webnovel

Daughter of the goddess of the moon

Takdir seakan membuat gadis bernama Zalthea Scarlett itu menjadi benang merah. Di setiap pertemuan yang menyangkut dirinya akan berakhir menjadi ikatan abadi. Kelahiran tiga anak kembarnya yang berawal dari sebuah kesalahan yang membuat ia pergi dari rumah dan memilih tinggal di Alaska, Jauh dari keluarganya. Membuat ia bertemu dengan sang kakak kandung yang mencarinya selama ini. Banyak misteri dalam hidupnya dan ditambah ia bukanlah seorang manusia biasa melainkan salah satu mahluk immortal, werewolf !? Meski tak ada tanda–tanda pada dirinya bahwa ia adalah mahluk itu. Dan yang membingungkan lagi tiga anaknya memiliki wujud Werewolf sedari bayi. Hingga suatu hari ia bertemu dengan pria yang memiliki wajah mirip dengan kedua putrannya. Pria itu bernama Jacob Dracon Echevaliar. Werewolf yang di segani di dunia immortal dan di sebut sebagai King oleh mereka. Entah kebetulan apa yang terjadi Zea merasa sangat kenal dengan pria itu? Tapi bagaimana bisa? Dan saat Zea menemukan sosok wolf dalam dirinya. Wolf–nya malah memanggil sang king sebagai mate, atau pasangan abadinnya! Takdir macam apa ini? Dan apa kah Jacob juga meraskan bahka Zea adalah matenya? Padahal semuanya tau bahwa sang king sudah memiliki pasangan abadi. Apakah yang moon goddes takdirkan untuk mereka ? hanya moon goddes yang tau.

RaraAthava_110703 · 奇幻言情
分數不夠
17 Chs

Part 12.

Zea  duduk  diam  sambil  menatap  ayah  dan  ibunya  lalu  kakaknya  dan  terakhir  pria  yang  sedari  ia  duduk  di  sana  menatap  zea  dengan  sendu.  Zea  menghela  nafas  sebelum  mulai  berbicara.

"Ada  gerangan  apa  dad  dan  mom  berserta  Ka  Rendra  datang  kemari.  Tidak  terjadi  apa–apa  akan?"  Tanya  Zea  dengan  sangat  canggung.

Melihat  kecanggungan  putrinya,  Laila  menghampiri  Zea  dan  duduk  di  sampingnya.

Sambil  memeluk  Zea.  "Mom  dan  Dad  berserta  Kakakmu  datang  kesini  karena  sangat  merindukan  Princes  kami  yang  tidak  pernah  pulang–pulang  selama  tiga  tahun  belakangan  ini.  Apakah  ia  sudah  melupakan  kami?" Ucap  Laila  dengan suara  sedihnya  sambil  menekat   kata  tiga  tahun  di  kalimatnya.

Zea  langsung  menggeleng  mendengar  ucapan  ibu  angkatnya  itu. "No  Mom,  jangan  katakan  itu,  Zea  tidak  bermaksud  begitu,  hanya  saja  ada  yang  belum  siap  Zea  sampaikan  pada  kalian  dan  sekarang  kurasa  sudah  waktunya  zea  jujur  pada  kalian"

"Tentang  apa  sayang?"  Tanya  Hendra  yang  juga  ikut  duduk  di  samping  Zea  sambil  mengusap  pelan  puncak  kepala  Zea.

Zea  menarik  nafas  panjang  lalu  ia  buang  perlahan. "Tentang  alasan  kenapa  aku  meminta  pindah  kesini."  Jawab  Zea.

"Bukannya  alasanmu  pindah  ke  sini  karena  kau  ingin  bersekolah  di  sini,  yah?" Tanya  Rendra.

Zea  mengangguk. "Salah  satunya  itu.  tapi  sebenarnya,  alasan  kuat  kenapa  aku  pindah  kesini  itu  karena..."  Ucap  Zea  sengaja  menggantung  ucapannya.

"Karena  apa  Zea?"  Tanya  Laila  bingung  sambil  menatap  suaminya  dengan  tatapan  sama  bingungnya.

Zea  kembali  menghela  nafas  panjang. "Karena  waktu  itu  aku  tengah  mengandung"

Laila  yang  mendengar  itu  hampir  saja  pingsan  kalau  saja  Diandra  dan  Reila  yang  juga  di  sana  tidak  segera  menahan  tubuhnya.  "Ba-bagaimana  itu  bisa  terjadi? " Tanya  Laila  setelah  di  bantu  Diandra.

Zea  pun  mulai  menceritakan  semuanya.  Berawal  ia  datang  ke  acaran  itu  sampai  sekarang  pada  Daddy,  Mommy  dan  Kakaknya. 

Laila  bahkan  sudah  menangis  di  awal  ceritanya,  Hendra  dan  Rendra  menatap  Zea  dengan  tatapan  sendu  mereka.

"Aku–aku  tidak  sanggup  mengatangannya  pada  kalian.  Aku  tidak  ingin  kalian  malu  karenaku.  Karena  itu  aku  memilih  pindah  kesini.  Maafkan  aku  karena  sudah  membuat  kalian  malu  dan  kecewa.  Aku  juga  tidak  ingin  menghilangkan  mereka.  maafkan  aku,  maafkan  ak–"  Belum  selesai  berucap,  Laila  langsung  membawa  Zea  kedalam  pelukannya.

