Disebuah rumah terdapat sorak-sorakan berisik dari para remaja yang sedang berpesta. Alkohol, bau rokok, kondom bekas dimana-mana, makanan berhamburan dan musik keras menjadi pengiring kesenangan mereka.
"Hei..Yuta, si pemilik pesta dimana?" Yuta yang sedang bercumbu dengan wanita yang setengah telanjang dipangkuannya mendelik kesal pada temannya yang mengganggu kesenangannya bersama wanita itu.
"Kau pasti tau dia dimana brengsek! Pergi sana. Jangan menggangguku"
______
"Ah...ah...oh Jae..kau luar biasa"
Jaehyun mendengus jijik pada wanita binal dihadapannya yang sedang ia jamah. Dengan kasar ia menumbuk milik wanita itu membabi buta. Ia muak bercinta dengan wanita yang ribut. Lagipula milik wanita itu sudah lebar. Jadi tidak menyenangkan lagi. Jaehyun lebih suka lubang yang sempit.
"Ahk...ahk..kau kasar sekali"
Merasa makin muak, ia membalik tubuh wanita itu membelakanginya. Melepas kejantanannya, turun dari ranjang untuk memgambil kemejanya yang ia lepas tadi.
"Kau mahmmpt"
Jaehyun membekap mulut yang menurutnya berisik itu dengan kemejanya. Kemudian tangan wanita itu ia taruh dibelakang tubuhnya.
"Aku tidak suka wanita berisik" bisiknya ditelinga wanita itu kemudian melanjutkan aksi bercinta kasarnya. Membuat tubuh wanita itu kualahan dan pingsan dengan tubuh dipenuhi kemerahan. Karena Jaehyun sering menampar tubuh itu ketika bercinta.
"Ck..memuakan..aku bahkan masih mengeras"
Jaehyun beranjak dari ranjang. Mengambil rokok diatas nakas untuk ia hisap.
Tidak memperdulikan ketelanjangannya ia berjalan kearah balkon sambil menghisap rokoknya yang sudah ia nyalakan tadi.
"Aku menginginkanmu..." bisiknya entah pada siapa.
Ingatannya kembali pada seorang remaja yang ia temui kemarin didalam toilet.
Saat itu Jaehyun sedang mencuci tangannya setelah selesai bercinta dengan seorang wanita pada salah satu ruangan ditoilet tadi. Tiba-tiba ia melihat seorang pria melalui cermin dihadapannya keluar dari salah satu ruangan ditoilet itu yang sepertinya tepat disebelah tempatnya bercinta tadi.
Dapat ia lihat tubuh pria itu terkejut. Jaehyun tidak dapat melihat jelas mata pria itu karena poni yang menghalangi matanya. Seketika ia menyeringai.
"He...kau mendengarnya?"
"Ma..maf..a..ku"
Jaehyun berbalik pada pria yang kelihatannya lebih pendek darinya itu. Ia berjalan mendekat, membuat pria itu makin mundur hingga membuatnya kembali masuk kedalam.
"Hm...jadi kau siapa? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya"
Pria itu perlahan mundur begitu Jaehyun berjalan ke arahnya dengan wajah menyeringai. Kedua tangannya ia simpan pada kantong celananya. Menunjukan seberapa arogan dirinya.
"Tidak mau menjawab" jarak mereka makin dekat, membuat Taeyong makin tidak nyaman.
"Pe..permisi..saya mau lewat"
Jaehyun memiringkan kepalanya. Ia menjambak kebelakang rambut yang sedikit menghalangi mata pria itu hingga kedua mata hitam bulatnya yang berkaca-kaca terlihat. Jaehyun tertegun sesaat. Sekilas terpesona oleh kecantikan wajah itu. Wanita akan iri jika melihat sesuatu yang disembunyikan pria itu selama ini.
Tidak lama kemudian Jaehyun tersenyum. Senyuman yang kelihatan seperti iblis.
"Hm..kau akan jadi mainanku yang berikutnya, pendek"
Ucapan Jaehyun sontak membuat pertigaan didahi pria yang lebih pendek darinya itu muncul. Dan tanpa diduga ia meninju rahang Jaehyun dan menendang selangkangannya.
"Arggh.. sialan!"
Jaehyun memijit selangkangannya yang sakit luar biasa. Mudah-mudahan bolanya tidak pecah.
"Maaf. Aku bukan mainan, dan jangan panggil aku pendek"
Dengan raut datar pria mungil itu meninggalkan Jaehyun yang masih mengerang kesakitan.
"Tunggu. Tadi dia kelihatan ingin menangis. Lalu ekspresinya berubah dalam sekejab ketika aku memanggilnya pendek?"
Jaehyun meringis melihat selangkangannya.
"Kau akan dapat ganjarannya pendek"
____
"Tae..Taeyong..Taeyong!"
"I..iya?"
Taeyong terkejut dari lamunannya begitu ibunya memanggilnya.
"Hah..ibu daritadi memanggilmu. Kenapa kau ini? Dari sepulang sekolah kau terus saja melamun"
Taeyong terdiam. Memikirkan pria yang ia pukul dan tendang selangkangannya itu. Entah kenapa ia merasa bersalah namun tidak juga menyesal.
Tidak seharusnya aku memukulnya dan menendang selangkangannya, itu aset berharga bagi pria
Siapa suruh ia memanggilku pendek
Tapi aku memukulnya dan juga
"Argghhh..aduh"
Taeyong mengusap kepalanya yang barusaja dipukul menggunakan sendok sayur oleh ibunya.
"Kau ini kenapa hah? Jika kau tidak ada kegiatan sebaiknya pergi ke minimarket dan belikan ibu minyak goreng"
"Baik"
Sambil mengelus-elus kepalanya Taeyong pun berjalan keluar rumah dengan mantel yang menutupi seluruh tubuh mungilnya. Jika dipadukan dengan rambut yang menutupi sedikit matanya Taeyong kelihatan seperti perampok.
Setelah tiba di didepan minimarket, langkahnya terhenti ketika mendengar suara obrolan para remaja didepan pintu masuk minimarket. Mereka sedang duduk sambil merokok diteras.
Taeyong jadi ragu untuk masuk.
"Jadi namanya Lee taeyong?"
Seketika tubuhnya membeku ditempatnya berdiri. Dia mengenali suara itu. Ia sedikit mendongak untuk memastikan siapa pria itu dari balik rambut yang sedikit menutupi matanya itu.
Deg
Bagaimana ini? Ia tidak mungkin kesana dan berpura-pura tidak mengenali pria itu. Itu pria yang ia hajar kemarin.
"Dia sekelas denganku tapi aku tidak menyadarinya"
Taeyong terdiam mendengar suara itu lagi. Mengepalkan tangannya untuk mengalihkan rasa gugup yang melandanya.
"Ya..karena dia itu terlalu penyendiri, kutu buku, dan culun. Tidak ada yang mau berteman dengannya, dan juga jarang ada yang menyadari keberadaanya"
Karena memang itu yang kuinginkan
Taeyong berbalik pergi. Masih ada minimarket lain yang bisa ia datangi walaupun tempatnya agak sedikit jauh. Itu tidak masalah.
Penyendiri. Culun. Kutu buku.
Itu memang dirinya. Sedari dulu ia benci keramaian. Terlalu berisik bukan hal bagus untuknya. Entah sejak kapan ia benci seperti itu. Mungkin sejak ia berusia enam tahun. Masa lalu yang membuatnya tiba-tiba membenci keramaian dan memilih untuk menjadi penyendiri.