webnovel

Chapter 90 Caged The Beast

Setelah hal itu, Neko kembali ke kantor dan bertemu dengan Roiyan yang melemparkan tatapan tajam.

"Aku dengar kau diminta Tuan Matthew untuk berusaha menghapus artikel yang baru baru ini beredar di banyak Direktur," tatapan nya sambil menyilang tangan.

". . . Aku membuat nya kecewa, dari awal ini semua juga kesalahan ku," Neko membalas dengan tatapan yang sangat putus asa dan menghela napas panjang.

"Tak perlu khawatir kau gagal menyelamatkan Tuan Matthew dari artikel negatif yang tidak di ketahui asal nya itu," kata Roiyan yang menatapnya di depan mejanya.

"Dia juga meminta untuk menggantikan ku, siapa yang menggantikanku?" Neko menatap.

"Pei Lei, dia bisa mengatasi itu."

"(Begitu, sepertinya aku tidak bisa,)" Neko menghela napas lalu berbalik dan berjalan pergi. Roiyan menatapnya dan sekilas melihat rambut merah manis Neko. "(Kenapa dia seperti memiliki sebuah pemikiran yang tak bisa dia pikirkan,)" ia terdiam berpikir.

Sementara itu di kantor pribadi Beum. Berdiri Matthew didepan mejanya.

"Aku masih mencari cari, siapa orang yang kugantikan posisinya, bahkan seorang pencari identitas saja tak bisa menemukanya, tak ada data sama sekali darinya," kata Beum. Dia membicarakan Neko yang bahkan ia belum bertemu dengan nya.

". . . Untuk apa kau mencarinya?" Matthew menatap serius.

"Hmp... Untuk melakukan sesuatu padanya, sudah jelas dia adalah tipe orang yang cerdas tanpa meninggalkan jejak apapun untuk kucari. Aku yakin dia sedang memikirkan cara untuk balas dendam. Aku harus memburunya, bagaimanapun juga, dia itu adalah orang yang berbahaya," Beum membalas dengan rasa kesal.

"Apa yang akan kau lakukan jika bertemu dengan nya?" Matthew menatap.

"Aku akan membunuh nya, apapun yang terjadi, karena, aku takut dia akan merebut kekuasaan ku kembali, melalui perantara maupun tidak," balas Beum membuat Matthew terdiam.

". . . Bukankah kau sudah tahu, kita juga sudah tahu bahwa Neko sudah mati, tidak ada informasi lagi selain kematian yang di buatnya saat itu...."

". . . Yeah, aku tahu itu, kau pernah bertemu dengan nya kan?"

"Tidak hanya pernah, tapi aku ingin dia menjadi milik ku," Matthew langsung mengatakan itu membuat Beum terdiam dan mengatakan sesuatu.

"Kau tahu, aku dari awal sudah mengira, kau memang dapat menarik perhatian gadis yang di sebut sebagai harimau itu, karena patung yang kau buat, patung itu sekarang ada di tempat ku kan..."

"Kau yang memintanya aku meletakan nya di sana...."

"Aku juga setuju jika tidak di pajang, patung secantik itu, model nya yang cantik, tidak mungkin dilihat banyak orang," kata Beum.

". . . Aku ingin bertemu dengan nya lagi," Matthew menatap bawah dengan mata membosankan nya.

"Jangan khawatir Matthew, selama ini dia yang sudah meninggalkan mu bukan, tidak usah di pikirkan, hanya cukup fokus saja pada hubungan mu dengan Suzune, putri Direktur Geun, biarkan aku yang mengurus gadis ini, dari awal hubungan kalian memang nya apa, hanya sebatas kontrak darah dan pahatan model," kata Beum membuat Matthew kembali terdiam.

"(Yeah.... Sebuah kontrak yang telah terputus, dan yang melakukan nya adalah takdir.)"

--

Malam itu, di apartemen Neko, Kim berjalan ke dalam apartemen melihat Neko yang ada di balkon membelakangi nya.

"Nona Akai," Kim menatap Neko yang sedang berdiri di balkon apartemenya menatap suasana luar. Dia tak menoleh ketika Kim memanggilnya dan hanya menikmati suasana depan nya sambil mengemut permen apel nya.

