihir dan sudah bersiap dengan kuda-kuda mereka masing-masing.

Terlihat keringat mulai mengucur dari dahi para petarung itu.

"Formasi satu. Maju!"

Aba-aba Odilia memulai pertarungan mereka.

Ketiga petarung itu berlari berderetan dengan kecepatan yang sama menghampiri Jovanna langsung dari depan.

Reona mengeluarkan pedang kembarnya dari sarung yang dia gendong di punggungnya.

Odilia memunculkan nun chaku yang terbuat dari besi bergandengan sebanyak tiga buah potong silinder.

Rioxette menaruh kedua tangannya di depan mukanya bagai petinju.

Jovanna tidak bergerak sama sekali melihat mereka mendatanginya sekaligus.

Kedua vampir yang berdiri di samping kanan dan kiri Reona mendadak berlari melambat.

WUSHH!!

Ayunan menyilang dari pedang kembar Reona mengarah paha Jovanna.

Tanpa menghela nafas, Jovanna menghindar kebelakang menjauhi pedang kembarnya.

Hempasan angin menyilang keluar dari ujung kedua bilah pedang perempuan berambut putih itu mengejarnya.

Jovanna bergerak menghindar dari serangan angin menyilang itu dengan posisi kayang, gerak tubuh elastis dipertontonkan olehnya.

Kedua vampir lainnya yang awalnya berlari melambat itu menginjak pedang kembar Reona dan melompat menerjangnya.

"HIYA!!"

Nun chaku milik Odilia mengunci masing-masing engsel rantai penghubung silinder besinya dan memanjang seperti tombak sepanjang satu meter.

Ayunan nun chaku horizontal mengarah bahu kanan Jovanna dengan cepat.

Tanpa menghela nafas lagi, wanita berambut bergelombang ungu pekat itu memalingkan tubuhnya ke kanan untuk menjauh dari ancaman.

"!!"

BUAK!!!!

Rioxette datang menerjang lebih cepat sebelum ayunan nun chaku mengenai tubuhnya.

Vampir berambut biru air ekor kuda itu berputar seperti gasing dan mengepalkan kedua tangannya diatas kepalanya langsung mengarah padanya.

Formasi umpan serangan hanyalah kacang kering bagi Jovanna.

Menggunakan tapak tangan kirinya, Jovanna memblok serangan putaran menusuk Rioxette dengan tenang.

Meskipun tubuh wanita itu terdorong menjauh, dia tidak kehilangan keseimbangan dan postur bertahannya.

BAKK!!

Vampir berjaket ungu itu menangkap pergelangan tangan Rioxette dan melemparnya kesamping, mengenai tebasan nun chaku temannya sendiri.

Mereka berdua terlempar cukup jauh darinya.

WHUSSH!! BUAKK!!

Jovanna melaju kedepan dan menendang perut Reona, sekaligus memecah pusat formasi mereka.

"Belum!"

Tendangannya tertangkap oleh sebelah tangan perempuan yang cukup berisi itu, dia mencoba untuk melempar Jovanna menjauh.

DESH!! DZIG!!

Memanfaatkan tenaga yang mengunci kakinya itu, Jovanna memutar tubuhnya sedikit kesamping dan mengayunkan kaki kirinya menghantam muka Reona.

Tepat setelah dia mendapatkan kembali pijakannya ke tanah, wanita berjaket ungu itu langsung menerjang kearah Jill yang tidak terlindung oleh siapapun.

"TAK AKAN KUBIARKAN!"

BUM!!

Sebuah silinder besi yang panjang keluar dari tanah hendak menusuk dagu Jovanna.

Tubuh wanita yang cukup ramping itu terlontar ke udara sejauh satu meter lebih bersama dengan nun chaku yang terus memanjang ke langit.

"!!"

Selagi mencoba untuk melihat sejauh mana dia akan terbang, insting Jovanna memperingati ada sesuatu yang mendekatinya dengan cepat, itu adalah pedang kembar Reona.

Pedang kembar itu berbentuk seperti pedang kunai lempar dengan empat mata pisau.

Berpegangan pada nun chaku sepanjang satu meter itu, dia mencoba untuk menangkap pedang itu.

BUAKK!!!

Pedang bermata empat yang seharusnya dia tangkap itu berubah menjadi perempuan yang menghajar mukanya.

Reona sedikit tersenyum karena aksinya.

Namun, senyuman langsung pudar sesaat dia memukul Jovanna.

Pukulannya terpantul sebelum tepat mengenai mukanya, seperti ada sebuah lapisan yang memantulkan tinjunya.

BUAK!!

"Uahk!"

Tendangan kaki ramping Jovanna mengenai pelipis kiri Reona membalas pukulan barusan.

Tanpa perlawanan lebih lanjut, perempuan berambut putih itu terlempar menjauh tanpa daya.

"Masih ada aku!"

