webnovel

Akademi Kerajaan (1)

"Ja-jangan..." Kale terbatuk. Ia berusaha mendongakkan kepalanya yang sudah diselimuti oleh banyak darah. "Jangan b-bawa Louis..." Tangan Kale seolah menggapai Louis yang perlahan berjalan menjauh bersama dengan seseorang di sisinya. Pandangan mata Kale sudah berkunang-kunang, kepalanya terasa berdenyut sakit saat ia berusaha bangkit berdiri. Meski begitu, Kale tetap berusaha berdiri dan mengejar Louis.

Namun saat Kale baru berjalan dua langkah dari tempatnya tadi ia langsung terjatuh lagi dengan wajah yang menyentuh tanah. Sakit, namun Kale berusaha untuk mengabaikannya, ia mencoba lagi untuk berdiri dan mengejar Louis. Lengannya bergetar ketika menyanggah tubuhnya, lalu tidak sampai ke hitungan ketiga tubuhnya kembali jatuh.

Suara isak mulai terdengar.

Kale menangis. Air mata keluar dari sudut matanya yang lebam.

Semua ini terjadi karena ia terlalu lemah.

Sangat lemah.

Ia mengepalkan tangannya erat-erat. Merasa kesal karena sudah gagal melindungi keluarganya sendiri.

Rintik hujan mulai berjatuhan saat kesadarannya perlahan mulai menghilang.

Dalam keputusasaannya, Kale bertekad. Ia akan menjadi kuat. Sangat kuat. Sampai tidak ada yang bisa mengalahkannya.

Kale berjanji akan menyelamatkan Louis apa pun yang terjadi. Ia tidak akan pernah mundur atau melarikan diri lagi. Ia berjanji.

---

5 Tahun kemudian.

Kale menatap sekumpulan anak laki-laki dan perempuan yang seumuran dengannya. Ada banyak sekali. Maklum saja, hari ini merupakan hari yang paling di tunggu-tunggu oleh seluruh anak-anak kerajaan Ilios karena Akademi kerajaan akan dibuka hari ini. Mungkin saja sudah ada 500 anak—atau lebih yang ingin mendaftar di Akademi kerajaan. Bukan tanpa alasan banyak sekali anak-anak yang ingin mendaftar di Akademi kerajaan, hanya saja ada desas-desus yang mengatakan, jika siapa yang masuk ke Akademi kerajaan, ia akan menjadi seseorang yang kuat dan hebat. Mengesampingkan soal itu, para bangsawan memang ingin mendaftarkan anak-anak mereka ke Akademi hanya untuk sekedar pamer ketika sedang berpesta atau bersosialita.

Namun, banyak yang mengatakan jika ingin bisa masuk ke dalam Akademi kerajaan, harus mempunyai kemampuan khusus atau pandai dalam suatu hal. Sudah banyak anak-anak bangsawan yang gugur ketika di tes oleh para Profesor Akademi. Desas-desus mengatakan juga jika hanya ada sekitar 50-an murid yang diterima oleh Akademi pada tahun lalu. Para bangsawan juga tidak bisa menyogok karena Akademi kerajaan adalah fasilitas yang langsung di tangani oleh Raja Rexzach—Raja kerajaan Ilios.

Kale menghela napas. Tiba-tiba saja ia merasa tidak yakin akan diterima oleh Akademi.

Bruk!!

Mata Kale kontan menoleh ke sumber suara. Ia melihat seorang anak laki-laki yang sedang dirundung oleh tiga orang lainnya. Mulanya Kale tidak ingin ikut campur, namun saat pikirannya tidak sengaja mereka ulang kembali kejadian saat 7 tahun lalu, ia buru-buru bergegas menolong anak itu.

"Apa yang kalian lakukan?"

Ketiga anak itu kontan menatap Kale. "Siapa kau?" seru salah satu di antara ketiganya.

Anak yang sedang dirundung itu mendongak, menatap Kale dibalik rambut hitam tebalnya. "Apakah itu penting? Kenapa kalian mengganggunya?"

Salah satu anak dengan rambut berwarna kuning juga beberapa bintik di wajahnya maju, mulutnya menyunggingkan senyum kecil. "Kami sedang bermain dengannya. Benarkan teman-teman?" ujarnya sembari melirik temannya bergantian. Kedua temannya membalas dengan tertawa cukup keras.