"Nona Aka-

"Ada apa, kenapa kau tidak mengetuk pintu?" Neko menyela, tapi dia masih belum menoleh.

"Maafkan aku, aku lewat jendela. Karena aku punya info penting," Kim mendekat. "Tuan Beum akan memburu Anda, karena dia sudah tahu bahwa anda menghapus semua identitas tanpa terkecuali."

"Apa yang perlu aku khawatirkan, biarkan saja itu sudah cukup, bukankah dia masih percaya soal aku mati, informasi kematian ketika aku di Seoul, bukankah masih tersebar bahkan di telinga si bajingan itu," kata Neko.

". . . Dia berpikir bahwa anda masih ada, dan di sini di antara putra marga Jyoun, yang mencurigai bahwa anda Neko adalah Tuan Matthew karena anda bertemu dengan nya tadi kan," Kim menatap.

"Aku tidak peduli itu, biarkan saja jika dia mencari ku sebagai orang di organisasi sindikat," balas Neko.

"Tapi, ini bersangkutan dengan pekerjaan kantor anda saat ini," kata Kim.

Sebelumnya terlihat Satori keluar dari balkon, ia menatap Neko yang berdiri di balkon miliknya sendiri. Satori tersenyum agak malu dan akan memanggil, tapi tak disangka sangka ia melihat Kim mendekat ke Neko dan bicara sesuatu. Ia terkejut dan terdiam. "(Dia sudah punya pacar,)" ia berpikir bahwa Kim pacar Neko.

Karena penasaran, Satori tetap diam di tempatnya menatap mereka meskipun kurang jelas karena Neko ada di lantai atasnya.

"(Kira kira apa yang mereka bicarakan, kenapa wajah Nona Akai terlihat begitu...)" rupanya Satori memanggil Neko dengan sebutan tinggi karena dia tahu bahwa Neko lebih tua dari dia.

"Itu tidak bisa terjadi," tiba tiba Neko berteriak kesal. Membuat Satori terdiam menatap itu, dia juga agak terkejut. "(Aku benar benar baru pertama kalinya melihat teriakan amarah dari seseorang yang memiliki wajah datar seperti nya.)"

"Aku mengerti Nona Akai, Anda harus segera bertindak, tinggalkan pekerjaan ini. Lupakan soal perebutan museum, ini semua sudah sangat beresiko karena Tuan Beum terus mengatakan soal anda, soal kematian anda yang palsu, masa berlaku surat kematian palsu itu hanya sebentar sekarang," Kim menatap.

"Tidak bisa, aku sebentar lagi akan mendapatkan museum itu, aku hanya perlu informasi soal orang yang bekerja sama dengan Beum."

"Memang nya kenapa jika ada orang yang tetap bekerja sama dengan nya?"

"Jika aku mengetahui nya, aku bisa mengambil alih dokumen dana yang di berikan Direktur yang bekerja sama dengan Beum, dengan begitu aku akan mendapatkan dokumen soal kunci mendapatkan museum," kata Neko.

"Kau sudah dapatkan orang yang bekerja sama dengan Beum?" tambah nya menatap Kim dengan sangat serius.

"Nona Akai, aku sudah tahu tapi aku tidak akan memberitahunya," Kim menatap serius.

"Huh? Kenapa tidak, cepat katakan padaku," Neko memukul pagar balkon dengan genggaman nya karena kesal.

"(Aku sudah bilang dari awal bahwa rencana ku ini benar benar beresiko untuk nya... Tapi dia benar benar keras kepala, aku tak mau dia kenapa napa lagi ataupun terluka karena Beum.) Jika aku memberitahunya kau tetap tidak akan berhenti mengejar museum itu. Aku tidak akan memberitahumu ini juga demi keselamatan Anda."

"Aku mengerti," Neko tersenyum kecil. "Kau sudah menghianati Aku," tambah nya. Seketika Kim terkejut. "Tu-tunggu, apa maksud Anda?!"

"Kemasi barangmu, kau akan ku kirim kembali kekorea, temui adik mu itu atau cari orang lain," Neko melewatinya pergi.

"Tunggu dulu Nona Akai, aku tidak menghianatimu, aku hanya mencoba membuat Anda aman, percayalah padaku," Kim menahan tangan Neko.

