Aku berharap mereka tidak menyadari keberadaanku.
Selesai makan aku buru buru ke toilet sementara kak Egy membayar tagihan. Aku membenahi make upku. Dan menata rambutku. Aku tidak seperti yang dulu pasti dia tidak akan mengenaliku. Tapi orang yang bersamanya pasti mengenaliku. Aku harap dia tidak menyadariku. Dandananku tidak seperti saat pertama kali kita bertemu.
Aku buru buru keluar dan aku terkejut. Egy berbincang dengan orang itu kenapa kak.
"Saya permisi dahulu ingin mengantarkan nona ini kembali." ujar Egy kepada pria yang tidak ingin aku lihat.
"Tunggu dulu kenapa terburu-buru." ujar lelaki berambut coklat terang bermata biru sebiru langit.
"Nona Reafellie pasti ingin berkeliling terlebih dahulu." ujarnya mentapku.
Gawat dia menganaliku. Aku terkejut tapi kak Egy lebih terkejut lagi. Ia pasti bertanya tanya kenapa dia tau siapa aku.
"Oh anda mengenal nona Reafellie?" tanya kak Egy penasaran.
"Yah kami sudah lama mengenal. Bukankah begitu nona." ujar lelaki menyebalkan yang ada di hadapanku dengan sedikit penekanan di akhir kalimat.
"Dia lelaki yang saya ceritakan sebelumnya. Yang menghancurkan gigi gigiku. Sampai detik ini masih terasa sakit." terangku kesal.
Egy tidak begitu senang.
"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya nona." ujar laki laki di samping lelaki yang menyebalkan.
"Tentu saja tidak. Ini pertama kalinya."
"Bagaimana anda memastikan bahwa anda belum bertumu dengan nya." ujar lelaki brengsek sekali lagi.
"Mungkin saja anda pernah bertemu dengannya sebelumnya, di masa lalu." lanjutnya yang semakin membuatku semakin kesal.
Aku berusaha untuk tenang.
Ia tersenyum.
"Dia Bayu Handika." ujarnya mengenalkan pria yang ada di sampingnya.
Egy berusaha keluar dari pembicaraan ini dan menyeretku keluar tapi tidak berhasil. Aku malah terbawa arus oleh lelaki pirang ini yang tak lain adalah bos besar Egy. Kak Egy tidak bisa berbuat apa apa. Di sini ia hanya mengenalku baru kemarin sedangkan pria brengsek ini sudah ku kenal dua tahun yang lalu.
"Anda meninggalkan teman anda begitu saja?" tanyaku saat ia menyeretku ke mobilnya.
"Siapa? Egy atau Bayu?"
"Bayu."
"Dia bukan teman. Melainkan rekan bisnis. Saya bekerjasama dengan perusahaannya." terangnya.
Aku berhenti mendadak saat ia membukakan pintu mobil sport dan menyuruh ku masuk.
Pria brengsek ini benar benar kaya.
Dalam perjalanan ia bertanya.
"Apa kau kecewa mangsamu lenyap begitu saja?"
Aku terkejut. Aku tak tahu apa yang ia bicarakan.
"Maksud anda?"
"Kau pasti kecewa gagal memangsa Egy dan Bayu. Mereka berdua sama sama sukses. Tapi tidak akan saya biarkan anda memangsanya."
Pria ini masih sama saja mengira aku adalah pengeruk harta. sebelum rambutku pirang rambutku berwarna merah. Dan dia memiliki penilaian yang buruk terhadap wanita berambut merah. Ia mencap diriku wanita tidak baik.
"Turunkan saya sekarang juga." ujarku menatapnya marah.
Ia seakan tak mendengar.
"Tuan Michael London, tolong menepi saya turun di sini saja." ujarku lagi menahan marah.
"Kenapa? Apa anda ingin berbalik memangsa mereka?" sahutnya ketus tanpa melihatku dan melajukan kendaraannya.
Semakin ku tahan emosiku semakin berembun mataku. sepertinya aku hanya bisa menahan untuk tidak berkata kasar tapi aku tidak bisa menahan air mata karena merasa tertekan.
Lelaki ini hanya bisa memhuatku sakit. Sebulan setelah aku menjadi Violet dia orang pertama yang membuatku kesal dan masuk dalam blacklistku. Kini aku bertemu kembali dengannya di negara yang ingin ku lupakan.
Aku semakin terisak dan dia hanya terkekeh seskan akan ia sudah menungguku untuk menangis.
Hancur sudah penampilanku. kedua lensaku lepas karena air mataku.
Saat lampu merah ia menatapku. Aku tahu dia menatapku tapi aku tidak berani menatapnya. Aku tidak ingin melihat ia menghinaku lagi dengan tatapannya.
Ia diam sepanjang jalan dan aku hanya bisa menangis. Hari ini sungguh sangat buruk.
Ia menghentikan mobilnya lalu keluar. Ia membukakan pintu mobil untukku dan menyuruhku keluar dengan ketus. Nama dan wajahnya bagaikan malaikat tapi ia sebenarnya adalah iblis. Mengapa ia begitu kejam kepadaku.
Aku tidak kuat berjalan. Ia menyeretku ke pertokoan elit.
Bukankah ia mengatakan akan mengajakku berkeliling. lalu kenapa ia membawaku ketempat seperti ini.
"Make over dia dari ujung kaki hingga ujung kepala. Aku ingin rambutnya di cat ulang. Warna coklat mungkin. Aku ingin perubahan yang dramatis untuk acara pesta nanti malam." ujarnya begitu masuk.
Tunggu dulu apa maksudnya ia menyuruh pegawai make over diriku karena hendak ke pesta? Yang benar saja. Apakah dia ingin mempermalukanku. Aku tidak ingin berubah lagi. Aku tidak ingin.
"Tunggu dulu. Apa maksud anda tuan London."
"Anda diam saja dan menurut. Aku pergi sebentar." ujarnya lalu pergi begitu saja meninggalkanku seorang diri bersama pegawai pegawai toko.
Aku sendiri masih bingung. Ini salon atau butik atau apa?
Mungkin aku gak kayak dulu lagi dalam menulis. Sudah 8 tahun sejak novel terakhirku. Bab novelku kali ini memang jauh lebih pendek dari pada novel novel ku yang lain. Mohon di maklumi aku masih menyesuaikan.
kedepannya saya akan posting seminggu sekali setiap hari sabtu.