webnovel

Dimensi

Portal dimensi adalah satu - satunya gerbang penghubung antara dunia manusia dan peri. Kerusakan portal dimensi membuat Aslan, Lucky, Leonna, Jovan, dan Sierra terjebak dalam dunia para peri yaitu dimensi. Mereka dibimbing oleh peri Olivia dalam melakukan penjelajahan. Tugas mereka ada satu yaitu mencari permata portal agar dimensi serta Bumi tidak hancur berantakan.

Venlie_Sanjaya · 奇幻
分數不夠
8 Chs

2. Terjebak di Dimensi Lain

Setibanya di sekolah, aku belajar seperti biasanya. Mendengarkan penjelasan guru sambil menunggu jam istirahat berbunyi. Tetapi, guru dan teman - temanku seperti tidak menganggap keberadaanku. Bahkan, ketika aku bertanya kepada guruku, ia tak menghiraukanku. Apa yang terjadi?

Jam istirahat telah berbunyi, kelas dibanjiri oleh suara bising para murid. Aku berlari ke kantin, tempat biasanya aku, Lucky, dan yang lainnya berkumpul. Saat aku tiba di kantin, mereka memanggilku dengan khawatir, seakan - akan ada yang tidak beres.

"Orang - orang disini terus mengabaikanku. Apa ada yang tidak beres denganku? Apa aku bau? Bahkan tadi pagi aku sudah mandi menggunakan sabun 1 liter," ucap Lucky khawatir.

"Aku juga diabaikan oleh teman - temanku," ucap Leonna dan Sierra.

"Aku juga begitu," ucap Jovan.

Semua orang mengalami hal yang sama.

"Apa ada yang merayakan keberhasilan persahabatan kita? Coba aku ambil mangkok bakso di meja orang itu," ucap Lucky sambil berjalan ke meja sebelah.

Lucky mengambil mangkok bakso dan menaruhnya di meja kami ketika orang itu tidak melihatnya. Saat ia berbalik, ia mencari mangkuk bakso nya dan menuduh temannya yang menyembunyikannya.

"Woi! Balikkan mangkuk bakso gue. Belum habis juga udah lo sleding aja bakso-nya," ucap orang itu ke temannya.

"Kok lo pindahin ke meja sebelah. Kalau ada orang yang makan gimana?" ucap orang itu sambil mengambil balik mangkuk bakso-nya.

Tatapan matanya seperti tak menyadari keberadaan kami. Leonna tak percaya apa yang dilihatnya. Ia memutuskan untuk menampar orang itu. Hasilnya, orang itu malah menuduh temannya melakukannya.

"Kita kena penyakit apa! Aku masih mau hidup, ya Tuhan. Ampunilah hamba-mu ini," ucap Lucky tak jelas.

"Sepertinya akhir - akhir ini, kita banyak berhalusinasi. Semalam aku juga melihat sosok hitam tinggi dan kurus yang muncul tiba - tiba di depanku," ucap Jovan.

"Makhluk itu, aku juga melihatnya," ucap kami berempat bersamaan.

"Apakah ini semacam penyakit? Ayo ke perpustakaan! Kita coba cari tahu," ucap Jovan.

Kami meninggalkan kantin dan berlari menuju perpustakaan. Kami tidak tahu sindrom apa yang sedang kami alami.

Setibanya di perpustakaan, kami dikejutkan oleh buku - buku dan perabotan yang melayang - layang seakan - akan tempat ini tidak memiliki gravitasi.

"Kyaaaaa! Apa ini!" teriak Lucky dengan suara melengking seperti perempuan.

"Aku juga tidak tahu. Ayo cek sekeliling!" ajak Jovan.

Kami berkeliling di sekitar perpustakaan. Benda - benda itu masih melayang dan kami masih belum mengerti, gejala apa yang kami alami. Tak lama kemudian, aku menemukan sebuah pintu yang seharusnya tak ada disana.

"Darimana pintu ini berasal? Bukannya disini tidak ada pintunya?" tanya Sierra terheran - heran.

"Pintunya terkunci," ucap Sierra.

"Kode apa ini? Seperti password. Sepertinya ruangan ini dikunci oleh alat ini," ujar Lucky.

"Kalau ditekan asal - asal bisa terbuka tidak ya? 1, 8, 0, 9, 9, 6, 7, 5," ucap Lucky sambil menekan tombolnya.

"Pintu terbuka!" sebuah mesin tiba - tiba berbunyi.

"Pintunya sudah terbuka! Kamu memang jago, Lucky!" ucap Leonna sambil memukul pelan punggung Lucky.

"Iya dong. Lucky gitu loh," ucap Lucky.

Kami masuk ke ruangan putih, seakan - akan tak memiliki sudut maupun ujung ruangan. Ruangan putih hampa serta seseorang yang tampaknya pingsan di sekitar 200 m dari pintu masuk.

"Ada seseoramg disana. Yakin mau pergi? Ruangan ini seram," ucap Sierra ketakutan.

"Kamu tunggu disini saja," ucap Leonna.

"Hati - hati ya," ucap Sierra.

Kami pun memulai langkah kami satu per satu sambil berjaga - jaga sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi. Tak lama kemudian, kami tiba tepat di depan perempuan yang sedang pingsan itu.

"Perempuan ini imut sekali. Tapi apa yang dilakukannya di ruangan seperti ini ya?" ucap Lucky.

Leonna mengecek denyut nadi perempuan itu.

"Masih hidup. Bagaimana kalau kasih napas buatan? Nampaknya ia tak bernapas dengan baik." ucap Leonna.

"Aku saja! Aku yang beri napas buatan. Aku kan sudah ahli," ucap Lucky.

"Dasar mesum! Tapi kalau dia tidak sadar juga, kau akan kugantung terbalik," ucap Leonna.

