webnovel

Chapter 190 Tiger Cat and Alfa Wolf

"(Aku seharusnya tahu bahwa aku harus menjadi penerus dari bisnis keluarga ku yang dulu, tapi aku tidak pernah menerima hal itu. Aku lebih baik menjadi penjual ilegal dari pada harus di pegang oleh budak keluarga, harusnya aku yang menjadi pemimpin dan sekarang tanpa mereka aku sudah tidak bisa menjadi pemimpin karena tidak ada yang aku arahkan untuk aku pimpin,)" Felix menghela napas panjang dan meletakan bolpen nya lalu mengambil rokok nya dan meletakan nya di mulutnya, tapi ia teringat bahwa korek nya di bawa Neko.

"(Hm benar... Aku benar benar susah jika dia tidak ada di sini,)" ia tersenyum kecil sendiri tapi tiba tiba ada yang membuka pintunya tanpa mengetuk yang rupanya itu Neko.

Felix terdiam mengangkat satu alis melihat Neko masuk begitu saja dengan wajah kesal. Mendadak Neko mendobrak mejanya. "Suruh dia pergi!!" tatap nya dengan marah.

Felix terdiam lalu menoleh ke belakang Neko yang rupanya Yurito masih ada di sana.

Seketika Felix tersenyum dan tertawa kecil. "Rupanya memang benar, aku salah menyewa pengawal untuk mu, benar bukan?" tatap nya tapi Neko hanya memasang wajah kesal itu.

"Tu... Tuan Felix, saya hanya memastikan Nona Akai tidak pergi kemana mana karena itu yang Anda minta kepadaku," tatap Yurito dengan sedikit gemetar ketakutan.

"Ah benar, aku memintamu untuk mengawasinya, kalau begitu kau bisa pergi dan tidak perlu kembali lagi ke sini."

"Apa?" Yurito menjadi terdiam kaku.

Lalu Neko melirik padanya membuat Yurito terdiam. "Kau sudah dengar itu... Pergi dari sini!!" tatap nya dengan berteriak tegas.

"Ba.... Baiklah... Pe.. permisi!!" Yurito langsung keluar dengan ketakutan. Sepertinya mental nya kena.

Saat dia sudah pergi, Neko masih memasang wajah kesal itu pada pintu Yurito pergi tadi.

Lalu Felix memegang pipi Neko membuat Neko terkejut dan menoleh padanya. "Bagaimana sikap itu kau tunjukan pada dia yang masih baru?" tatap nya pada Neko.

"Ini memang sikapku, dan aku yakin ini juga pilihan buruk mu dalam memilih bawahan paling buruk, aku lebih suka bawahan ku," balas Neko dengan lirikan nya.

"Kau lebih suka bawahan mu karena mereka selalu mengerti perkataan mu, tidak semua orang bisa mengerti perkataan mu, termasuk aku yang pastinya akan susah mengerti apa yang kau katakan, jadi aku hanya akan mendengarkan apa yang aku katakan sendiri," kata Felix sambil berdiri. 

"A... Apa.... Aku tidak mengerti!!" Neko mundur perlahan waspada. 

Lalu Felix berjalan di hadapan nya. "Kau selalu berteriak, marah, kesal dan sebagainya tapi kau tidak pernah menunjukan hal yang belum pernah kau lakukan," kata Felix lalu ia duduk di meja sambil menghadap Neko yang berdiri terdiam di depan nya. 

"Kaki Felix yang panjang membuat nya harus meluruskan nya. "Kau sudah menunjukan wajah merona, wajah menangis, tersenyum dan sebagainya padaku. Jadi sudah di pastikan aku sudah mengenali semua ekspresi mu, kecuali satu aku belum pernah melihat mu membunuh seseorang," kata Felix. 

"Kau melihat ku membunuh dua orang itu di hotel," Neko melirik lalu Felix terdiam dan mengeluarkan rokoknya dan meletakan nya di mulutnya. 

"Aku melihat mayat saja, bukan menyaksikan bagaimana caramu membunuh. Tapi jika aku melihat kau membunuh seseorang, sepertinya itu akan menjadi hal yang tabu untuk ku," tambahnya lalu ia menatap Neko dan mengisyaratkan tangan nya. "Kemarilah dan lakukan tugasmu," ia menatap lalu Neko melihat rokok di mulut Felix. Ia mendekat sambil merogoh sakunya karena ia akan menyalakan rokok Felix dengan korek yang ia bawa. 

