Laju mobil yang dikendarai oleh Arsen semakin cepat ketika Ivan sudah menaikkan kecepatan di angka 350 RPM.
Meskipun ada rasa gentar dengan diri Ivan ketika berada di kecepatan mobil yang di atas rata-rata itu. Namun Ivan tetap berusaha bersikap tenang. Dia yakin kalau Arsen mampu mengendalikan mobil yang sedang dikemudikannya itu.
Entah kenapa perasaan gentar dalam hati Ivan muncul secara mendadak. Dia merasa ini sudah bukan lagi pertandingan balap, namun pertandingan hidup dan mati.
Kecepatan mobil yang berada di angka 350 RPM itu merupakan kecepatan di luar kewajaran untuk ukuran bukan di arena balap. Namun sepertinya Arsen sangat menikmatinya.
Meskipun kecepatan mobil yang dikemudikan Arsen sudah di dalam kecepatan tidak wajar, Namun nyatanya mobil yang dikendarai oleh Revan masih bisa mendahului mobil yang dikendarai oleh arsen dan hal itu membuat arsen terpancing emosinya.
Belum lagi tindakan Revan yang sungguh keterlaluan. Dia membuka jendela mobilnya lalu mengeluarkan tangan kanannya sambil mengacungkan jari tengahnya. Terang saja Arsen yang sebelumnya sudah terpancing emosinya kini semakin terpancing lagi emosinya.
Arsen tidak mau tahu malam ini dia harus juara. Rencana licik sudah tersusun rapi dalam otaknya.
"Van, naikin kecepatan mobil ini menjadi 400 RPM!" titah Arsen.
"Lo gila, Ar. Mobil ini sudah ada di kecepatan 350 RPM dan ini sudah merupakan kecepatan yang gak wajar. Lo masih pengen hidup 'kan?" Ivan benar-benar tak habis pikir dengan otak Arsen.
"Bacot lo! Udah dengerin aja apa kata gue. Gak usah banyak ngomong," wajah dan nada suara Arsen sudah tidak ramah.
Rencana licik yang dilakukan Arseni yaitu, dia akan menyalip mobil yang dikendarai oleh Revan kemudian dia akan bermanuver donat di depan mobil Revan hingga pandangan mobil Revan mengabur dan kehilangan kendali. Setelahnya Arsen akan kembali melajukan mobilnya dengan cepat agar segera mencapai garis finish.
Mau tak mau Ivan harus mengikuti keinginan Arsen. Dia pun menaikan kecepatan hingga 400 RPM. Arsen kembali mensejajari mobil Revan. Bisa terlihat dari kaca samping bagaimana murkanya wajah Revan. Arsen tertawa bahagia.
Deru mobil saling bersahutan ketika kedua mobil itu sudah berada dijalan yang sama. Kedua mobil saling memepet. Sesekali terdengar decitan yang kuat dari dalam mesin saat pergantian persneling. Sesuai dengan kecepatan akibat perpaduan antara gas, rem dan juga kopling.
Mobil yang dikendarai oleh Arsen sudah kembali menyalip mobil Revan. Dia tampak sudah bersiap untuk melakukan drifting pilihannya yaitu bermanuver donat di ujung jalan menukik.
"Lo mau ngapain, Ar?" perasaan tak enak Ivan makin menjadi.
"Gue mau bermanuver donut," jawab Arsen santai namun masih tetap fokus pada rencananya.
"Buat apa, Ar?" Ivan heran.
"Lo lihat aja sendiri,"
Dalam kecepatan mobil yang sudah tidak wajar itu, harusnya Arsen tetap konsentrasi pada tujuannya di garis finish bukannya malah bermanuver.
Ujung jalan menukik itu sudah terlihat. Posisi mobil yang dikendarai oleh Arsen sudah berada di depan mobil yang dikendarai oleh Revan.
Arsen berusaha menstabilkan roda depan dan belakang. Tangannya yang bermain di hand breaking membuat ban belakang mobilnya beberapa kali terangkat ke atas.
"Ada celah, Ar. Sekitar seratus meter dari sekarang. Lo bisa drifting di sana!" ucap Ivan.
"Oke bersiap, three ... Two ... One ... Go!" teriak Arsen
Arsen melakukan back manuver kemudian menambah kecepatan dan kini posisinya sudah berada di posisi drift oversteer.