"Ya benar. Kami sedang bermain." Yang lain mengimbuhkan. "Jadi, apa kau berminat untuk bergabung dengan kami?" Anak dengan hidung besar dan berbintik itu menoleh ke arah Kale sembari tersenyum miring.

"Aku tidak berminat." Kale langsung menjawab lalu sedetik setelahnya mencoba membantu anak yang dirundung itu untuk berdiri.

Anak berambut kuning mengerutkan alisnya, merasa sedikit kesal. "Kau cukup mengesalkan." ujarnya sebelum memutar-mutarkan jari telunjuknya lalu mengarahkannya kepada Kale.

Kale terhempas cukup jauh dan menabrak sebuah dinding. Barusan itu... sebuah sihir angin.

Kale bangkit meski beberapa bagian tubuhnya terasa sedikit sakit.

Anak berambut kuning itu tersenyum puas. "Apakah sakit?"

Namun Kale tidak menjawabnya. Digantikan dengan kedua teman anak itu yang bertepuk tangan takjub. "Kau memang hebat Jim. Anak sepertimu pasti diterima oleh Akademi."

Jim mengangkat dagunya dengan angkuh. "Ya, itu sudah pasti. Akademi hanya menerima anak berbakat sepertiku, bukan sepertimu... Zeron." katanya sembari tersenyum mengejek menatap Zeron.

Zeron hanya menunduk. Tidak berani menatap balik Jim.

"Kau salah. Akademi tidak akan menerima anak kurang ajar sepertimu." Kale berkata sembari membantu Zeron untuk berdiri.

Jim dan kedua temannya melotot mendengar itu. "Apa kau bilang?!"

Kale menyunggingkan senyum miring sesaat. "Apa telingamu bermasalah lantas tidak mendengar apa yang kukatakan?"

Wajah Jim memerah. Ia marah karena dihina seperti itu.

"Sepertinya kau perlu diberi sedikit pelajaran olehku." kata Jim sembari merapalkan sebuah mantra di tangannya.

Tatapan Kale sedikit menajam melihat itu. "Sekali lagi kau menggunakan sihirmu. Aku tidak akan tinggal diam." Kale berujar sembari sedikit menarik pedang dari sabuknya yang berada di pinggang sebelah kiri.

Jim menggeram sebelum mengepalkan tangannya kesal. "Awas saja kau nanti!" ancam Jim lalu meninggalkan Kale dan Zeron dengan kedua temannya.

Kale menghela napas. Belum apa-apa, dia sudah mempunyai musuh.

"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Kale kepada Zeron.

Zeron menggeleng. "Terima kasih sudah menolongku. Dan maaf karena aku, kau jadi bermasalah dengan Jim dan teman-temannya."

Kale mengangkat bahunya. "Aku tidak peduli itu."

Zeron mengangkat wajahnya. "Benarkah?"

"Ya." Kale mengangguk. "Namaku Kale. Kau?"

Zeron membalas jabatan tangan Kale. "Zeron. Zeron Swift." 

Setelah berkenalan mereka berjalan bersama menuju lapangan Akademi untuk berkumpul.

"Kenapa kau diam saja saat dirundung oleh Jim?" tanya Kale sedikit heran.

Raut wajah Zeron berubah sedikit murung mendengar itu. "Aku.. hanya malas membuat masalah dengannya. Kau tahu, keluargaku hanyalah seorang bangsawan rendahan, berbeda dengan keluarga Jim yang seorang bangsawan tinggi. Lagi pula, keluargaku bekerja dengan keluarga Jim. Aku takut jika aku melawannya, dia hanya akan mengadu."

Mata Kale menatap sekeliling sembari terus mendengarkan cerita Zeron. "Hanya karena itu kau tidak berani membalasnya?"

Zeron menggeleng. "Bukan hanya status keluarga kami yang berbeda, kekuatan kami pun terbilang cukup jauh perbedaannya."

Kale menoleh ke Zeron. "Memangnya kau mempunyai kekuatan seperti apa?" Mata Kale terlihat mengintimidasi dari pandangan Zeron.