Tapi Neko terdiam merogoh sakunya dengan panik. 

"Ada apa?" Felix menatap. 

"Aku... Tidak membawanya," balas nya dengan menundukkan wajah. 

"Haaaahhh.... Baiklah, terserah saja, aku belum bilang hukuman jika kau tidak membawanya." 

"Aku memang tidak membawanya, ini karena aku buru buru kemari," balas Neko dengan kesal. 

"Terima saja hukuman ini, aku merokok karena bosan dengan apa aku harus menghibur mulutku, karena sekarang kau tidak membawanya, kau harus menggantinya, dengan ciuman," kata Felix. Seketika Neko terkejut tak berkutik. Ia akan mundur tapi tangan Felix menahan pinggang nya membuat nya terdiam tak bisa kemana mana. 

"Aku menunggu mu, kupikir banyak yang telah mencium mulut mu itu, memang nya apa yang kau takutkan... Ini hanya sebuah ciuman saja," Felix menatap. 

Neko menjadi terdiam dan sedikit menelan ludah hingga ia menghela napas panjang dan memegang kedua pipi Felix. 

"Hanya satu saja," tatap nya lalu mendekat mencium bibir Felix. Mereka saling menutup mata tapi Neko melepasnya dengan durasi yang sangat cepat. 

"Sudah cukup," ia menatap sambil menutup mulutnya sendiri. 

"Cih itu bukan yang aku inginkan dan tidak termasuk di hitung pengganti hukuman." 

"Apa..... Tapi kau bilang hanya ciuman biasa?!" Neko menjadi berteriak tidak terima. 

"Ciuman biasa bukan sekedar memiliki durasi pendek, tunjukan kegairahan mu padaku dengan ciuman dalam, keluarkan lidah kecilmu dan nikmati saja," Felix menyela dan menarik dagu Neko untuk mendekat kembali melakukan ciuman. 

Kali ini mereka melakukan ciuman dalam. 

"(Aku tak bisa bernapas,)" Neko menahan napasnya seketika mendorong Felix. "Akh .. Coughh..." 

"Kau seharusnya mengatur pernapasan mu itu," kata Felix kembali menariknya dan akan mencium nya tapi Neko terdiam panik. "Akhhh aku tak mau!!" ia berteriak seketika menghindari ciuman itu dan malah menggigit leher Felix hingga berdarah. 

Felix terdiam membuat mata lebar. Ia lalu tersenyum kecil dan menekan punggung Neko untuk mendekat sangat dekat. 

"(Rasakan ini kau sialan,)" Neko mengigit sangat dalam hingga darah Felix mengalir dan masuk ke tenggorokan Neko. Tiba tiba Neko bermata terkejut. 

"Ini..." ia melepas gigitan nya dan menatap bekas gigitan di leher Felix itu.

"(Kenapa rasanya benar benar berbeda, lebih sangat enak, padahal ini bukan pertama kalinya aku memakan darah nya bukan?)" batin Neko. Lalu ia menjilat luka itu membuat Felix terdiam bingung. 

"Drakula kecil, apa kau menyukai darah ku ini huh, sudah kubilang kita berdua terikat takdir," kata Felix. 

Seketika Neko yang mendengar itu menjadi berhenti melakukan itu dan langsung menatap wajah Felix. 

Terlihat bekas darah masih ada di mulutnya, Felix hanya memasang wajah santai itu dengan senyuman kecilnya lalu mengusap darah dari mulut Neko dengan jari nya. "Jika kau mau, kau bisa memakan ku sesukamu, aku akan suka jika kau lebih seperti ini nantinya, tapi ada syaratnya... Berikan aku bayi," tatap Felix. 

"(Sangat bodoh....) Aku tidak mau," Neko membuang wajah dengan wajah yang merah merona. 

"Baiklah, kalau begitu bantu aku di sini, jadilah pendampingku dalam pesta yang aku hadiri nanti." 

"Apa! Aku tidak berhak."

"Kau berhak tentu saja, karena kau juga seharusnya ikut dalam pesta itu, bersiap siaplah."

