webnovel

Dibatas Senja

Lusi Aryani, 20 th, Mahasiswi FEB, semester IV, gadis dengan penampilan sederhana karena kondisi ekonomi keluarga yang hanya dibilang cukup namun keinginan begitu kuat untuk melanjutkan pendidikan berbekal dengan prestasinya. Dia ingin merubah kehidupan keluarganya, sesuatu yang harus diperjuangkan tidak menyerah untuk meraih harapannya. Janggan Pringgohadi, Mahasiswa Tehnik Arsitek semester 8, anak tuan tanah di salah satu kota kecamatan di Yogyakarta, anak panggung, tentu banyak penggemar, dijodohkan dengan Jihan anak temen orang tuanya. Bagaimana sikap janggan atas perjodohannya sedang dia mulai tertarik dengan lusi anak FE depan kostan. Apakah mungkin keluarga Janggan merestui hubungan mereka jika orang tuannya tahu Lusi bukan dari keluarga yang selevel dengan mereka. Bagaimana jika ternyata Janggan memilih mengikuti keinginan keluarganya. Disini kisah mereka diuji hingga dibatas perasaan Lusi dan Janggan, Dibatas Senja

Tari_3005 · 现代言情
分數不夠
91 Chs

Bab 3

Adzan Subuh sudah berkumandang dari handpone Lusi, 'ah' setengah mengeluh dia harus bangun meski terasa baru sebentar dia terlelap dari tidurnya, rasanya enggan melepas mimpi indahnya, hemm kenapa si mahasiswa teknik itu mesti hadir di mimpi. Malu sendiri dia mengingat mimpinya dia jadi kekasih si Janggan. Mungkin karna disapa tuh cowok semalem ampe kebawa mimpi.

Lusi ke belakang menuju kamar mandi kostan untuk berwudhu sekalian menunaikan kewajibannya, mengingat fasilitas kamar kostan yang dak ada kamar mandinya, maklum dia nyari kost yang murah yang penting bisa buat istirahat dan gak jauh dari kampusnya.

Untungnya di kostan ini disediakan ruang kecil ukuran 1 x 2 m dilantai 1 untuk tempat sholat, karna memang pemiliknya seorang yang taat beribadah yang menempati rumah disebelah tempat kost kostan yang dibangun tingkat 2 dengan masing masing lantai terdapat 6 kamar dan 1 kamar mandi, dilantai bawah dilengkapi tempat ibadah dan ruang tamu.

Lusi kembali ke kamar dan meneruskan tidurnya, mumpung masih pagi, jadwal kuliahnya jam 9 nanti, lumayan bisa memejamkan mata sebentar, karna semalam dia begadang nylesekan job nya tugas akhir skripsi milik kakak tingkatnya.

Tok Tok Tok

"Assalamualikum" siapa juga yang ganggu baru aja mau nyambung mimpi, dengan malas dia menyahut tamunya "waalaikumsalam" aduh siapa sih.

Masih dengan merem dia buka pintu kamar menuju pintu depan rumah, gak enaknya si Lusi dapat kamar kost di deretan paling depan ya kebagian deh sering bukakan pintu kalo ada tamu, rada rada ngeganggu memang tapi mau gimana lagi, dia males kalo harus pindah pindah kostan.

"Hai Lus" sapa tamunya dengan suara cempreng yang amat dikenal sama Lusi "kamu ngapain sih pagi pagi ke sini, ganggu orang tidur, put" umpat Lusi dengan nada kesal sama temen se kampung dia yang kebetulan satu Fakultas meski beda Jurusan Putri ambil di jurusan acconting.

"jalan yok, nyari bubur ayam, di dekat fak Teknik" kata putri menggoyangkan pipi cabi milik Lusi "Ngapain, jauh amat, ada yang kamu incer apa" Lusi ngejawab dengan males, sambik kembali masuk kamar mau melanjutkan tidurnya.

"e e e .... anak perempuan dak boleh ya bangun siang, ayok kita jalan" Putri tetap menarik narik tangan Lusi untuk mau menemani jalan "ia deh" Lusi paling dak bisa menolak keinginan sahabatnya ini, karna merasa seperjuangan dari kampung halaman, dan yang terpenting disaat Lusi lagi krisis Putri selalu ada minimal mentraktir makan 3 x sehari.

Akhirnya Lusi ganti baju kebesaran tidurnya alias daster dengan celana jean dan kaos polosnya serta sendal jepit kesayangannya.

"ayo jalan" akhirnya mereka berdua keluar kostan dengan bersepeda disamping nyari sarapan bisa sambil berolah raga.

Di luar dugaan Lusi ada yang lagi muncul bersepeda berjajar anak anak kostan cowok depan, mereka berempat.

Deg ...