"Santai dong! Ngegas banget, dah!" ucap Lucky.

Lucky berjalan menuju perempuan itu. Mulai membuka mulutnya lalu mendekati mulut perempuan itu. Tiba - tiba, perempuan itu tersadar dari pingsan-nya.

"Apa yang mau lakukan, dasar mesum!" teriak perempuan itu sambil mendorong Lucky hingga terjatuh.

"Aduh! Sakit tahu. Aku hanya ingin membantumu saja. Kamu tadi pingsan. Jadi, aku mau memberikan napas buatan," ucap Lucky.

"Oh, begitu. Aku cuma kelelahan mencari jalan keluar dari tempat ini tapi tidak ada petunjuknya. Jika pintu terkunci maka pintu akan menghilang dari dalam ruangan," ucap perempuan itu.

"Kalau begitu maafkan aku," ucap perempuan itu sambil menjulurkan tangannya ke Lucky.

"Iya, tak masalah. Tapi, apa yang kamu lakukan di ruangan ini?" tanya Lucky.

"Aku dikurung oleh seorang penjahat dimensi, namanya Muris," jelas perempuan itu.

"Penjahat dimensi? Jangan bilang," ucap Leonna.

"Iya, kalian ada di dunia dimensi. Tapi, bagaimana manusia bisa masuk ke dunia dimensi? Apakah kalian didatangi peri?" tanya perempuan itu.

"Tidak, kami hanya didatangi oleh makhluk hitam tinggi dan kurus," ucapku.

"Itu adalah Muris! Kalian bisa masuk ke dunia dimensi karena ulahnya! Apa kalian baik - baik saja? Ia tak melukai kalian, kan?" ucap perempuan itu khawatir.

"Tidak, ia hanya muncul lalu menghilang begitu saja. Oh iya, namamu siapa?" ucap Lucky.

"Oh, namaku Olivia. Umurku 800 tahun." ucap Olivia.

"800 tahun!" ucap kami kaget.

"Umur itu wajar di dunia peri, karena aku ini adalah peri," jelas Olivia.

"Ternyata ini bukan khayalan," ucap Sierra yang tiba - tiba muncul dari belakang.

"Mengagetkan saja!" ucap Lucky.

"Kalau begitu perkenalkan namaku Aslan, ini adalah Sierra dan Leonna, lalu laki - laki yang berada disana bernama Lucky dan orang disampingku namanya Jovan," jelasku.

"Aslan?" gumam Olivia sambil mengingat sesuatu.

"Apakah kalian 5 manusia penyelamat dimensi? Aku ingat nama kalian mirip seperti yang dituliskan di ramalan masa depan," ucap Olivia.

"Kami tidak mengerti. Bisa jelaskan lebih rinci?" ucap Jovan.

"Kalau begitu aku akan jelaskan sambil pergi ke Balagraph," ucap Olivia.

"Tempat apa itu?" tanya kami sambil berjalan mengikuti Olivia.

"Aku akan jelaskan mulai dari dimensi. Dimensi itu tempat tinggal para makhluk peri dan sejenisnya yang biasa kalian sebut makhluk fantasi. Jadi, dimensi terdiri atas 10 tempat. Ada :

-Sonargraph (Dimensi Matahari), -Nirograph (Dimensi Merkurius), -Hotagraph (Dimensi Venus),

-Getograph (Dimensi Bumi),

-Retograph (Dimensi Mars),

-Macrograph (Dimensi Jupiter),

-Ringograph (Dimensi Saturnus),

-Divergraph (Dimensi Uranus),

-Sotagraph (Dimensi Neptunus),

-Dwarfograph (Dimensi Pluto).

Dengan pusat dimensi yaitu Sonargraph," jelas Olivia.

"Lalu, Balagraph adalah pusat portal di masing - masing dimensi. Tempat itu digunakan sebagai tempat berpindah dimensi yang satu ke dimensi yang lain. Ada 10 portal menuju ke 10 dimensi berbeda termasuk dimensi Bumi. Intinya, itu seperti lift menuju ke 10 lantai berbeda." jelas Olivia.

"Sekarang ini Bumi dengan seluruh dimensi sedang terancam hancur karena ulah Muris. Kami sudah tak memiliki harapan kecuali kalian. Karena kalian diramalkan akan menyelamatkan Bumi dan seluruh dimensi dari kehancuran, jadi aku minta tolong kepada kalian untuk membantu kami dalam menyelamatkan kehidupan manusia dan peri," ucap Olivia minta tolong sambil memohon.

"Kami? Kami masih anak SMP yang polos dan tidak mengerti apa - apa diramalkan dapat menyelamatkan Bumi dan seluruh dimensi?" ucap Lucky.

"Aku mohon," ucap Olivia.

"Aku setuju. Lagipula, liburan kali ini kita tak melakukan apapun. Aku bosan sendiri di rumah. Lagipula, ini untuk kebaikan Bumi juga," ucapku.

"Iya aku setuju. Bagaimana kalau kita coba," ucap Sierra.

"Aku tak mau melihat Bumi hancur. Aku juga ikut," ucap Jovan.

"Aku akan berkoban demi keselamatan Bumi. Aku juga ikut," ucap Leonna.

"Eee, kalau begitu aku juga," ucap Lucky.

"Nah, gitu dong. Ini baru namanya 5 sahabat sehati," ucap Leonna.

"Terima kasih sudah mau membantu kami menyelamatkan Bumi dan seluruh dimensi. Kalau begitu aku akan menjadi pembimbing kalian dalam petualangan dimensi ini," ucap Olivia.

"Kita sudah sampai. Selamat datang di Balagraph (pusat portal) yang ada di Getograph (Dimensi Bumi)," ucap Olivia.

~ End Chapter 2 ~