webnovel

DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

Saat dendam sudah ada di hati dan pikiran, terkadang kebaikan seseorang tertutup. Tapi bagaimana jika cinta telah menyentuh hati yang penuh dendam? Akankah dendam itu hilang? Nadia (21th) menginginkan kehancuran seorang jutawan yang terkenal Tuan Daren yang telah tega memisahkan Ibu dan Ayahnya hingga Ibunya meninggal dalam kesepian. Dengan menjadi perawat pribadi Jonathan, Nadia melancarkan balas dendamnya. Jonathan (25th) seorang CEO putra satu-satunya Tuan Daren. Sejak mengalami kecelakaan dan lumpuh permanen semua wanita yang di kenalnya menjauh dan meninggalkannya. Dengan keadaannya yang lumpuh Jonathan mencari cinta yang benar-benar tulus padanya. Akankah dendam di hati Nadia akan sirna dengan besarnya cinta Jonathan pada dirinya? Apakah Nadia akan kembali dalam pelukan Jonathan di saat semua sudah terlambat???

NicksCart · LGBT+
分數不夠
204 Chs

TERPAKSA MENGALAH

Tanpa membalas ucapan Jonathan, Nadia segera duduk di samping Jonathan dan membuka kancing serta resleting celana Jonathan.

"Aaauhhh!!" teriak Jonathan saat resletingnya hampir mengenai batang miliknya.

"Oupss!! kenapa?" tanya Nadia ikut terkejut mendengar teriakan Jonathan yang tiba-tiba.

"Kamu! apa kamu sengaja mau menjepit milikku? makanya lepas kacamata hitam kamu itu." ucap Jonathan dengan wajah merah pucat.

"Maaf! aku tidak sengaja." ucap Nadia tidak menghiraukan ucapan Jonathan untuk melepas kacamatanya.

Nadia sengaja memakai kacamata hitam dan mematikan lampu sebagian karena tidak ingin melihat jelas milik Jonathan.

"Hati-hati." ucap Jonathan saat Nadia melanjutkan gerakkannya menurunkan resleting celananya.

"Sekarang aku harus membawamu ke mana?" tanya Nadia dengan serius setelah melepas celana panjang Jonathan dan hanya meninggalkan celana dalam saja.

"Cckk!! masih bertanya lagi mau kemana! perutku sedang sakit! bawa aku ke kamar mandi." ucap Jonathan dengan nada kesal.

Nadia tersenyum dalam hati melihat kemarahan Jonathan.

"Sebentar lagi aku akan membuat hidupmu menderita melebihi penderitaan yang dialami mamaku." ucap Nadia dalam hati seraya membantu Jonathan duduk di atas kursi rodanya.

"Ya Tuhan, tubuh kamu sangat berat Tuan Jonathan." ucap Nadia dengan nafas naik turun setelah membantu Jonathan duduk di kursinya.

"Hem... terus saja bicara." ucap Jonathan tanpa menghiraukan ucapan Nadia.

Sampai di kamar mandi, Nadia mengusap tengkuk lehernya. Hal yang sudah di takutkannya sudah di hadapannya.

"Apa yang kamu pikirkan? cepat bantu aku duduk di kloset." ucap Jonathan dengan wajahnya yang mulai merah.

"Baik." ucap Nadia dengan gugup membantu Jonathan duduk di atas kloset.

"Sebentar, bantu aku mau menurunkan celana dalamku dulu." ucap Jonathan terpaksa menahan rasa malunya karena kedua kakinya memang tidak bisa bergerak sama sekali.

"I...iya." sahut Nadia semakin gugup sambil menurunkan celana dalam Jonathan. Untung saja dengan memakai kacamata hitam Nadia tidak begitu jelas melihat semua yang ada di dalam diri Jonathan.

"Kamu bisa meninggalkan aku sekarang, dan berdiri saja di balik pintu. Kalau aku selesai aku panggil." ucap Jonathan tanpa melihat wajah Nadia.

Tanpa membalas ucapan Jonathan, segera Nadia keluar dari kamar mandi dengan menarik nafas lega.

"Aaahhh...akhirnya, aku bisa bebas juga dari pekerjaan berat ini." ucap Nadia dengan sambil bersandar di dinding kamar mandi.

Sambil menunggu panggilan Jonathan, Nadia memejamkan matanya untuk sekedar tidur sebentar.

Belum beberapa menit terdengar suara Jonathan berteriak sangat keras.

"Nadia!! cepat kemari! aku sudah selesai." panggil Jonathan dari dalam kamar mandi.

Mendengar namanya di panggil, segera Nadia mengusap wajahnya dan menenangkan hatinya.

Dengan pelan, Nadia membuka pintu kamar mandi untuk membantu Jonathan.

Dengan pandangannya yang sedikit buram Nadia bertanya pada Jonathan yang sedang menatapnya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang Tuan Jonathan? apa aku yang harus membersihkan itu?" tanya Nadia sambil menelan salivanya.

"Bodoh! tentu saja aku sudah membersihkannya. Sekarang tinggal kamu untuk menaikkan celanaku lagi." ucap Jonathan sambil mengeringkan tangannya dengan tisu.