Zeron cukup lama terdiam. "Sihir—"

"Selamat kepada kalian semua karena sudah berani datang ke Akademi kerajaan ini." Suara seseorang yang sedang terbang tanpa menggunakan apa pun menghentikan ucapan Zeron. Kontan semua anak-anak yang ingin masuk ke Akademi langsung berkumpul dan mendengarkan orang itu baik-baik. "Sebelumnya perkenalkan, Namaku Dsrenn, salah satu Profesor di Akademi ini."

Cukup lama Dsrenn berbasa-basi.

Kale sudah beberapa kali tidak fokus mendengar suara Dsrenn. Ia menoleh ke Zeron yang sedari tadi memperhatikan Dsrenn dengan serius.

Sedangkan dari atas, Dsrenn menyipitkan matanya sembari menghitung jumlah anak-anak yang berada di bawahnya. Bibirnya menyunggingkan senyum kecil saat jumlah anak-anak yang mendaftar ke Akademi melampaui tahun sebelumnya.

"Karena jumlah kalian terlalu banyak untuk diterima oleh Akademi, jadi kita akan mengadakan sebuah permainan. Permainannya cukup sederhana. Kalian hanya harus menyelesaikan tiga tantangan untuk bisa diterima oleh Akademi." Anak-anak langsung heboh mendengar penjelasan Dsrenn.

"Tantangan pertama, kalian harus membuat tim dengan beranggotakan tiga orang. Jika ada seorang anak yang tidak mendapatkan tim, maka dia akan langsung dikeluarkan dari Akademi. Waktu pembentukan tim hanya lima menit." Banyak anak-anak yang mulai panik dan buru-buru bergegas mencari anak lain untuk dijadikan timnya. "Baiklah. Pembentukan tim dimulai dari sekarang..."

Zeron menatap Kale khawatir. "Bagaimana ini Kale?"

Kale menghela napas sejenak. "Tenanglah. Kita hanya perlu mencari satu orang lagi."

Zeron ketakutan. "T-tapi bagaimana?"

"Kita berpencar. Aku ke sana." tunjuk Kale ke arah barat. "Dan kau ke sana." lanjutnya sembari menunjuk arah timur.

 "B-baiklah.. Tapi jika waktu yang ditentukan sudah habis dan kita belum menemukan orang lain. Bagaimana Kale?"

Kale juga mengkhawatirkan itu. Namun ia berusaha untuk tetap optimis. "Kita coba saja dulu. Jika sampai kita belum menemukan orang lain.. maka kita kembali ke sini dalam dua menit terakhir."

Zeron mengangguk. "Baiklah." Setelahnya mereka berdua berpencar untuk menemukan satu orang lagi.

Di sisi Kale, ia sudah beberapa kali menemukan anak lain untuk menjadi timnya namun gagal. Setiap anak yang ditemukannya selalu sudah mempunyai tim.

"Waktu tersisa tiga menit."

Kale menghela napas jengkel. Ia tidak ingin tersingkir hanya karena ini.

Oh ayolah! Siapa pun! Kale berbisik dalam hatinya.

Sedangkan di tempat lain, Zeron masih juga berusaha membujuk anak lain untuk bergabung ke dalam timnya. Namun usahanya cukup percuma, tidak ada seorang pun yang ingin setim dengan Zeron. Setelah berpikir sebentar, Zeron memutuskan untuk kembali ke tempat perjanjiannya dengan Kale.

"Tidak ada yang ingin bergabung denganku." lirih Zeron. "Maaf." lanjutnya dengan menundukkan kepala.

Kale menghela napas. "Aku juga. Tidak ada seorang pun yang ingin bergabung denganku."  Tepat saat Dsrenn mengumumkan waktu tersisa satu menit pandangan mata Kale tidak sengaja menangkap seorang gadis yang sedang duduk tenang di salah satu kursi di pinggir lapangan.

Tanpa pamit kepada Zeron, Kale menghampiri gadis itu.

"Permisi, maaf, apa kau sudah mempunyai tim?"

Gadis itu mengangkat wajahnya, menatap Kale sejenak lalu menggeleng. "Belum."

Kale menahan senyumnya yang ingin merekah. "Bagus sekali. Aku juga kekurangan satu orang untuk menjadi tim. Apa kau ingin satu tim denganku?"

Gadis itu berpikir cukup lama sebelum mengangguk setuju. "Aku mau."

Zeron yang berada cukup jauh dari Kale tidak dapat mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh Kale. Namun melihat Kale yang tersenyum senang sepertinya dia berhasil mendapatkan satu orang lagi.