"Kau  tidak  membuat  kami  malu  atau  kecewa,  sayang.  Kau  malah  membuat  kami  bangga  karena  kau  lebih  memilih  kebahagiaan  dan  kehormatan  kami  di  banding  dirimu  sendiri.  Kami  juga  bangga  karena  kau  membertahankan  mereka,  pasti  kau  sangat  kesulitan  mengandung  di  usiamu  yang  masih  muda"  Ucap  Laila  dengan  isak  tangis.

Zea  menggeleng. "Aku  tidak  kesulitan  karena  ada  para  sahabatku  yang  membantu  dan  menjagaku  selama  ini.  Aku  juga  tidak  menyesal  mengandung  di  usia  muda.  Karena  itu  sudah  membuatku  belajar  menjadi  seorang  wanita  dewasa  walaupun  di  usiaku  yang  masih  muda  ini"  Ucap  Zea  di  akhiri  kekehan.

Laila  tersenyum. "Lalu  dimana  mereka,  usia  mereka  pasti  sudah  tiga  tahunkan?"  tanya  Laila  terlihat  antusiasi  ingin  melihat  cucunya.

"Sebentar  aku  tadi  meminta  Reila  memanggilnya.  Eh!  Itu  mereka"

Semua  orang  langsung  menoleh  ke  arah  kiri  Zea  dan  menatap  ke  tiga  bocah  yang  berdiri  di  samping  laila.  Laila  melongo  dan  langsung  menatap  Zea  tak  percaa.

"Me–mereka ...?"  Zea  mengangguk  seakan  tau  apa  yang  ingin  di  ucapkan  oleh  ibunya  itu.

"Iya,  Mom.  Mereka  kembar  tiga"

Sean,  Nico  dan  Dei  menghampiri  Laila  dengan  senyum. 

"Halo  granma!  Apa  kabar?" ucap  mereka  dengan  kompak.

Melihat  senyum  indah  itu  membuat  Laila  histeri  dan  langsung  membawa  ke  tiga  cucunya  itu  ke  dalam  pelukannya. "Oh,  ya  ampun!! Kalian  benar–benar  imuut!!!"

Ketiganya  hanya  diam  dalam  pelukan  Laila.

"Yang  pertama  siapa? Kakak?" Tanya  Hendra  menatap  ketiga  cucunya.

Sean  berdiri  dan  tersenyum  tipis. "Saya,  Granpa. Athan  Nocean  Scarlett,  Sean.  Itu  nama  pemberian  Mommy"

Hendra  mengangguk-angguk. "Sean, yah? Nama  yang  bagus" Pujinya  dengan  senyum.

Setalah  Sean  duduk  Nico  pula  yang  berdiri. "Kalau  aku  Atlas  Niccolen  Scarlett. Panggilanku  Nico" Seru  bocah  itu  girang.

Semua  orang  tertawa  melihat  kelakuan  Nico  yang  sangat  energik.

Dei  yang  duduk  di  pangkuan  Zea  hanya  diam  tidak  ada  niatan  memperkenalkan  namanya.  Bukannya  kenapa?  Ia  merasa  ketakutan  karena  semua  orang  disana  terlihat  baru  untuknya.

Zea  yang  mengerti  kegelisahan  putrinya  itu,  mengusap  pelan  pipi  Dei  sambil  berkata. "Tidak  apa-apa"

Dei  pun  turun  dari  pangkuan  Zea  meski  tangannya  masih  memegang  erat  ujung  baju  Zea.

"N-Namaku  Dei,  Adeira  Neontea  Scarlett" Setelah  mengatakan  itu  ia  kembali  duduk  di  atas  pangkuan  Zea.

Laila  duduk  di  samping  Zea. "Dia  pemalu  yah?"

Zea  tertawa  pelan  kemudian  menggelang. "Tidak.  Dia  hanya  takut  dengan  orang  baru  saja.  Disinikan  anak  seusiannya  hanyalah  kedua  kakaknya.  Kami  juga  jarang  mendapat  kunjungan  tamu  jadi,  dia  akan  merasa  gelisah  bila  ada  orang  baru  yang  ia  lihat" Jawab  Zea  sambip  mengusap  pelan  puncak  kepala  Dei.

Zea  mengalihkan  pandangnnya  dari  keluarganya  ke  sosok  yang  sedari  tadi  menatapnya  sendu.

Pria  yang  dibawa  oleh  keluarganya. Seperti  yang  di  katakan  Reila,  pria  itu  memiliki  warna  mata  sepertinya  biru  Saphire  namun  ia  lebih  tua  sedangkan  Zea  lebih  terang.

Melihat  Zea  yang  terlihat  penasaran  dengan  sosok  yang  mereka  bawa,  Rendra  memperkenalkan  pria  itu.

"Ze,  perkenalkan  dia  adalah  Orion  Wezlyn. Dia  adalah... Kakak  kandungmu"

*****