"Baiklah, peluk leherku dengan kuat aku akan mengangkatmu." ucap Nadia seraya mengambil nafas kuat-kuat agar bisa mengangkat tubuh Jonathan yang sangat berat.

Tanpa ragu, Jonathan merangkul leher Nadia dengan sangat erat hingga membuat Nadia terasa tercekik.

"Jangan terlalu kuat merangkulku Tuan Jonathan!! apa kamu ingin membunuhku?" ucap Nadia seraya membetulkan kedua tangan Jonathan agar merangkulnya dengan benar.

Jonathan tidak menjawab ucapan Nadia selain tersenyum penuh kemenangan bisa mengerjai Nadia.

Dengan sekuat tenaga Nadia mengangkat Jonathan agar bisa berdiri sedikit. Jonathan semakin tersenyum saat Nadia bersusah payah memindahkannya ke kursi roda kemudian mengangkatnya sambil menaikkan celana dalamnya.

"Uhhhh!! akhirnya selesai juga penyiksaan ini. Aku tidak pernah bekerja sekeras ini di rumah sakit." ucap Nadia dengan nafas lega setelah Jonathan duduk tenang di kursi rodanya.

"Tugasku sudah selesai Tuan Jonathan! sekarang apalagi yang kamu inginkan? kalau tidak ada aku akan tidur sebentar sebelum pagi datang." ucap Nadia sambil mendorong kursi roda Jonathan dan membawanya kembali ke tempat tidur.

Setelah membantu membaringkan Jonathan di atas tempat tidur, segera Nadia duduk di kursi yang tidak jauh dari Jonathan.

"Ini sudah jam lima pagi? apa kamu tetap akan tidur?" tanya Jonathan dengan senyum penuh kepuasan.

Nadia hanya menatap penuh wajah Jonathan dengan rasa kesal.

"Aku sudah benar-benar lelah menjagamu Tuan arogan!! jangan lagi kamu mengganggaku. Aku mau istirahat sebentar." ucap Nadia dengan nada datar kemudian berusaha memejamkan matanya untuk segera istirahat.

"Drrrt...Drrrt...Drrrt"

Terdengar suara ponsel Nadia berbunyi tanpa henti membuat telinga Jonathan merasa terganggu.

"Hai!! bangunlah!! ponsel kamu berbunyi terus!" teriak Jonathan sambil menutup telinganya.

Mendengar teriakan suara Jonathan seketika Nadia terbangun dengan kedua alisnya terangkat.

"Kenapa kamu selalu berteriak Tuan Jonathan! apa tenggorokanmu tidak sakit melakukan hal seperti itu?" tanya Nadia sambil mengusap wajahnya dengan kesal.

"Bagaimana aku tidak berteriak? ponsel kamu berbunyi terus tapi kamu tidak bangun-bangun juga!! cepat angkat ponsel kamu!! aku juga mau tidur aku sangat mengantuk!" ucap Jonathan dengan tatapan kesal kemudian menaikkan selimutnya menutupi seluruh tubuhnya hingga batas kepalanya.

"Laki-laki arogan, sama sekali tidak ada manis-manisnya." ucap Nadia seraya mengambil ponselnya di dalam tasnya.

Dengan mata masih mengantuk, Nadia melihat siapa yang menghubunginya pagi-pagi sekali.

"Jean?? ada apa Jean menghubungiku pagi-pagi sekali? apa sesuatu terjadi pada Ayahnya?" tanya Nadia dengan kening mengkerut menerima panggilan Jean.

"Hallo ada apa Jean? apa ada sesuatu yang terjadi hingga kamu menghubungiku pagi-pagi sekali?" tanya Nadia dengan cemas.

Mendengar Nadia menyebut nama Jean seketika Jonathan menurunkan selimutnya dan menatap Nadia dengan hati bertanya-tanya.

"Selamat pagi Nadia, maaf aku mengganggumu pagi-pagi sekali. Aku pikir kamu sudah bangun. Aku hanya ingin memberitahumu kalau kamu ada waktu nanti siang, aku akan mengajakmu makan siang di tempat yang belum pernah kamu datangi." ucap Jean ingin mentraktir Nadia karena sudah membantunya keluar dari masalahnya.

"Wah!! apa kamu mendapat rezeki lebih Jean? hingga kamu mengajakku makan siang." ucap Nadia dengan tersenyum.

"Tidak juga Nadia, aku hanya mengajakmu makan siang saja. Aku ingin berterima kasih padamu sudah menyelesaikan masalahku dengan kedua orang tuaku. Bagaimana? apa kamu mau makan siang bersamaku nanti siang?" tanya Jean dengan penuh harapan.

"Tentu aku akan ikut bersamamu Jean, kamu kirim saja di mana tempat kita akan makan siang. Nanti aku akan ke sana." ucap Nadia sambil melotot ke arah Jonathan yang melemparnya dengan gulungan tisu.

"Baiklah Nadia aku akan mengirim alamat di mana tempat kita akan makan siang. Oh ya Nadia, bagaimana keadaan Jonathan? apa dia baik-baik saja?" tanya Jean dengan tiba-tiba.