"Aku tidak mau!!" Neko langsung membalas. 

"Apa kau mau aku paksa melakukan ciuman itu lagi? Aku bisa mengajarimu hingga mulut mu basah."

"B..... Baiklah aku akan ikut, jangan mencium ku lagi apalagi menyentuhku... Baju apa yang harus aku kenakan?" Neko menatap. 

Lalu Felix tersenyum kecil, seringai merencanakan sesuatu. Tiba tiba saja, ia menarik Neko dan langsung meletakan Neko di meja kantor nya yang tinggi, sebelumnya dia menyingkirkan barang barang di sana langsung menggunakan tangan nya dan meletakan Neko.

"Apa?! Apa yang mau kau lakukan?!" Neko menatap kaku.

"Biarkan aku menikmati permen terlebih dahulu karena aku tak bisa menyalakan rokok," kata Felix, ia membuka kancing baju Neko dan mendekat mencium beberapa kali tubuh Neko.

"Ah, tunggu, jangan di sini...."

"Jangan khawatir, kita tidak akan melakukan seks, hanya biarkan aku mencumbu mu," kata Felix sekali lagi membuat Neko terpucat.

Sorenya Neko berhenti berjalan menoleh ke apartemen besar tempatnya, ia baru saja pulang dari bekerja. 

"(Rasanya sangat lelah, aku ingin berbaring saja, untung nya tadi dia tidak melakukan seks.... Tapi tubuh ku sakit, pasti banyak tanda memar, dasar mulut serigala....)" ia sudah memasang wajah lelah. 

Bahkan dia tak sadar jika di bawah lehernya yang tidak tertutup itu ada banyak bekas cupang nya, dia selalu mendapatkan cupang ketika berada di sisi Felix, apalagi dia terus saja tidak enak badan karena Felix, dia terpaksa tidak bisa lari dan sekarang hanya bisa menghela napas panjang setelah membiarkan Felix melukai tubuhnya dengan bekas cupang.

Tapi ada sesuatu yang memanggil. "Nona... Neko," seseorang memanggil, Neko menoleh dan menjadi terkejut karena itu adalah Kim. Dia berlari dari jauh dengan setelan baju pengawal nya. 

". . . Kim?" tatap Neko dengan mata lebar tak percaya. Bagaimana bisa dia bertemu Kim setelah mendapat kabar bahwa Kim mati dan melupakan nya selama berbulan bulan.

"Huf... Maafkan aku, aku terlambat," kata Kim yang terengah engah sampai di hadapan Neko. 

"Kau... Benarkah kau Kim?" Neko masih tidak percaya, setelah sangat lama tidak bertemu dengan orang terpercaya nya. 

"Ahaha lama tidak bertemu Nona Neko, aku benar benar senang bertemu denganmu, maaf kan aku, karena.... Aku mungkin harus menghadapi kematian," kata Kim. 

Tapi tiba tiba saja Neko terdiam dingin membuat Kim menjadi tidak nyaman.

"Aku tersiksa disini, kenapa kau malah meninggalkanku huh?" tatap nya dengan gelap dengan aura membunuhnya. 

"(Astaga dia langsung murka!) Ma... Maafkan aku, Tuan Felix menangkap ku dan... Aku terluka parah jadi mungkin sedikit di rawat di rumah sakit," kata Kim.

"Dia memberitahu apa padamu selain menjagaku?" tatap Neko. 

". . . Maafkan aku Nona Neko," Kim menjadi menundukkan badan. 

Lalu Neko menjadi mengerti sesuatu dengan menggigit bibirnya sendiri. Kim sudah tak mau mengatakan rahasianya dengan Felix. 

"Aku mengerti, kau sudah lari dariku... Kau sudah mulai menghianati ku, Kim," kata Neko. 

"Apa...!? Tidak maksudku... Aku tidak menghianati Anda... Nona Neko percalayah padaku, Tuan Felix benar benar memintaku untuk menjagamu, karena kau tidak suka dengan pengawal baru darinya," kata Kim, seketika Neko terdiam. "(Dia... Memilih Kim... Hanya untuk aku bisa menerima ini semuanya.)"

"Nona Neko... Aku mohon percaya lah padaku," tatap Kim.