Suatu hari, Ibu Cindy memutuskan untuk mengadakan kerja bakti bersama anak-anak panti untuk membersihkan lapangan panti. Anak-anak panti terlihat semangat, siap untuk bekerja sama membersihkan lapangan tersebut. Namun, ada yang berbeda dengan Edmund. Ia terlihat sedih dan tertekan, memikirkan segala hal yang telah terjadi dalam hidupnya.
Ketika mereka sedang sibuk membersihkan lapangan, anak-anak panti yang lain mulai membully Edmund. Mereka mengejek masa lalu Edmund, menyebutnya anak haram, yatim, dan sebagainya. Edmund yang merasa terpukul dengan kata-kata mereka, semakin tenggelam dalam kesedihan dan keputusasaan.
Namun, dalam momen yang penuh tekanan ini, sesuatu terjadi dalam diri Edmund. Kepribadian kasar dalam dirinya, Fritz, keluar untuk pertama kalinya. Dengan penuh kemarahan dan kebencian terhadap perlakuan anak-anak panti yang membullynya, Fritz mengambil alih kendali tubuh Edmund.
Dalam sekejap, Edmund yang biasanya pendiam dan pemalu, berubah menjadi sosok yang garang dan kuat. Ia menghajar semua anak-anak yang membullynya tanpa ampun, membuat mereka kaget dan ketakutan.
Setelah kejadian itu, suasana menjadi hening. Anak-anak panti yang lain terkejut dengan perubahan drastis dalam diri Edmund.
Edmund sendiri, setelah meredam emosinya, merasa terkejut dengan perubahan dalam dirinya. Ia tidak sadar bahwa Tubuhnya di kendalikan oleh kepribadian yang lainya
Ibu Cindy, yang sebelumnya telah melihat Edmund berbicara sendiri, mulai menyimpulkan bahwa Edmund mungkin memiliki lebih dari satu kepribadian. Pengalaman yang ia alami bersama Edmund, termasuk saat Edmund mengeluarkan kepribadian kasarnya untuk pertama kalinya, membuatnya semakin yakin bahwa sesuatu yang kompleks terjadi dalam diri Edmund.
Setelah kejadian yang mengguncang tersebut, Edmund memutuskan untuk meminta maaf kepada semua orang yang terlibat, dan mereka pun dengan tulus memaafkannya. Meskipun masih terasa sulit bagi mereka untuk melupakan insiden tersebut, mereka semua menyadari pentingnya belajar dari kesalahan dan memperbaiki hubungan mereka satu sama lain.
Setelah semua orang pergi, Edmund kembali ke kamarnya. Di dalam keheningan, dia duduk di tepi tempat tidur, menatap keluar jendela. Dalam kegelapan, dia berbicara dalam hati, bertanya-tanya tentang keberadaannya yang rumit.
**Edmund**: (dalam hati) Kenapa aku seperti ini? Mengapa aku harus memiliki sisi lain yang begitu kuat dan kasar? Aku hanya ingin hidup dengan tenang, tanpa harus berurusan dengan konflik batin yang membuatku semakin terpuruk.
Ketika malam tiba dan Edmund masih terdiam dalam lamunannya, tiba-tiba terasa ada yang berbeda dalam dirinya. Sebuah kepribadian baru muncul, yang penuh dengan keinginan cabul dan gelap.
Kepribadian baru ini membuat Edmund merasa terkejut dan terkecoh. Dia tidak pernah merasakan atau menyadari keberadaan kepribadian ini sebelumnya. Namun, dengan cepat dia menyadari bahwa ini adalah bagian lain dari dirinya yang selama ini tersembunyi.
Kepribadian ini, yang tidak memiliki nama dan identitas yang jelas, membuat Edmund merasa terganggu dan bingung. Dia tidak tahu bagaimana cara menangani kepribadian baru ini, apalagi ketika kepribadian ini mulai mengeluarkan pemikiran dan keinginan yang bertentangan dengan nilai-nilai dan moralitas yang dianutnya.
Dalam kegelisahannya, Edmund mencoba untuk tetap tenang dan berpikir jernih. Dia menyadari bahwa ini adalah ujian baru baginya, ujian untuk menerima dan mengatasi setiap sisi gelap dalam dirinya.
Kepribadian baru dalam diri Edmund, yang diberi nama Leo, memunculkan sisi yang gelap dan nakal. Leo suka menggoda dan merasa bebas untuk melakukan segala sesuatu tanpa batasan.