Tapi Neko menarik tangan nya. "Untuk apa!! Ini semua sudah menjadi takdir ku!! Tak peduli aku sakit!! Tak peduli aku di tinggalkan!! Keinginan ku tetap dikatakan oleh takdir!! Jika aku bersikeras ingin merebut kekuasaan maupun jabatan ku, kau seharusnya membantu ku!! Bukan malah membuat ku menyerah!!" Neko langsung berteriak.

Kim terdiam menyesal. ". . . (Dari awal.... Aku ingin menjadi orang yang selalu ada di sisi nya, selalu menjadi orang yang dapat di andalkan olehnya... Karena itulah sifat ku berbeda dari Hyun dan Jun, aku merasa lebih peka jika harus berada di depan nya....) . . . Sebenarnya, aku juga punya rasa cinta untukmu, kau dari awal membantu ku dengan tatapan yang tak biasa, tatapan yang tidak semua orang punya, aku ingin sekali melindungi mu, tak peduli aku harus di anggap apa karena aku sudah di butakan oleh obsesi ku," kata Kim sambil memegang kedua tangan Neko. "Aku mohon Nona Akai, jangan keluarkan aku... Dari awal kau juga telah merawatku seperti anjing kecil, aku tadi memberitahu mu bahwa ini sangat berbahaya," Kim menatap. Dia benar benar begitu sedih sekaligus kecewa membuat Neko terdiam.

". . . Ha... Jangan mulai drama, aku tak suka," Neko melepas tangan nya. "Sudahlah, kau tak perlu bersikap begitu lagi, hanya perlu berikan aku nama orang itu."

"(Sepertinya aku hanya akan rela jika dia nanti semisal terluka....)" Kim terdiam lalu mulai berkata. "Direktur Geun."

--

"(Apa yang sedang mereka bicarakan, museum? Kekuasaan, kantor? Bukan nya itu tempat kerja kakak?)" Satori terdiam berpikir. Lalu kembali masuk kedalam. Namun terlihat seorang pria masuk yang rupanya itu adalah Roiyan. "Tuan Roiyan," Satori menatap.

Kenapa Roiyan ada di sana dan ini akan menjadi pertanyaan kenapa dia seperti memiliki hubungan dengan Satori.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Roiyan.

"Aku, baik baik saja," Satori membalas dengan sedikit terlihat sedih.

"Apa yang terjadi, apa ada sesuatu?" Roiyan menatap.

"Em... Apa Anda kenal dengan orang sebelah?"

"Maksudmu perempuan berambut merah itu, dia salah satu Manajer di departemen dan menjadi karyawan di projek museum bagian atas, dia sudah terampil sejak awal."

"Dia... Lebih baik kau tidak mendekatinya," kata Satori membuat Roiyan bingung.

"Sepertinya dia ingin mendapatkan museum itu."

". . . Apa yang kau bicarakan, sudah jelas dia hanya bekerja."

"Aku mendengarnya sendiri, dia berbicara dengan seorang lelaki saat di balkon. Mereka seperti merencanakan sesuatu, bagaimana jika Anda ikut terlibat?" Satori menatap khawatir.

"Tenanglah, aku akan baik baik saja. (Tidak mungkin Luna merencanakan sesuatu,)" Roiyan membalas. "Kalau begitu aku akan kembali bekerja."

"Berhati hatilah," kata Satori. Lalu Roiyan berjalan keluar namun ia tak berjalan kebawah, ia naik ke atas seperti akan menemui Neko. Namun saat ia akan berbelok ke pintu Neko, ia terkejut dan kembali berjalan pergi tak jadi mampir karena seorang pria keluar dari sana dan itu adalah Kim. Kim menatap bingung Roiyan yang berjalan menjauh. "(Itu?)"

"Ada apa?" Neko menatap Kim dari dalam.

"Ah... Tidak ada apa apa, apa Anda benar akan pergi sekarang?"

"Ya, aku akan bersiap, kau panggil saja Jun dan Hyun untuk menghantarku," kata Neko.

"Biarkan aku saja yang mengantar, kebetulan aku kemari membawa mobil."

"Apa kau lupa kau masih punya pekerjaan pada Beum, mungkin dia sedang mencarimu sekarang," Neko menatap jam dinding. Seketika Kim terkejut. "E... Aku pergi dulu," ia berlari pergi dengan panik.