Zeron tersenyum masam. Ia merasa tidak berguna.

"Hei Zeron. Aku berhasil menemukan anak lain yang mau menjadi tim kita." Kale berkata saat ia dan gadis itu menghampiri Zeron.

Zeron tersenyum. "Baguslah." Lalu menatap gadis itu. "Namaku Zeron. Kau?"

Gadis dengan rambut seputih salju dengan binar mata yang berwarna biru jernih itu menatap balik Zeron. "Namaku Kynnara. Panggil saja Kyn. Salam kenal."

"Baiklah, karena waktu yang ditentukan sudah habis, bagi anak-anak yang tidak mendapatkan tim, maka akan langsung dikeluarkan."

Tidak butuh beberapa detik sebelum anak-anak yang tidak mendapatkan tim hilang satu-persatu setelah Dsrenn merapalkan sebuah mantra. Ada sekitar 50 anak yang menghilang. Entah ke mana, Kale tidak mengetahuinya.

Dsrenn terbatuk terlebih dahulu sebelum memulai tantangan selanjutnya. "Ya, selamat kepada kalian semua yang berhasil mendapatkan tim sebelum dikeluarkan dari Akademi. Baik. Mari kita langsung ke tantangan berikutnya."

Dsrenn menjentikkan jarinya sesaat dan menciptakan sebuah gambar menyerupai layar. "Ini adalah hutan Trix. Hutan yang akan menjadi tantangan kalian selanjutnya. Sebelum itu, silakan untuk para anggota tim saling berpegangan tangan sebentar." Kontan semua anak-anak langsung bergandengan tangan dengan anggota setimnya. "Itu adalah peta yang akan kalian gunakan untuk menuju hutan Trix." ucap Dsrenn saat secarik kertas ajaib mendarat di antara anak-anak.

"Bagi tim yang gagal menuju hutan Trix dalam waktu satu jam, maka mereka akan langsung dikeluarkan." Beberapa anak meneguk ludah karena merasa cemas mendengar itu.

"Baiklah. Tantangan kedua... Dimulai!"

Sebagian tim sudah ada yang bergegas bergerak sebelum didahului oleh tim lainnya.

"Kita bergerak sekarang?" tanya Zeron.

Kale menggeleng. "Tidak. Kita akan menunggu sepuluh menit terlebih dahulu."

Zeron mengerutkan keningnya. "Kenapa menunggu?"

"Aku pernah mendengarnya. Jika posisi hutan Trix berubah-ubah dalam suatu waktu."

"Tidak. Lebih tepatnya bukan hutan Trix yang berubah namun para pohon yang selalu berjalan dan berpindah tempat." sanggah Kynnara.

"Maksudmu?"

Kynnara menatap Zeron dan Kale bergantian. "Aku pernah diceritakan jika bukan hutan Trix yang berubah namun para pohon yang berjalan dan berpindah tempat."

"Bagaimana bisa?"

Kynnara menggeleng. "Aku tidak tahu. Namun menurutku, mungkin para roh pohon yang memindahkan pohon-pohon itu."

Lima menit berlalu. Zeron membulatkan matanya karena terkejut. "Benar yang dikatakan kalian. Posisi hutannya mulai berubah."  

"Kita bergerak sekarang." ujar Kale.

Zeron menatap sekitarnya yang mulai sepi. Hanya tersisa beberapa tim saja yang masih berdiam. Mungkin, mereka juga sudah tahu rahasia dari hutan Trix. "Tapi katamu hutannya akan selalu bergerak. Bagaimana jika kita bergerak sekarang dan posisi hutannya kembali berubah?"

"Aku sudah tahu ke mana hutannya akan pergi."

Zeron mengerutkan kening. "Ke mana?"

"Ke tempat yang subur." imbuh Kynnara cepat.

Kale menyunggingkan senyum kecil. "Tepat sekali."

---

Kale, Zeron dan Kynnara sampai di hutan Trix tepat sebelum waktu yang ditentukan habis. Kale mengedarkan pandangannya. Hanya ada sekitaran 50 tim yang sudah sampai terlebih dahulu. Kale tersenyum, setidaknya ia tidak terlambat kali ini.