Pertama kali muncul, Leo hanya mengintai dari balik pikiran Edmund, mengganggu pikirannya dengan pemikiran-pemikiran cabul dan nakal. Namun, tidak lama kemudian, Leo mulai mengambil alih tubuh Edmund.
Edmund merasakan ketika Leo mengambil alih kendali. Tubuhnya menjadi tidak lagi terasa miliknya, dan dia merasa seperti penonton dalam tubuhnya sendiri. Leo, dengan kebebasan penuh, mulai menjalankan keinginannya yang gelap dan tidak terkendali.
Leo, yang tengah menguasai tubuh Edmund, melangkah dengan langkah pasti menuju kamar ibu Cindy. Dalam diam, ia membuka pintu dan mengintip dari balik sisi, menyaksikan saat ibu Cindy sedang berganti pakaian.
Di dalam diri Edmund, terjadi pertarungan batin yang hebat. Edmund, yang merasa terjebak dan tercekik oleh kehadiran Leo, berusaha keras untuk menolak dan melawan keinginan Leo. Namun, Leo begitu kuat dan memaksa, membuat Edmund tidak berdaya dalam tubuhnya sendiri.
Leo, dengan penuh keinginan yang gelap dan tak terkendali, memaksakan dirinya untuk melihat apa yang seharusnya tidak dilihat oleh Edmund. Meskipun hatinya menolak dan merasa bersalah, Edmund tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan Leo.
Ketika Leo tengah mengintip dari balik pintu kamar ibu Cindy, tiba-tiba pintu tersebut terbuka lebar. Ibu Cindy, yang kaget melihat pintu terbuka sendiri, terkejut saat melihat Edmund, yang biasanya pendiam, tengah mengintipnya.
Saat itulah, secara ajaib, kepribadian Leo tiba-tiba menghilang, meninggalkan Edmund yang terkejut dan bingung. Ibu Cindy, yang masih terkejut dengan kejadian tersebut, menatap Edmund dengan tatapan campuran antara keheranan dan kekhawatiran.
Edmund, yang kembali ke kesadarannya, merasa sangat malu dan bersalah atas kejadian tersebut. Ia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan kejadian ini kepada ibu Cindy, dan merasa semakin terpuruk oleh rasa bersalah dan penyesalannya.
Ibu Cindy, meskipun terkejut, merasa iba melihat keadaan Edmund. Dengan lembut, ia meminta Edmund untuk duduk dan berbicara dengannya. Edmund, dengan gemetar dan penuh penyesalan, mencoba menjelaskan bahwa itu bukanlah dirinya yang sebenarnya, melainkan kepribadian lain dalam dirinya yang mengambil alih kendali.
Meskipun sulit dipercaya, ibu Cindy memilih untuk percaya pada Edmund. Dia menyadari bahwa di balik kejadian ini, ada masalah yang lebih dalam yang perlu dipecahkan. Dengan penuh kasih sayang dan pengertian, ibu Cindy berjanji untuk tetap mendukung Edmund dalam perjalanannya untuk menerima dan mengatasi setiap sisi gelap dalam dirinya.
Setelah insiden yang mengguncang itu, ibu Cindy memilih untuk berbicara dengan Edmund dengan penuh pengertian. Dia menawarkan untuk membawanya ke seorang psikolog untuk mendapatkan bantuan dan dukungan yang lebih profesional.
Namun, Edmund, meskipun merasa terharu dengan perhatian dan kepedulian ibu Cindy, menolak dengan halus. Dia mengaku bahwa dia masih belum siap untuk menghadapi kebenaran tentang dirinya sendiri. Ia merasa bahwa ia masih perlu waktu untuk merenung dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya.
Dengan hati yang berat, ibu Cindy menghormati keputusan Edmund. Dia memberikan dukungan dan meminta agar Edmund selalu terbuka jika suatu saat ia merasa siap untuk mencari bantuan.
Edmund kembali ke kamarnya, merasa terbebani dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Namun, sebelum ia menutup matanya, ada kehadiran yang samar-samar terasa dalam dirinya. Sebuah keberadaan baru yang ingin muncul, menandakan bahwa ada kepribadian baru yang siap untuk mengungkapkan dirinya.
Dengan kehadiran kepribadian baru yang misterius ini, bab ini ditutup dengan misteri yang belum terpecahkan.