Rioxette yang sudah berada di posisi siap balap lari itu akhirnya menghempaskan energi sihirnya untuk mendorongnya berlari keatas menapakki nun chaku yang sudah tergabung sepanjang satu meter lebih itu.

"Berikan kekuatan baru untuk melayanimu, Evach Krach! Redo Euxela!"

Jill menggunakan sihir pembagi kekuatan Cloe padanya.

Muncul aura keemasan membungkus tubuh Rioxette tepat setelah dia berlari, kecepatan berlarinya bertambah.

Jovanna memutar badannya dan menggunakan kaki kirinya untuk melompat menjauh dari nun chaku yang sudah memanjang hampir dua meter.

Kemudian dia memutar telunjuk kirinya.

Pedang yang sejak awal hanya tertancap di tanah bangkit dan terbang mengikuti perempuan berambut biru muda itu dari belakangnya dengan cepat.

"Putaran penusuk maksimal!"

Perempuan dengan postur tubuh atlit lari itu memutar tubuhnya seperti gasing menggunakan kedua tinju di atas kepalanya sebagai poros melesat cepat kearah Jovanna seperti kali pertama dia menggunakan kemampuannya itu.

"Awas!"

Pedang pipih biru tua sepanjang satu meter itu berubah menjadi ular bermata hitam dan melilit kakinya dari bawah.

"Hiii! U…ular?!"

Kaget melihat makhluk yang tiba-tiba melata diatas pahanya, Rioxette membatalkan serangannnya tanpa sengaja.

Melihat lawannya lengah, ular itu berubah bentuk menjadi dua trisula pendek dan melayang kearah wajah Rioxette.

"Kami dilahirkan menggunakan sihir ini! Segeralah melindungi kami semua! Pohvala Poseban!"

Rotania menghambat kedua trisula yang hendak menembus wajah teman timnya itu dengan gestur orang yang menahan sesuatu menimpa kepalanya.

"Uhh… senjatanya seberat ini??"

"Berikan kekuatan baru untuk melayanimu, Evach Krach! Redo Euxela!"

Muncul aura keemasan melapisi tubuh Rotania, Jill mengaktifkan sihir yang sama seperti yang dia lakukan pada Rioxette.

"HIYAAHH!!"

Tak mau tertinggal bertarung, Odilia mengayunkan nun chaku panjangnya, terlihat urat menegang muncul di sisi kanan dan kiri kepalanya.

Sekali lagi Jovanna memutar telunjuk kirinya untuk memanggil pedangnya kembali ke tangannya.

Rioxette berhasil kembali ke tanah tanpa luka, serangan nun chaku Odilia tak mengenai targetnya karena terlalu berat sehingga mudah untuk dihindari oleh Jovanna.

"Putaran maksimal!!"

Sekali lagi menggunakan teknik yang tertunda barusan, Rioxette melesat langsung dari posisinya mengarah Jovanna.

TAK! BRAKK!!

Menggunakan gerakan tak terlihat mata, wanita berambut ungu pekat itu berpindah tempat dan menangkap kepala Rioxette tanpa menghela nafas.

Tanpa ragu dia membanting kepala gadis berambut biru ke tanah dengan keras.

BAM!!

Muncul nun chaku keluar dari dalam tanah dengan posisi vertikal dari belakang Jovanna hendak menabraknya.

KRANGG!!

Satu tebasan lebar membelah silinder besi panjang yang muncul dari tanah itu.

Odilia sudah mengayunkan nun chaku lainnya kearahnya selagi dia sibuk merusak senjatanya.

DZIG!! BUAM!!

Sekali lagi dia bergerak tak tertangkap mata, dia mematikan gerak lawan dan membuatnya tak berkutik.

"Aku masih bisa bertarung!"

Reona kembali lagi untuk melawannya, kali ini raut mukanya terlihat kesal.

WHUOSSHH!!!

Tebasan penuh kedua pedangnya hanya membelah angin, wanita itu sudah menerka arah ayunan pedangnya tanpa melihatnya.

BUAK! DUAK!!

Satu pukulan menyerang pergelangan tangan Reona, membuatnya kehilangan tenaga untuk menggunakan senjata.

Satu tendangan mengenai kepala bagian belakangnya.

"Bagaimana ini Rotania?"

"A-"

DUAK!!

Wanita bersetalan jaket ungu kehitaman itu sudah berpindah ke hadapan mereka dan menendang kepala Rotania dengan cepat.

Perempuan setinggi seratus enam puluh sentimeter itu terlempar ke belakang.

Jill ketakutan dan melangkah ke belakang saja tanpa melakukan perlawanan.

Tatapan dingin tak beremosi sajalah yang terus diperlihatkan oleh Jovanna.

"!!"

BUAK!!!

Seseorang menendang Jovanna dari belakang membuatnya terdorong menjauh dari Jill.

Terlihat sedikit senyuman tergambar dari mulut coklat kehitaman Jovanna.

Rotania kembali berdiri dihadapannya tak tergores sama sekali.