Mendengar permintaan Ivannie, Hendry lalu membuka mulut nya :
" Apa yang ada di kepala mu hanya pesanan ?. Jangan kuatir, aku tetap akan membayar semua nya tapi dengan satu syarat. "
" Syarat ? Bagaimana jika anda melepaskan saya terlebih dahulu baru kita bicara, tuan. " pinta Ivannie lagi karena merasa tidak nyaman berada dalam pelukan pria yang tidak di kenal nya.
" Baik lah. Ikuti aku !. " ucap Hendry.
Tangan Hendry memang melepaskan pinggang Ivannie tapi sebagai ganti nya tangan nya memegang pergelangan tangan Ivannie dan menarik nya membuat ivannie tidak punya pilihan selain mengikuti nya.
Hendry membuat Ivannie duduk di kursi yang di gunakan oleh para tamu.
Setelah mendudukkan Ivannie, Hendry pun duduk di kursi yang berada tepat di sebelah Ivannie. Sementara ke empat pria tampan masih berdiri mematung melihat kelakuan teman nya yang di anggap semakin aneh.
Ivannie mengambil kesempatan itu untuk segera berdiri, berdiri di samping Hendry.
" Apa yang sedang kamu lakukan ?. Kamu ingin membuat ku sakit leher dengan terus mengangkat kepala ku sepanjang kita berbincang ?. Duduk lah !!! Posisi kamu sekarang membuat ku tidak nyaman bicara. " ucap Hendry.
" Maaf tuan, tapi saya tidak bisa duduk di bangku tamu. Saat ini saya masih dalam jam bekerja. Saya ... ". Suara ketukan pintu membuat Ivannie tidak melanjutkan ucapan nya. Dengan cekatan Ivannie segera berjalan ke arah pintu dan membuka pintu ruangan itu.
Ada empat orang berpakaian putih, tiga pria dan satu lagi wanita. Mereka adalah rekan Ivannie di bagian pelayan yang mengantarkan pesanan yang telah di pesan tamu.
Ivannie tersenyum melihat rekan - rekan nya. Mungkin karena rasa senang yang berlebihan membuat Ivannie tersenyum dengan indah, menunjukan ke dua lesung pipi nya yang dalam.
Kedatangan rekan - rekan nya sangat tepat waktu bagi Ivannie dan juga adalah suatu berkah. Setidak nya diri nya dapat menghindar dari " pria gila " itu yang masih tengah menatap nya.
Ivannie tidak mempedulikan tatapan pria tampan itu pada nya, Ivannie berkonsentrasi pada pekerjaan nya membantu para rekan nya menyajikan menu yang di hidangkan.
Setelah selesai menata semua mene sesuai instruksi Ivannie di mana harus di letakan, para pelayan pun meninggalkan ruangan itu.
Ivannie ingin sekali mengikuti para rekan nya tapi dia jelas tahu hal itu tidak boleh di lakukan.
Ivannie akhir nya tetap memilih melakukan tanggung jawab nya, dengan pikiran :
" Kemungkinan pria gila ini akan bahkan sudah melupakan semua hal yang terjadi dengan diri nya. Dan mengenai ciuman di dahi ini akan ku anggap tidak terjadi karena hanya sebuah kecelakaan. "
Ivannie kembali berjalan menuju tempat seharus nya dia berada.
" Heiii !!!. " terdengar suara yang Ivannie jelas tahu itu adalah suara dari pria gila itu.
Ingin rasa nya tidak mempedulikan dan menganggap nya tidak mendengar apapun, tapi kembali hari nurani nya tidak mau bekerja sama.
Ivannie terpaksa memainkan bola mata nya menuju sumber suara itu.
Dan melihat pria gila itu melambaikan tangan pada nya.
Ivannie tersenyum kaku dan berjalan mendekati pria itu. Mau dan tidak mau pelayanan untuk pelanggan adalah hal yang utama dan Ivannie tahu dia tidak boleh mengecewakan pelanggan.
" Tapi jika pria gila yang tampan ini berani bersikap kurang ajar aku tidak akan segan melawan. Tampan bukan alasan untuk bisa bersikap kurang ajar. " benak Ivannie yang tidak berani di ucapkan nya.
" Ada yang bisa saya bantu tuan ?. " tanya Ivannie dengan senyum yang jelas di paksa kan.