"Banyak sekali tim yang berhasil." Zeron berucap sembari memperhatikan beberapa tim yang sudah bersantai. Bahkan ia melihat jika tim Jim dan teman-temannya berhasil mencapai hutan Trix.

"Ya. Dan setidaknya kita juga berhasil."

Sebuah portal muncul tepat di depan semua anak-anak. Tidak berapa lama, Dsrenn muncul dari balik portal.

Mata Dsrenn meneliti satu-persatu tim yang berhasil sampai di hutan Trix. "Selamat kepada tim yang sudah berhasil mencapai hutan ini. Baik, mari kita langsung menuju ke tantangan terakhir." Zeron meneguk ludahnya, sedikit cemas.

"Tantangan terakhir akan dilangsungkan di dalam hutan Trix. Kalian akan bertahan selama satu minggu di hutan Trix tanpa perlengkapan apa-apa. Kalian hanya dibolehkan membawa senjata kalian. Di dalam hutan kalian boleh menggunakan kekuatan, dengan catatan jangan melukai anggota tim yang lain. Apakah sudah jelas?"

Hening sesaat.

"Ya?" Dsrenn menatap satu anak yang mengangkat tangannya.

"Ada makhluk apa di dalam hutan Prof?"

Dsrenn menatap hutan Trix. "Tidak ada makhluk berbahaya selain Goblin level 9. Dan aku yakin kalian pasti bisa membunuhnya."

Perhatian Dsrenn teralihkan oleh sekumpulan anak laki-laki yang sedang saling berbisik, seolah sedang merencanakan sesuatu. "Sekali lagi kuperingatkan, jangan ada yang memakai kekuatan untuk melukai anggota tim lain." Sekumpulan anak laki-laki itu berdecak sebal. "Jika ada yang ketahuan memakai kekuatannya untuk melukai orang lain, maka akan langsung aku keluarkan. Paham?"

lengang sejenak.

"Baiklah, tantangan terakhir dimulai sekarang. Semoga berhasil." Setelahnya Dsrenn kembali masuk ke dalam portal dan kemudian menghilang dengan cepat.

Kynnara memperhatikan sekitarnya yang mulai terasa sepi. Sudah ada sebagian tim yang memutuskan untuk masuk ke dalam hutan terlebih dahulu. Kynnara menoleh ke arah Kale. "Kita masuk sekarang?"

Kale berpikir sebentar. "Menurutku, kita harus membuat strategi terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam hutan." Zeron yang membalas.

Kali ini Kale mengangguk. "Aku setuju dengan Zeron. Jika kita bertindak gegabah saat ini ada kemungkinan jika kita hanya akan berjalan tanpa tujuan."

Kynnara hanya mengangguk. Semilir angin menerpa tubuhnya. Udara terasa cukup dingin.

"Menurutmu apa yang harus kita lakukan Zeron?" tanya Kale.

Zeron cukup terkejut sebelum memaparkan rencananya. "Eumh.. Menurutku, pertama kita harus mencari air terlebih dahulu, namun aku tidak menyarankan kita harus pergi ke sungai atau danau. Tempat seperti itu pasti sudah di huni oleh makhluk-makhluk yang cukup berbahaya—"

"Lalu bagaimana kita mencari sumber air jika bukan dari sungai?" sela Kynnara. Mata birunya berkedip sekali.

"Selain sungai dan danau, ada beberapa tumbuhan yang menyimpan air." jelas Zeron. "Kita bisa mendapatkan air dari sana. Sedangkan untuk menetap atau tempat tinggal kita lebih baik selalu berpindah-pindah setiap harinya. Selain untuk menghindari makhluk berbahaya, aku juga khawatir ada tim yang tetap melanggar peraturan."

Kale menatap Zeron takjub. "Rencanamu terdengar hebat Zeron. Aku setuju." Lalu berganti menatap Kynnara. "Bagaimana menurutmu Kyn?"

"Aku juga setuju. Lebih baik kita menghindari hal-hal berbahaya daripada menghadapinya." Kynnara tersenyum menatap Zeron. "Aku salah. Ternyata kau cukup cerdas Zeron."

Pipi Zeron sedikit bersemu merah. "T-tidak.. aku hanya biasa dengan hal seperti ini."

"Kita bergerak sekarang?" tanya Kale.

Zeron dan Kynnara mengangguk.

"Baiklah ayo."

---