webnovel

Bagian 4

Sepulang sekolah, Erra langsung menghabiskan waktunya bersama Kathrine. Pergi ke super market untuk membeli beberapa bahan dapur. Keliling sana-sini, akhirnya kedua gadis itu menenteng 2 kantong kresek besar sambil berjalan pulang.

"Kath, bang William udah balik dari Singapurnya?"

"Ngapain nanyain abang gue?"

"Ya siapa tahu aja abang lo bawain gue oleh-oleh." ujar Erra, ia menatap Kathrine lekat-lekat. Yang ditatap hanya mengerutkan keningnya.

Kalo ada maunya,sok manis.

"Iya.. Entar lo main aja ke rumah gue."

Erra tersenyum sumringah.

Lumayan, oleh-oleh dari bang William kan bukan sembarang oleh-oleh.

"Entar bilangin sama bang Will, biar abang lo aja yang main ke rumah gue. Sepi juga gue gak ada yang apel."

"Dasar jomblo!"

"Jomblo-jomblo juga gue mah bermartabat."

"Karep!"

"Entar malem, lo langsung ke rumah gue. Sekalian bawa bang Will. Terus juga bawa martabak, sate sama padang juga yaaa.."

"Lo kira gue sama bang Wil catering apa?"

"Hehe.. Kan abang lo abis pulang dari luar negeri, Maesaroh."

"Eanjir-"

____

Sudah satu jam yang lalu Rama santai-santai di rumah sambil menikmati siaran televisi. Ia bosan seharian di rumah,apalagi uminya belum datang-datang. Ingin melakukan sesuatu saja Rama tak mampu.

Satu persatu keripik singkong masuk ke dalam mulutnya. Sampai terdengar suara bel dari ruang bawah.

Ting Nong

Ting Nong

Rama menghentikan kegiatannya. Lalu ia bangkit,dan melangkahkan kakinya menuruni tangga untuk membuka pintu.

Cklek.

Pintu terbuka, menampilkan seorang wanita setengah baya dengan jinjingan di tangannya.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah, umi kesini sama siapa?" Rama menggapai tangan ibunya,lalu menciumnya dengan kesusahan.

"Diantar Fadli. Eh,tangan kamu gimana?"

"Ya seperti yang umi lihat,jadi sementara waktu ini tangan Rama gak bisa digerakkan."

"Hm.. Ya sudah,kamu yang banyak istirahat." Ucap ibunya Rama,Rama mengangguk sebagai jawaban.

Rama dan Ayra-ibunya- berjalan beriringan ke ruang tengah. Ayra langsung saja duduk di sofa,sedangkan anaknya- pemuda ganteng yang masih melajang itu pergi ke dapur untuk membawakan minuman. "Dam,kamu di rumah ngapain aja sampe sofa ada remahan makanan gini?"

Rama yang baru mengambil minum hanya mengerutkan keningnya, perasaan dia makan keripik di kamarnya deh. Tapi,kenapa remahannya sampe ke sofa?

Apa jangan-jangan...

Keripiknya jalan-jalan?

Gak mungkin.

Apa,keripiknya..

Eh...

Ini mah..

Kerjaannya si Erra.

Tapi,Erra bilang kalau tadi malam dia pulang ke rumahnya.

"Adam kelupaan habis makan gak langsung diberesin." ujar Rama sambil mendudukan bokongnya. Sang ibu hanya membuang nafas, namanya juga anak lajang-pikirnya. "Ya udah,entar-entar suruh siapa gitu buat ngeberesin rumah. Biar terawat. Eh.. Nayara apa kabar? Udah lama gak ketemu,umi kangen."

"Maira, alhamdulillah baik mi. Ya udah nanti Adam ajak Nayara ke rumah umi,sekalian ngejenguk si kembar juga.Hehe.."

"Nah gitu dong.. Tuh kan umi jadi lupa,nah umi bawain makanan kesukaan kamu.." Ayra menyodorkan rantang 4 susun ke arah Rama. "Perkedel, sardines, sambel lalap plus nasinya kan mi?" tebak Rama,Ayra tersenyum. "Iya,udah komplit. Sini umi yang bukain, tangan kamu kan lagi digips gitu."

Ayra mengambil alih rantang di hadapan putranya, dengan telaten ia membukanya dan menyodorkannya ke depan Rama.

"Wah.. Laper, makannya bareng umi yuk."

"Umi udah makan,biar kamu aja yang umi suapin."

"Gak enak, gak ada yang nemenin. Temenin yuk mi,mumpung lagi sama Adam." bujuk Rama,Ayra pun akhirnya menurut. "Ya sudah.. Makannya di ruang makan aja."

"Mas Rama,tadi aku salam-sal- eh... Tan,assalamualaikum." Erra yang baru aja nyelonong masuk, tentunya tanpa permisi langsung nyium tangan Ayra.

"Wa'alaikumussalam.."

"Tante,maaf ya Erra langsung masuk. Habis pintunya kebuka,terus Erra ngucap salam juga gak ada yang nyaut. Padahalkan jawab salam itu hukumnya wajib.. Jadi,karena gak ada yang nyaut Erra masuk aja." ujar Erra, ia tersenyum canggung ke arah Ayra. Sedangkan Ayra, wanita setengah baya itu hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Iya tidak apa-apa. Nama kamu Erra?"

"Iya,tan. Tante ini,ibunya mas Rama?"

"Iya,.."

"Tan,Erra ganggu waktunya ya..." ujar Erra dengan raut sedihnya, padahal mah dia lagi cari muka. Pencitraan.

"Enggak.. Kita baru aja mau makan, kamu mau ikut makan bareng kita?"

Erra terbelalak. "Serius tan?"