Mobil yang dikendarai Arsen yang sudah berada di kecepatan 400 RPM melesat jauh melewati mobil yang dikendarai oleh Revan. Arsen segera menarik hand breaking sehingga ban depan tidak dapat bergerak.
Dia bermanuver donat 360°. Kepulan asap keluar dari putaran mobil Arsen, baik itu asap yang keluar dari knalpot maupun asap akibat gesekan udara dengan pasir yang ada di jalanan.
Tentu saja kepulan asap dan pasir mengganggu jarak pandang mobil Revan hingga dia terpaksa harus menginjak pedal rem secara mendadak.
Tanpa Arsen sadari, pengaman kunci pintu sebelah kiri di mana Ivan berada terlepas dan menyebabkan pintu terbuka. Tekanan dan hempasan yang kuat akibat mobil yang sedang berputar membuat Ivan terhempas keluar tanpa sempat berpegangan pada apapun.
Arsen panik dia mengangkat kaki kanannya yang sedang menginjak pedal gas dan menggantinya dengan menginjak pedal rem secara perlahan. Dalam hitungan waktu tiga puluh detik, mobil yang dikendarai Arsen berangsur berhenti.
Revan yang sudah lebih dulu berhenti segera keluar bersama jokinya karena melihat sesosok tubuh terlempar keluar dari tengah kepulan asap knalpot dan asap pasir jalanan.
Arsen segera membuka pintu dan langsung berlari ke arah tubuh Ivan yang menggelepar. Meski kepalanya menggunakan helm, namun Arsen bisa melihat ada aliran darah yang keluar dari helm Ivan.
"Lo gila, Arsen! Sebenci-benci gue sama lo tapi gue gak punya otak sesinting lo!" sembur Revan.
Arsen hanya bisa termangu sambil membuka helm Ivan. Hatinya pedih karena Ivan adalah sahabat terbaiknya sejak SMA. Berbeda dengan Bastian dan David, mereka baru Arsen kenal setelah dirinya sering main ke night club.
"Bangun, Van. Lo gak boleh gini. Harusnya juga gue yang ada di posisi lo," teriak Arsen. Ini pertama kalinya lagi Arsen meneteskan air mata setelah terakhir kali Arsen menangis akibat cita-citanya sebagai pilot kandas sebab ditolak mentah-mentah oleh Garth
"A-Ar … Gu-gue titip istri dan anak gue … Jagain mer- mereka," genggaman tangan Ivan perlahan melemah.
"Dasar bego! Bukannya cepetan dibawa ke rumah sakit ini malah diem sambil mewek. Cemen amat sih lo jadi cowok," Revan segera berlari ke arah mobilnya lalu membereskan jok belakang yang dipenuhi barang-barangnya.
Arsen dan laki-laki yang jadi jokinya Revan segera menggotong tubuh Ivan yang masih menggelepar seperti sedang menahan sakitnya sakaratul maut.
Mobil Revan melaju ke arah jalan raya menuju rumah sakit terdekat. Sementara jokinya Revan membawa mobil Arsen menuju garis finish sembari mengabari kecelakaan yang telah terjadi.
Sementara di mansion Kingsley, Garth terlihat sedang duduk di kursi kerjanya. Sebenarnya saat Arsen sedang memasuki kamar tidurnya, Garth terjaga karena mendengar suara pintu kamarnya yang ditutup dari luar.
Garth terbangun dan memeriksa benda apa yang hilang dari kamar tidurnya. Dia menemukan kunci mobil balap milik Arsen sudah tidak ada ditempatnya.
Garth melihat dari jendela kamarnya saat mobil itu melesat keluar dari halaman mansion Kingsley.
"Anak kurang ajar itu makin hari makin tidak terkontrol. Yaa Allaah … Apa aku salah menginginkannya menjadi penerusku di perusahaan? Aku ingin Arsen dan Darren bahu-membahu untuk tetap mempertahankan kejayaan Kingsley Mediatama dan Kingsley Hotel," Garth menghela napas. "Eeh … Tunggu. Seingatku pintu kiri mobil sport itu rusak karena sempat hampir dibobol maling dan belum dibetulkan sampai saat ini," gumam Garth panik.
Hi, my reader. Arsennya balik lagi nih. untuk sementara bisa uploadnya 2 chapter per minggu selama masa scrinning.
Ditunggu review-nya dan jangan lupa masukan ke Rak kalian ya.
Makasih banyak.
follow akun sosmed author ya?
Pesbuk: Za Alana
Igeh: alana_4444_author