***
Riana menatap kosong ke arah obat-obatan yang kemarin ia beli di pasar gelap itu. 'Narkoba'. awalnya Riana tidak pernah merencanakan hal ini. terpikirkan pun tidak. tapi saat melihat obat ini dijual bebas oleh seseorang. Riana mengingat bagaimana senyuman Nana yang selalu tampak bahagia. Riana membelinya tanpa pikir panjang. dan obat itu kini ada di atas mejanya di dalam kamarnya sendiri.
Riana terdiam. memegang obat itu. baunya aneh. Ingatannya terbesit dengan wajah Nana yang bahagia. padahal ia sama sekali tidak pernah merasa seperti itu. dirinya sudah cukup menahan semuanya sendiri. ia tidak bisa berkata apapun karena tidak mau persahabatan mereka hancur. tapi lambat laun dirinya yang merasa tidak tahan lagi. setiap hari. Setiap saat Riana harus melihat orang yang di sukai nya berbicara dengan Nana. dan Nana yang tidak tau apapun membuatnya entah kenapa Riana perlahan merasa jijik.
***
Nana adalah sahabatnya. ia selalu bersama Riana sepanjang waktu. kami adalah sahabat selamanya.
***
Tidak..ia sudah merebut haru, lihatlah ia berbahagia di atas penderitaan-mu.
***
Riana memegang bungkus obat itu. meremas pelan benda itu di depan dadanya. rasanya sakit. ia tidak tau apa yang harus ia lakukan. Riana merasakan hatinya terasa tercabik cabik. pikirannya terasa ruwet. obat?. Nana?. kenapa?. tangannya gemetar saat ia meremas kuat obat itu di dadanya. tangannya berkeringat. melakukan ini pada Nana?. kedua matanya tampak kacau. bening air mata mengalir dari tempat itu. kalau begini terus. ia yang akan hancur. kalau ia terus melihat dan melihat semua ini tanpa melakukan apapun. dirinya-lah yang akan hancur. Riana memejamkan matanya sejenak dan membuka matanya yang sudah kosong melihat ke arah obat obatan terlarang itu.
"Ia harus melakukannya, maaf Nana"
***
Ini jahat. ia tau kalau apa yang dilakukan nya sangat jahat. ia tau itu. tapi...ketika ingatannya terbesit tentang kalau Nana yang terus menerus tersenyum tanpa merasakan apapun. dan semuanya menjadi hilang. tentang kenangan dan segalanya. tergantikan oleh ingatan dimana Nana yang selalu tersenyum ceria. tanpa masalah. tanpa tau apapun. ini memang jahat. ia berniat melakukan ini pada sahabatnya sendiri demi seseorang yang disukainya.
ini wajar kan?. ia melakukan ini atas sebuah alasan agar dirinya tidak hancur. Hanya beberapa kali saja. setelah itu selesai. ya ia hanya akan memasukkan obat ini beberapa kali saja. tangan Riana terasa bergetar. mengingat kalau Nana menganggapnya sebagai sahabat. tapi kedua matanya menjadi kosong saat mengingat kejadian kejadian disaat Nana dan haru bersama. Nana sudah terlalu banyak bersenang-senang. sekali saja ia menderita. Tidak apa kan?.
Riana memasukkan sebuah pil di dalam botol minuman Nana. dan kembali ke tempat duduknya. Nana datang setelah menyerahkan tugas di ruang guru. saat sampai. Riana melihat dari ujung matanya saat Nana perlahan meneguk minuman itu dengan semangat. dan Nana mendekati Riana dari belakang. memeluknya dengan hangat.
"Riana. aku kangen~" katanya manja. Riana hanya menunduk. melihat dengan ekspresi kosong ke arah bawah. tidak ada perasaan apapun lagi saat Nana seperti itu. dan seketika ia perlahan mendongak dan tersenyum tipis palsu kepada Nana di depannya.
"aku juga" . sebuah kebohongan. dan awal dari permulaan. Riana membuka matanya sejenak. di dalam matanya hanya ada sebuah kegelapan dan Nana di dalam cahaya matanya. maaf Nana. kau juga harus merasakannya. hanya beberapa kali saja. kau bersalah bukan?. kenapa hanya kau saja yang selalu dan selalu diperhatikan?. Riana memasang senyuman palsu. dan kedua tangannya meremas bungkusan besar obat narkoba itu di laci-nya.
***
Riana memasukkan nya lagi dan lagi ke dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi Nana tanpa sepengetahuan siapapun. Riana menatap datar ke arah Nana yang tampak biasa saja. wajahnya sudah tidak lagi menampakkan reaksi apapun selain kekosongan. dan sekali lagi ia meletakkan itu di dalam kotak jus yang diminum Nana dengan cepat.
"Ah Riana!. makasih udah mau menunggu-ku. maaf ya!" seru Nana. ia keluar dari klubnya itu. mendekati Riana. Riana hanya menatap kosong dan kemudian ia menyerahkan minuman yang sengaja ia beli itu kepada Nana. lengkap dengan sebuah senyuman.
"Nih, kau haus kan?" ujar Riana. Nana yang melihat Riana yang membelikan minuman padanya langsung terharu dan memeluknya hangat. tidak mengetahui kalau Riana. sahabatnya sendiri hendak mencelakakannya pelan pelan.
"Wah makasih Riana!. kau baik sekali!" seru Nana dan langsung meneguk minuman itu sampai habis. ia senang sekali saat Riana memperhatikannya. Nana sangat dan sangat mempercayai Riana, dan kepolosan itulah yang akan membuat Riana bisa menyiksanya jauh lebih kejam dan ia tidak akan dicurigai. Riana menatap datar, kedua matanya menatap kosong saat melihat Nana meminum minuman yang sudah ia berikan obat itu. Riana memegang ujung seragamnya gemetar.
***
tidak apa Riana. hanya sekali ini saja. kau mau membalas Nana bukan?. ia tidak akan mencurigai-mu. tangan Riana berhenti gemetaran. Nana menganggap nya sebagai sahabatnya yang paling ia percayai. ia tidak perlu takut kalau Nana akan curiga padanya. dan lagi ini. ia lakukan karena...karena ia tidak mau dirinya sendiri menjadi hancur. kalau mau hancur. kita berdua akan hancur bersama-kan. my best friend-?.
***
Dia benar kan?.
***