"Iya.. Mau? Ya udah,ayo ke dapur." ujar Ayra,ia pun mengajak Erra ke dapur tanpa canggung.

Rama?

Dia hanya meringis melihat interaksi keduanya. Juga, bertanya-tanya kenapa gadis pecicilan itu selalu saja datang sesuka hatinya (?) Rama membuang nafas, lalu ia pun melangkahkan kakinya ke dapur.

"Tan,kalo gitu Erra mau ambil nasi sama lauknya ya.. Biar tante nyobain masakan mami Erra."

"Udah gak apa-apa, Ra.. Ini juga udah cukup."

"Gak papa,tan.. Bentar yaaa.."

Erra pun ngacir ke rumahnya dengan langkah seribu.

Biar kepakai sama mertua.

Biar mertua tambah suka.

Tambah cinta.

Biar mudah ngerestuin.

Sah deh.

Sakinah,mawadah,warahmah.

"Erra itu tetangga kamu,Dam?"

"Iya mi,..."

"Kayaknya anaknya manja.."

"Banget!"

"Kamu bilang banget kayak udah hafal Erra aja!"

"Iyalah,Mi.. Baru aja ketemu sifatnya udah seenaknya aja."

"Tapi,Erra lucu ya,Dam.. Coba aja umi punya anak laki satu lagi."

"Kok gitu?"

"Kan biar bisa umi jodohin sama Erra."

"Ih.... Erra mau tante jodohin sama siapaaaa? Sama mas Rama?" tanya Erra yang baru saja datang,wajahnya sudah senyam-senyum gak jelas. Erra melangkah ke meja makan,dengan perlahan ia menyimpan sepiring semur telur,oseng buncis,dan juga pepes ikan.

"Banyak banget.." ujar Ayra,Erra tersenyum sambil mengambil duduk di depan Rama.

"Kan biar kenyang,tan. Tadi,tante mau jodohin Erra sama siapa? Sama mas Rama?"

"Maunya.." ujar Rama. Erra menatap Rama sekilas dengan bibir manyunnya. "Emangnya mas Rama gak mau nikah sama aku?"

"Bocah.. Sekolah aja dulu yang bener."

"Entar aku sekolah yang bener,mas Ramanya nikah. Entar aku sakit hati gimana?"

"Bodo.."

"Udah.. Ini kapan kita makannya? Ngobrolnya dilanjutkan habis makan ya."

"Iya tan.. Entar,aku juga mau tanya-tanya tentang mas Rama."

"Hehe.. Iya."

Akhirnya ketiganya pun mulai makan dengan khidmat. Acara makan bersama itu didominasi dengan cerita receh Erra. Dari mulai awal ketemu Rama yang juteknya luar biasa,dimarahin Pak Rohim sampe ketemu guru BK yang ganteng.

Acara makan selesai,tak lama dari itu Ayra pergi ke kamar untuk menidurkan tubuhnya yang terasa lelah,dan meninggalkan Rama beserta Erra di ruang penuh makanan itu. Erra yang sedang asyik mengganggu Rama. "Mas,mas serius gak mau nikah sama aku?"

"Hadeuh.. Pengen banget ya nikah sama saya?" Ucap Rama sambil mengaduk teh manisnya. Padahal yang di sampingnya juga udah manis,Ram.

"Gak tahu juga sih,tapi pengennya dinikahin. Biar aku bisa manja-manjaan di lengan mas Rama.. Wkwkw." ujar Erra,tangannya sudah terangkat untuk mencolek lengan Rama, namun Rama dengan sigap menghindar. Bukan mahram.

"Diem tuh tangan!"

"Ish.. Cuma nyolek aja masa gak boleh?"

"Bukan gak boleh,tapi belum saatnya. "

"Terus saatnya itu kapan,mas? Saat mas Rama dan aku sudah menjadi pasutri, ya?"

Rama menoleh. "Mimpi!" Erra menggeser tubuhnya selangkah ke arah Rama. "Tapi,mas.."

"Apa?"

"Aku udah greget pengen nyentuh-nyentuh mas. Apalagi jenggot mas itu. Bawaannya gemes mulu." ujar Erra, matanya berbinar-binar saat jarinya menunjuk ke arah jenggot Rama.

"Stres."

"Iya, aku kayaknya emang udah mulai sayang sama mas Rama." Ngejawabnya juga udah ngelantur gini.Rama mengurut kening dengan tangan kirinya. Bagaimana caranya agar gadis di sampingnya ini berhenti bertingkah genit seperti ini? "Udah diem,risih saya dengernya."

"Mungkin beberapa hari kemudian udah cinta kali ya?"

"Ra..." panggil Rama sambil membuang nafas lelah. Capek. Gak akan kelar kalo ngomong sama ni gadis. "Iya mas.."

"Udah ah sana pulang!"

"Entar kalo aku pulang, mas sama siapa?"

"Erra globalisasi.... Pulang gak?"

"Pengen nenenin mas Rama aja.."

"Apa?"

"Nemenin mas Rama, nemenin..."

"Udah sana pulang.."

"Entar kangen gimana?"

"Allah.. Kalo saya kangen,itu pasti dalam mimpi kamu."

"Ih.. Kok dalam mimpi, aku kan mau yang sungguhan."

"Udah.... Pulang sana!."

Dan akhirnya...

Rama menggiring Erra keluar rumahnya, pria itu dengan gemas mempersilakan Erra untuk segera angkat kaki.

"Mas,kalo rindunya gak ke tahan,langsung ke kamar aja... Aku tungguin sampai jam berapa juga."

"Terserahmu!"

"Tapi,aku serius loh mas. . Kalo mas Rama kangen,pintu kamarku terbuka lebar untuk kamu masuki hahahah..."